Judul: Interlude
Pengarang: Windry Ramadhina
Penerbit: GagasMedia
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 372 halaman
“Masa lalu seperti belenggu, memang. Mengikat, kadang.
Seperti menjadi bagian baru di diri kita. Bagian baru yang membebani.”
Hidup Hanna
hancur sejak sebuah kejadian yang membuatnya trauma dan terluka. Kejadian
tersebut mengubah Hanna menjadi pemurung, pendiam, tidak percaya diri dan yang
lebih penting membuatnya tidak punya impian dan harapan lagi.
Sedangkan Kai
adalah pemuda yang hobi mempermainkan perasaan perempuan. Kai berasal dari
keluarga yang tak harmonis. Dia bukannya tidak punya impian, lebih tepatnya
tidak punya keinginan untuk sekadar memikirkan apa impiannya.
Yang menjadi
minat Kai hanyalah jazz. Dia
bergabung ke sebuah grup jazz bernama
Second Day Charm sebagai gitaris bersama dua personel lainnya, Gitta dan Jun.
Kai dan Hanna
kemudian dipertemukan dengan tidak sengaja. Sikap Hanna yang pemalu dan
tertutup membuat Kai penasaran. Kai pikir Hanna hanya berpura-pura acuh
terhadapnya untuk menarik perhatiannya. Sampai kemudian perbuatan Kai membuat
Hanna menjadi takut kepadanya.
Di saat Kai
mulai merasakan hal yang berbeda kepada Hanna, perasaan yang tidak dirasakannya
pada gadis-gadis yang pernah dikencaninya, Hanna semakin menjauh dan menghindari
Kai. Bagaimana akhir kisah mereka? akankah Hanna dapat kembali menumbuhkan rasa
percaya yang telah hilang di hatinya?
“Kau membiarkan rasa takut itu menjadi begitu kuat. Kau
memeliharanya. Kau menyerah. Berhenti hidup seperti ini, Hanna. Kau berhak bahagia.
Aku bisa membuatmu bahagia.”
Perlu diketahui
terlebih dahulu kalau genre buku ini adalah New
Adult. Dan seperti yang sudah diketahui, biasanya buku-buku New Adult punya ide cerita yang kelam,
gelap dan covernya “seksi”. Begitu pula dengan buku ini (tapi untungnya cover
buku ini cantik dan nggak bikin malu kalo dibaca di depan umum).
Saya takjub,
dan agak tidak percaya kalau buku ini ditulis oleh mbak Windry Ramadhina karena
buku-buku karya mbak Windry yang sudah saya baca sebelumnya bercita rasa manis.
Saya merasa agak menyesal sekali baru baca buku ini sekarang. Kalo tahu akan
sebagus ini ceritanya, sudah dari dulu saya baca :D
Penggambaran
mbak Windry tentang konflik batin Hanna dan Kai berhasil tersampaikan ke saya
sebagai pembaca, di London: Angel saya tahu benar perasaan Gilang karena kurang
lebih saya juga (masih pernah) merasakan apa yang dirasakan oleh Gilang
*malah curcol*. Berbeda dengan Hanna dan Kai, saya (Alhamdulillah) tidak pernah
merasa se-depresi mereka, tapi saya bisa merasakan itu.
Saya ikut
terbawa emosi yang dirasakan oleh Hanna dan Kai. Terutama Hanna. Entahlah,
bagaimana caranya, saya bisa mengerti alasan
kenapa Hanna dan Kai, misalnya melakukan tindakan tertentu. Mungkin karena
Hanna dan Kai digambarkan punya sifat yang manusiawi sekali, seolah mereka
memang nyata dan tindakan yang mereka ambil masuk akal.
Saya suka di
buku ini mbak Windry kembali memberikan side
story dari karakter lain. Dan side
story itu tak kalah menarik dari kisah Hanna-Kai itu sendiri. Memberikan side story seperti ini menurut saya
adalah hal yang bagus karena akan membuat karakter sampingan di sebuah buku
tidak terkesan hanya tempelan atau pemanis semata.
Buat yang udah
suka tulisan mbak Windry karena kadar kemanisan ceritanya nggak perlu takut kok
buat baca buku ini. Walaupun kisah di buku ini kelam, endingnya tetap manisss.
Saya suka! Apalagi bagian epilognya. Epic :)) saya juga suka dengan bab akhir sebelum
epilog, bikin ngikik. Kebayang kalo buku ini difilmkan, terus Deddy Corbuzier
jadi cameo :D
Setelah baca
buku ini saya jadi pengin baca Walking After You nih xD yang mau ngasih monggo
loh, akan saya terima dengan lapang dada x)) *kabur sebelum ditimpuk*
“Di dunia ini, beberapa orang hidup tenang, beberapa
orang sebaliknya—mengalami kejadian buruk. Kedengarannya tidak adil, memang.
Tapi, Hanna, mereka yang mengalami kejadian buruk dan bertahan dari semua itu
akan menjadi lebih kuat dari yang lain. Mereka—spesial.”
RATING 4/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar