Judul:
Menanti Cinta
Pengarang:
Adam Aksara
Penerbit:
Mozaik Indie Publisher
Tahun
Terbit: 2014
Tebal:
221 halaman
Available
at: http://mozaikindie.com
“Kupikir, dalam dunia ini akan ada hal
yang tidak mungkin pernah kudapatkan. Tak peduli seberapa kerasnya aku
berjuang.”
Cinta
tak akan pernah membebani, baik bagi yang dicintai, mapun yang mencintai.
Karena cinta adalah sebuah keagungan yang melembutkan hati dan mencerahkan
kehidupan bagi yang memilikinya.
Alex
berhasil memiliki kekayaan meski terlahir cacat. Ia sadar, seperti cacatnya,
ada hal yang tidak pernah akan dimilikinya dalam hidup. Cinta adalah salah
satunya.
Namun,
cinta menjeratnya dalam diam dan menawarkan sebuah hasrat terpendam. Kini, ia
hanya dapat mencintai dan terus mencintai, tak berdaya menolak pesonanya.
Claire
terlahir berlumur kemiskinan dan penderitaan. Semua yang diinginkannya hanyalah
sebuah tempat untuk dapat berteduh dan lepas dari cengkraman orangtuanya.
Ia
tahu, cinta dan kebahagiaan adalah sebuah kemewahan. Ia tidak berani
menginginkan mereka. ia ditakdirkan untuk bahagia.
Cinta
mempertemukan mereka. menjerat mereka dalam mimpi kebahagiaan yang seolah tak
pernah berakhir dalam kehidupan. Bersama Alex, Claire berani mulai bermimpi dan
mencoba mempercayai, kebahagiaan pantas untuknya.
Bagaimana
nasib kisah cinta mereka selanjutnya? Baca di Menanti Cinta…
“Aku sungguh mencintaimu hingga aku
bersedia membiarkanmu pergi.”
Kisah
pangeran yang jatuh cinta pada Upik Abu memang sudah sering digunakan ya.
Bedanya pangeran dalam buku ini bukan berkuda putih, tapi berkursi roda. Sebenarnya
mau tema se-mainstream apa pun kalau
dikemas dengan asyik juga tetap menghibur, sayangnya pengarang buku ini gagal
mengemas tema usang tersebut menjadi bacaan yang menarik.
Pertama,
saya kurang suka dengan sudut pandang penceritaannya yang berubah-ubah dan
bikin bingung. Juga sub-bab yang menceritakan kembali dengan penceritaan
berfokus pada Alex, mungkin maksud pengarangnya baik ya agar cerita di bab itu
diperjelas lagi, tapi jatuhnya kok ya terlalu bertele-tele bagi saya.
Selanjutnya,
soal Claire, saya tidak menangkap apa alasan Claire jadi suka pada Alex. Apakah
karena kebaikan dan kemurahan hatinya? Atau ada faktor lain? Pesona Alex di
mata Claire kurang jelas buat saya, saya paham sik kalau buku ini fokus
ceritanya pada Alex, tapi sah-sah saja toh hal itu diperjelas? Sudut pandangnya
pake POV 3 ini.
Dan
tentu saja alurnya yang super ngebut :( jadinya kayak nonton ftv bercitarasa
sinetron. Terlalu banyak yang ingin diceritakan untuk 200-an halaman.
Untuk soal kesalahan penulisan alias typo, sudah ditulis panjang lebar di review ini oleh kak Dinoy. Mungkin bisa dijadikan masukan untuk ke depannya :))
RATING 2/5
kamu mereview bukumu sendiri?
BalasHapus