Rabu, 26 November 2014

[Book Review] Cerita Cinta Indonesia by 45 Penulis GPU






Judul: Cerita Cinta Indonesia
Pengarang: 45 Penulis GPU
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 400 halaman
Available at: Bukupedia

“Rinduku padamu adalah rindu langit pada bumi. Ia mengirimkan hujan, yang seperti air mata tangisan. Bahkan kalau jatuh di laut, ia menjadi ombak, selalu menyerbu ke bumi, ke tanah, dan masuk ke dalamnya.” – Hal. 33

Buku ini berisi 45 cerita pendek karya 45 penulis yang sudah meramaikan dunia perbukuan Indonesia dengan karya-karya mereka. Penulis-penulis yang terlibat dalam kumpulan cerpen ini pasti telah kalian kenal atau telah kalian baca tulisan-tulisan mereka atau bahkan merupakan penulis favorit kalian.

Mari lupakan sejenak cerpen-cerpen di dalamnya, saya telah dibuat terharu ketika membaca bagian “Kata Pengantar Penerbit”. Saya merasa bangga bisa menjadi pembaca buku terbitan penerbit yang telah berdiri selama 40 tahun ini. Saya masih ingat betul buku terbitan Gramedia pertama yang saya beli; terjemahan Which Witch-nya Eva Ibbotson. Bisa dibilang GPU telah menjadi bagian dari hidup saya dan berperan besar membentuk saya menjadi seorang penggila buku seperti sekarang sejak saat itu.

Saya pikir saya sudah terlalu banyak membicarakan diri saya sendiri, saatnya untuk membahas buku ini. Seperti yang telah kalian tahu dan seperti yang telah saya tulis di atas, buku ini terdiri dari 45 cerpen. Bayangkan! 45 cerpen. Itu termasuk jumlah yang banyak untuk sebuah buku kumpulan cerpen.

Buku ini menawarkan tema dan rasa yang berbeda-beda. Nasihat Nenek karya Clara Ng dan Asylum karya Lexie Xu merupakan cerpen yang mengundang rasa mencekam, atmoster horornya sangat kerasa buat saya. Di jejeran “galau maker” ada Rindu yang Terlalu - Arswendo Atmowiloto, Gerimis yang Ganjil - Budi Maryono, Rindu – Dewi Kharisma Michellia, Hachiko dan Luka yang Setia – Eka Kurniawan, Muse – Ika Natassa dan Gadis dan Pohon Jambu – M. Aan Mansyur. Beberapa penulis yang saya kenal sebagai penulis teenlit, cerpen-cerpennya tampil beda di buku ini seperti Tabula Rasa – Debbie Wijaja, Savana – Dyan Nuranindya, Gelas di Pinggir Meja – Ken Terate, SMS- Luna Torashyngu dan Letting Go – RisTee.

Ada pula cerpen-cerpen menarik lain yang berhasil memukau saya; Dua Garis – Jessica Huawae yang membuat saya muak. Bukan muak karena cerpennya tetapi karena apa yang diceritakan di cerpen tersebut memang merupakan kenyataan sebenarnya. Persepsi – Maggie Tiojakin yang bermain-main dengan persepsi pembacanya. Apalah Artinya Nama – Marga T. membuat saya penasaran berapa persentase kebenaran di cerpen ini karena saya sama sekali buta soal sang penulis. Terakhir ada Bahagia Bersyarat – Okky Madasari yang membuat saya bertanya-tanya pada diri saya sendiri, apa arti sesungguhnya bahagia itu? benarkah saya sudah merasa bahagia di kehidupan saya sekarang?

Eits, bukan berarti cerpen-cerpen yang tidak saya sebutkan jelek ya, hanya saja terlalu panjang jika saya harus mengulas satu per satu cerpen di buku ini. Lebih baik kalian sendiri yang membuktikannya. Saya sendiri merasa puas setelah menyelesaikan buku ini. Bahkan penulis-penulis yang karya-karya sebelumnya dari mereka kurang saya sukai mampu membuat saya menikmati setiap cerita singkat yang mereka tuturkan.

Buat saya buku kumpulan cerpen ini merupakan kado manis spesial yang sengaja dibuat untuk kita, para pembaca. Saya pribadi mengucapkan terima kasih pada GPU untuk kado manisnya ini. Terima kasih karena telah menjadi salah satu bagian dari kehidupan saya sampai sekarang. Terima kasih karena beberapa cerpen di buku ini cukup berhasil mengobati kerinduan saya akan tulisan para penulis-penulis favorit saya. Terima kasih.

“Ketika kau akhirnya tahu siapa yang akan mencintaimu untuk selamanya dan berada di sisimu sampai kapan pun, apa hatimu tidak akan tergerak untuk menghabiskan sisa hidupmu dengan orang itu sampai ajal menjemputmu?” – Hal. 91-92


RATING 5/5