Senin, 07 April 2014

[Book Review] Teka-Teki Terakhir by Annisa Ihsani





Judul: Teka-Teki Terakhir
Pengarang: Annisa Ihsani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 256 Halaman
Available at: Bukupedia

“Kau tahu, aku sering mendengar orang dewasa berkata bahwa mereka payah dalam matematika semasa sekolah dulu. Itu mungkin topik yang paling sering muncul dalam percakapan basa-basi mereka, setelah cuaca dan pertandingan olahraga. Sekarang, hampir bisa kupastikan bahwa itu juga akan menjadi salah satu topik basa-basiku saat dewasa nanti.”

Gosipnya, suami-istri Maxwell penyihir. Ada juga yang bilang pasangan itu ilmuwan gila. Tidak sediit yang mengatakan mereka keluarga ningrat yang melarikan diri ke Littlewood. Hanya itu yang Laura tahu tentang tetangganya tersebut.

Dia tidak pernah menyangka kenyataan tentang mereka lebih misterius daripada yang digosipkan. Di balik pintu rumah putih di Jalan Eddington, ada sekumpulan teka-teki logika, paradoks membingungkan tentang tukang cukur, dan obsesi terhadap pernyataan matematika yang belum terpecahkan selama lebih dari tiga abad. Terlebih lagi, Laura tidak pernah menyangka akan menjadi bagian dari semua itu.

Tahun 1992, Laura berusia dua belas tahun, dan teka-teki terakhir mengubah hidupnya selamanya...

“Pernikahan adalah hal yang ganjil, tidakkah kau setuju, Laura? Ah, tapi tentu saja kau masih terlalu muda untuk memahaminya.”

Ada berapa banyak TeenLit pengarang Indonesia yang bahasan utamanya bukan cinta-cintaan? Tidak banyak, saya rasa. Dan kalaupun ada, biasanya jarang dikemas dengan gaya penceritaan yang menarik. 

TeenLit terakhir saya baca yang bukan tentang cinta-cintaan—tapi ada sedikit dibahas sik, adalah Jurnal Jo dan Jurnal Jo: Online karya Ken Terate. Dua buku tersebut termasuk TeenLit favorit saya.
Dan kemudian ada buku ini, yang ide ceritanya Matematika. Ya, Matematika. Tapi jangan salah, walaupun terdengar boring, bagi saya tidak sama sekali kok. Malah buku ini bisa saya nikmati sampai akhir.

Awalnya, sekilas ketika membaca sinopsis bagian belakang—yang saya copas di atas xD, saya kira ini buku terjemahan. Ternyata pengarangnya orang Indonesia. Tapi memang buku ini bercita-rasa terjemahan. Mulai dari nama karakternya, sampai dialog-dialognya.

Saya salut dengan penulis buku ini yang memberikan selipan-selipan pengetahuan tentang Matematika, tapi tidak sampai membuat saya menguap saking bosannya :))

Saya harap semakin banyak TeenLit seperti Teka-Teki Terakhir ini, yang tidak hanya menawarkan sesuatu berbeda dan menghibur, tapi juga memberikan pengetahuan dan pesan moral untuk pembacanya.

MEMORABLE QUOTES:
  • “Rupanya saat kau tua, kau merencanakan banyak hal tapi hanya bisa mengerjakan sedikit sekali.” – Hal. 49
  • “Kalau aku boleh memberimu satu nasihat, Laura, janganlah terlalu fokus pada satu hal hingga lupa menghargai apa yang ada di sekelilingmu.” – Hal 93
  • “Rasanya tidak menyenangkan disalahpahami. Tetapi lebih menyakitkan lagi kalau yang salah paham padamu orang-orang yang bahkan tidak pernah berusaha mengenalmu.” – Hal. 145
  • “Semua orang aneh dengan caranya sendiri. Terkadang keanehanmu tidak cocok dengan keanehan orang lain, jadi mereka menyebutmu aneh. Tetapi terkadang keanehanmu cocok dengan keanehan seseorang, dan kalian bisa berteman.” – Hal. 147
  • “Dengar, apa pun yang kau lakukan, akan selalu ada orang yang menganggapnya salah. Jadi, sebaiknya lakukan saja yang kau suka, oke?” – Hal. 171
  • “Menurutku penting untuk meninggalkan sesuatu selagi kau hidup. Bagi beberapa orang, mungkin berupa bukti teorema. Bagi orang lain, mungkin lukisan atau puisi. Tetapi intinya, apa saja yang menunjukkan kau pernah hidup. Supaya orang tahu apa impianmu, apa yang membuatmu sedih, apa kau lebih suka anjing atau kucing...” – Hal. 217
  • “Kami pernah bercerita padamu relasi kuat antara ahli matematika dan kegilaan, kan? Aku selalu memiliki ketakutan tersembunyi akan kegilaan. Dan hari itu aku sungguh takut aku sudah menjadi gila.” – Hal. 242

RATING 4/5

Rabu, 02 April 2014

[Book Review] Menanti Cinta by Adam Aksara







Judul: Menanti Cinta
Pengarang: Adam Aksara
Penerbit: Mozaik Indie Publisher
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 221 halaman
Available at: http://mozaikindie.com

“Kupikir, dalam dunia ini akan ada hal yang tidak mungkin pernah kudapatkan. Tak peduli seberapa kerasnya aku berjuang.”

