Judul: Untunglah, Susunya (Fortunately, The Milk)
Pengarang: Neil Gaiman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 128 halaman
“Aku keluar dari toko pojok, dan mendengar suara aneh
seolah datang dari atasku, suaranya seperti: dhum... dhum... Aku mendongak dan
kulihat piringan perak besar menggantung di atas Jalan Marshall.”
Buku ini
bercerita tentang dua anak yang di suatu pagi mendapati kalau mereka kehabisan
susu. Padahal pagi itu mereka ingin sarapan dengan sereal. Dan sereal tidak akan
enak dicampur dengan kecap atau mayones, harus dengan susu.
Kemudian ayah
mereka memutuskan untuk membeli susu di toko pojok. Di perjalanan pulang
setelah membeli sebotol susu, sang ayah mengalami petualangan menakjubkan di
dunia antah-berantah yang tidak pernah dia sangka-sangka akan dialaminya.
Dengan tekad
membawakan sebotol susu tersebut dengan selamat agar anak-anaknya bisa
menikmati sarapan mereka, sang ayah berusaha mencari jalan pulang kembali ke rumah
di mana anak-anaknya menunggunya.
“Aku menemukan benda yang kita naik ini namanya
Bola-Apung-Pengangkut-Orang Profesor Steg.”
“Ini namanya balon.”
Apa yang ada
benak kalian jika mendengar nama Neil Gaiman? Kalau saya, yang terbayang oleh
saya adalah kisah yang nyentrik dengan karakter yang tak kalah nyentrik. Begitu
pun dengan buku ini. Bahkan cerita tentang seorang yang membeli susu pun
dikemas dengan menarik di sini.
Sebelumnya saya
sudah pernah membaca versi aslinya dan ketika tahu kalau terjemahannya akan
terbit saya ingin segera memilikinya. Bukunya cukup tipis, dan bisa
diselesaikan dengan sekali duduk. Mengingat bukunya tipis, harganya pun
terjangkau x))
Di setiap
lembarnya terdapat ilustrasi-ilustrasi yang amat sangat bagus karya Skottie
Young. Saya sangat mengagumi ilustrasi-ilustrasi ini, cocok dengan apa yang dideskripsikan
Gaiman.
Yang saya
sayangkan adalah terjemahan judulnya, “Untunglah, Susunya” kedengaran amat
sangat tidak menarik walaupun memang itu adalah judul yang cocok sebagai
terjemahan judul aslinya. Maksud saya, apakah memang setiap buku yang
diterjemahkan itu juga harus diterjemahkan judulnya? -___-
Setelah membaca
buku ini ada dua kesimpulan saya tentang kisah di buku ini. Pertama, yaitu
bahwa petualangan ajaib itu bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, bahkan
ketika kau dalam perjalanan pulang membeli susu. Dan yang kedua, bahwa
petualangan itu hanya karangan sang ayah saja sebagai alasannya pulang
terlambat :D
Tidak banyak
sik yang bisa saya ceritakan tentang buku ini. Pokoknya saya suka! Ada kejutan
di hampir bagian akhirnya, dan jangan lupakan twist tentang Profesor Steg ;)) Sayang
bukunya kurang panjang.
Buku ini cocok
dibaca semua kalangan, bahkan cocok sebagai hadiah untuk adik atau keponakan
yang sedang berulang tahun :))
“Menurut perhitunganku, jika benda yang sama dari dua
waktu berbeda bersentuhan, satu dari dua hal akan terjadi. Bisa Jagad Raya
musnah. Atau tiga orang bajang ajaib akan berdansa di jalan-jalan dengan pot
bunga di kepala mereka.”
RATING 4/5
Kebanyakan buku terjemahan emang gitu, judulnya ngikutin judul aslinya. Walaupun menurut saya gak harus sih, selama merepresentasikan isi bukunya. Kayak buku ini nih, jadi aneh kan judulnya :D
BalasHapusbtw, salam kenal :D
Iya yak apalagi terjemahan GPU, kayaknya semua judul terjemahannya ada judul Indonesia kecuali judulnya nama orang :D
HapusSalam kenal juga ^^