Sabtu, 19 Oktober 2013

[Book Review] Looking for Alaska by John Green






Judul: Looking for Alaska
Pengarang: John Green
Penerbit: HarperCollins Children's Books
Tahun Terbit: 2011
Tebal: 263 halaman

“Sometimes you lose a battle. But mischief always wins the war.”

Miles Halter memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya pindah ke Culver Creek, sekolah asrama yang dulunya juga tempat ayah Miles menuntut ilmu. Di Culver Creek, Miles sekamar dengan anak lelaki yang dipanggil Colonel. Colonel inilah yang kemudian memberi Miles nama baru: Pudge.

Pudge punya keahlian yang unik. Karena kegemarannya membaca buku biografi, dia bisa hapal kata-kata terakhir dari tokoh-tokoh terkenal.

Pudge yang dulunya di sekolah lamanya tidak mempunyai teman dekat, kemudian menjadi salah satu bagian dari grup pertemanan Colonel yang terdiri dari Colonel, Takumi, Lara dan Alaska, anak perempuan yang menarik, pintar, seksi dan misterius. Ya, banyak hal-hal pribadi Alaska yang tidak diketahui oleh teman-temannya.

Bersama, sebagai remaja mereka kompak melakukan kenakalan-kenakalan kecil sampai kenakalan besar. Tapi kemudian mereka tidak sadar kalau nantinya sebuah kejadian akan membuat situasi di antara mereka berubah.

“Why did we drink? For me, it was just fun, particularly since we were risking expulsion. The nice thing about the constant threat of expulsion at Culver Creek is that it lends excitement to every moment of illicit pleasure. The bad thing, of course, is that there is always the possibility of actual expulsion.”

Looking for Alaska merupakan buku kedua karya John Green yang saya baca. Sebelumnya saya pernah membaca The Fault in Our Stars(versi terjemahan) *curhat dikit, TFiOS belum saya review di blog xD mungkin nanti kalo saya sudah selesai baca yang versi aslinya akan saya review #infonggakpenting #biarinyangpentingreviewinijadipanjang ;))*. Dan Looking for Alaska membuat saya ingin lagi membaca karya-karya John Green yang lain.

Kemiripan TFiOS dengan Looking for Alaska adalah: sama-sama punya dialog berisi dan quote-able. Tapi, bedanya jika ketika membaca TFiOS hanya membuat mata saya berkaca-kaca, Looking for Alaska dengan suksesnya membuat saya mewek. Serius loh, buku ini bikin nyesek terutama narasi dari Pudge ;(.

Saya sudah tertipu mentah-mentah dengan kekocakannya di awal. Saya pikir buku ini adalah buku komedi yang menceritakan kisah-kisah kenakalan remaja. Rupanya saya salah besar. Buku ini sukses membuat hati saya ikut sakit ketika membaca bagian “the day of” dan mengetahui kebenaran tentangnya. *semoga tidak spoiler :D*

Jika kalian sedang tertarik untuk membaca buku yang membuat galau *bukan galau soal cinta ya ;)*, Looking for Alaska patut kalian coba.

MEMORABLE QUOTES

  • “That didn’t happen, of course. Things never happened like I imagined them.” – Hal. 14

  • “Y’all smoke to enjoy it. I smoke to die.” – Hal. 57

  • “I mean, it’s stupid to miss someone you didn’t even get along with. But, I don’t know, it was nice, you know, having someone you could always fighting with.” – Hal. 83

  • “They couldn’t bear the idea of death being a big black nothing, couldn’t bear the thought of their loved ones not existing and couldn’t even imagine themselves not existing. I finally decided that people believed in an afterlife because they couldn’t bear not to.” – Hal. 123

  • “But a lot of times, people die how they live. And so last words tell me a lot about who people were, and why they became the sort of people biographies get written about. Does that make sense?” – Hal. 156

  • “That is fear. I have lost something important, and I cannot find it, and I need it. It is fear like if someone lost his glasses and went to the glasses store and they told him that the world had run out of glasses and he would just have to do without.” – Hal. 173

  • “I am sorry, Alaska. You deserved a better friend.” – Hal. 182

  • “When you stopped wishing things wouldn’t fall apart, you’d stop suffering when they did.” – Hal. 233

  • “I don’t know where there is, but I know it’s somewhere, and I hope it’s beautiful.” – Hal. 263


RATING 5/5

7 komentar:

  1. Apa John Green spesialis buku2 sedih yah? Aku lagi baca TFiOS dan belum pernah baca karya Green yang lain. TFiOS juga heboh banget karena semua reaksi orang sama: 'buku ini bikin aku nangis banget blablabla...' Makanya nih aku bacanya udah siap2in mental supaya gak terlalu attached ke tokoh2nya. Hhehe.

    Kalo Abo bilang Looking for Alaska malah jauh lebih bikin mewek daripada TFiOS yang booming karena banjir air mata-nya itu, kayaknya aku malah jadi gak mau baca buku ini deh. Hahaha. Untung baca review-mu dulu. Soalnya tadinya rencana mau nyari dan baca buku ini >.<

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak tahu juga sih tepatnya, soalnya baru baca dua bukunya :D yang pasti om John Green *sok kenal* ini spesialisasi novel remaja yang berisi dan membuat pembacanya jadi berpikir.

      Dirimu kurang suka buku-buku tear-jerker yak? :D kalo menurutku sih iya, buku ini bikin mewek dan nyesek.

      Hapus
  2. hhehe ya gitu deh. abis aku baca buku nyari senang sih, bukan nyari mewek. hahaha. eh tapi kadang2 kalo moodnya pas mau juga buku2 syedih ;P
    reviewmu bagus :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. oooh ada juga ya tipe pembaca yang "menghindari" buku-buku syedih :D

      hahahah, thank you, walaupun sebenernya masih reviewer amatiran xD

      Hapus
  3. Kaakkk kasih tau akhiran nya dongg aku penasaraan T_T aku ada buku nya sih di rumah cuma males bacaaa hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. belinya dimana?! kalo gamau baca jual aja deh._.

      Hapus
  4. ini tulisan komen aku sebelumnya masuk ga ya? -_-"

    pas baca cerita ini tuh rasanya kaya masuk ke dimensi lain .. hahaha
    kebawa sama dunia alaska, kolonel, pudge, takumi. Aku bahkan hampir ga inget nama asli kolonel, karena emang jarang banget kan disebutin di buku.

    intinya menurut aku, cerita ini bikin nyesek, tapi ga tau kenapa,, pokoknya nyesek aja.
    ga nangis sih, tapi ampe kepikiran dan pengen banget tau "apasih yang sebenernya si
    Alaska pikirin?" (ini spoiler ga sih?)


    oiya, salam kenal :)



    BalasHapus