Cinta tak akan pernah membebani, baik bagi yang dicintai, mapun yang mencintai. Karena cinta adalah sebuah keagungan yang melembutkan hati dan mencerahkan kehidupan bagi yang memilikinya.

Alex berhasil memiliki kekayaan meski terlahir cacat. Ia sadar, seperti cacatnya, ada hal yang tidak pernah akan dimilikinya dalam hidup. Cinta adalah salah satunya.

Namun, cinta menjeratnya dalam diam dan menawarkan sebuah hasrat terpendam. Kini, ia hanya dapat mencintai dan terus mencintai, tak berdaya menolak pesonanya.

Claire terlahir berlumur kemiskinan dan penderitaan. Semua yang diinginkannya hanyalah sebuah tempat untuk dapat berteduh dan lepas dari cengkraman orangtuanya.

Ia tahu, cinta dan kebahagiaan adalah sebuah kemewahan. Ia tidak berani menginginkan mereka. ia ditakdirkan untuk bahagia.

Cinta mempertemukan mereka. menjerat mereka dalam mimpi kebahagiaan yang seolah tak pernah berakhir dalam kehidupan. Bersama Alex, Claire berani mulai bermimpi dan mencoba mempercayai, kebahagiaan pantas untuknya.

Bagaimana nasib kisah cinta mereka selanjutnya? Baca di Menanti Cinta…

“Aku sungguh mencintaimu hingga aku bersedia membiarkanmu pergi.”

Kisah pangeran yang jatuh cinta pada Upik Abu memang sudah sering digunakan ya. Bedanya pangeran dalam buku ini bukan berkuda putih, tapi berkursi roda. Sebenarnya mau tema se-mainstream apa pun kalau dikemas dengan asyik juga tetap menghibur, sayangnya pengarang buku ini gagal mengemas tema usang tersebut menjadi bacaan yang menarik.

Pertama, saya kurang suka dengan sudut pandang penceritaannya yang berubah-ubah dan bikin bingung. Juga sub-bab yang menceritakan kembali dengan penceritaan berfokus pada Alex, mungkin maksud pengarangnya baik ya agar cerita di bab itu diperjelas lagi, tapi jatuhnya kok ya terlalu bertele-tele bagi saya. 

Selanjutnya, soal Claire, saya tidak menangkap apa alasan Claire jadi suka pada Alex. Apakah karena kebaikan dan kemurahan hatinya? Atau ada faktor lain? Pesona Alex di mata Claire kurang jelas buat saya, saya paham sik kalau buku ini fokus ceritanya pada Alex, tapi sah-sah saja toh hal itu diperjelas? Sudut pandangnya pake POV 3 ini.

Dan tentu saja alurnya yang super ngebut :( jadinya kayak nonton ftv bercitarasa sinetron. Terlalu banyak yang ingin diceritakan untuk 200-an halaman.

Untuk soal kesalahan penulisan alias typo, sudah ditulis panjang lebar di review ini oleh kak Dinoy. Mungkin bisa dijadikan masukan untuk ke depannya :))

RATING 2/5

[Book Review] Undakan Menjerit by Jonathan Stroud






Judul: Undakan Menjerit (The Screaming Staircase)
Pengarang: Jonathan Stroud
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 424 halaman
Available at: Bukupedia

“Ketika memasuki rumah yang berisi Pengunjung, sebaiknya masuklah cepat-cepat. Itu peraturan pertama yang kami pelajari. Jangan pernah ragu-ragu, jangan pernah berlama-lama di ambang pintu.”

Selama lima puluh tahun lebih, wabah hantu menyerang Inggris.

Lucy Carlyle menjadi penyelidik paranormal karena harus membantu ibunya mencari uang. Di antara kakak-kakak perempuannya hanya Lucy yang punya potensi untuk menjadi “agen”.

Kehidupannya berjalan baik sebelum terjadi petaka yang membuat Lucy memutuskan untuk kabur ke London dengan harapan bisa punya karir lebih bagus.

Sayangnya dia harus puas bisa bergabung dengan agensi pembasmi hantu paling kecil di London yang dipimpin Anthony Lockwood.

Ketika salah satu kasus mereka berakhir dengan kekacauan fatal, Lockwood & Co. memiliki peluang untuk memperbaiki keadaan. Sayangnya, itu berarti mereka harus menginap di rumah paling berhantu di Inggris.

“Tidak ada ‘harapan’ di sini. Dengan gabungan bakat kita, apa yang bisa salah?”

Dari awal saya membaca buku ini, saya sudah merasakan atmosfer kelam. Deskripsinya yang detail berhasil membuai pikiran saya untuk membayangkan sosok yang dideskripsikan oleh Stroud. Bikin merinding deh, serius. Apalagi yang dideskripsikan adalah arwah-arwah penasaran.

Sebelumnya saya menganggap enteng arwah penasaran yang muncul di buku ini. Ternyata mereka bukan hanya menakuti, tapi bisa juga “bertindak” dan menyebabkan kematian, tergantung tingkatan tipe mereka.

Selain menyeramkan, ada beberapa bagian yang juga lucu kok, dan karena penempatan jokes-nya pas, momen lucunya dapet :D 

Buku ini sangat pantas diberi 5 bintang, apalagi ini buku pertama dari sang pengarang yang saya baca, tapi saya kurangi 1 bintang deh :D karena menurut saya twist-nya kurang nendang. Saya berhasil menebak twist-nya walaupun awalnya hanya dugaan sotoy x))


“Menolak makanan gratis adalah kejahatan.”

RATING 4/5

[Book Review] S.C.H.O.O.L : Chemistry by aL Dhimas






Judul: S.C.H.O.O.L: Chemistry (Seven Complicated Hours of Our Life #1)
Pengarang: aL Dhimas
Penerbit: GagasMedia
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 214 halaman

“Melayani orang yang nggak suka padamu cuma akan membuatmu menyia-nyiakan waktumu untuk belajar.”

Marsha Anandita Hariadie. Berstatus siswi di salah satu SMA di Batam. Menyukai pelajaran Kimia dan punya cita-cita untuk ikut mewakili sekolahnya di olimpiade Kimia antar SMA. Alasan Marsha suka pelajaran Kimia adalah karena dia sama sekali tidak ingin berada di bawah bayang-bayang sang kakak yang pintar dalam semua mata pelajaran kecuali Kimia.

Seperti remaja lainnya, Marsha juga punya kelompok pertemanan yang beranggotakan 5 orang yaitu Mel, Roro, Alvie, Sarah dan Marsha sendiri.

Kembali ke impian Marsha yang ingin menjadi salah satu peserta olimpiade Kimia, hal itu sama sekali tidak mudah walaupun Marsha sudah berusaha keras. Apalagi ada seorang siswi bernama Tantri yang selalu nyinyir dan menunjukkan sikap tidak suka terang-terangan pada Marsha. Menurut Tantri, siswi seperti Marsha tidak pantas menunjukkan minat pada Kimia.

Untungnya sahabat-sahabatnya selalu mendukung Marsha. Tapi kemudian persahabatan mereka rusak karena rahasia yang disimpan oleh mereka sendiri.

“Orang yang nggak pernah gagal itu sebenarnya orang yang nggak pernah nyobain apa pun.”

SCHOOL merupakan gebrakan terbaru dari GagasMedia setelah sebelumnya sukses dengan STPC. SCHOOL merupakan akronim dari Seven Compicated Hours of Our Life, mendengarnya saja sudah sangat menjanjikan bukan? ;)

Tapi… buat saya, buku ini sebagai pembuka dari seri SCHOOL cukup mengecewakan. Tulisan di cover belakang memang terlihat sangat menjanjikan dan menawarkan konflik remaja cukup rumit. Kenyataannya, kalau boleh saya simpulkan, buku ini bercerita tentang “geng remaja yang punya janji konyol untuk sepakat tidak berpacaran”. Selanjutnya sudah bisa ditebak dong apa yang terjadi selanjutnya? Klise memang.

Sebenarnya saya lebih menunggu persoalan yang katanya “seorang adik yang selalu dibayang-bayangi prestasi kakaknya” daripada tentang geng cewek itu. Tapi malah dikecewakan karena “seorang adik yang selalu dibayang-bayangi prestasi kakaknya” itu cuma muncul sedikiiiiiit sekali. Itu pun cuma dari pengakuan si Marsha -____-

Karakterisasinya menurut saya kurang. Apalagi teman-teman Marsha yang dikenalkan sekaligus satu-per-satu di bab awal. Iya, SEKALIGUS. Saking banyaknya info tentang teman-teman Marsha ini di bab itu, saya malah suka lupa siapa yang "anu" siapa yang "itu".

Terus si karakter-utama-yang-namanya-Marsha ini, dia cerdas sik, tapi kok telmi amat kalo soal mendeteksi kebohongan dan mengendus hal tak wajar? Emang sengaja dibikin nggak peka kali yak? *positip tingking*

Saya pernah baca review orang di goodreads kalo ada sedikit kesalahan pada materi Kimia yang dibahas di buku ini *yang soal simbol unsur Tembaga ya kalo nggak salah?*. Dan karena saya sendiri nggak jago Kimia, jadi nggak sadar juga sik soal itu x))  

Untuk sisi baiknya, cover dan konsep buku ini keren! Jadi ya, di dalam buku ini ada halaman khusus yang bisa kalian corat-coret seperti halaman kosong buku tulis, selain itu ada juga jadwal pelajaran, mata pelajaran favorit, first crush dan masih banyak lagi. Selain itu ada juga Games School: cari kata, cari jalan dan cari perbedaan.

Cocok untuk dibaca adek-adek yang masih SMA. Percaya deh, kalian pasti bakal suka! ;))

“Jawaban bisa datang kapan dan dari mana aja, perhatikan aja sekeliling kamu.”

RATING 2.5/5