Judul: Teka-Teki Terakhir
Pengarang: Annisa Ihsani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2014
“Kau tahu, aku sering mendengar orang dewasa berkata bahwa
mereka payah dalam matematika semasa sekolah dulu. Itu mungkin topik yang
paling sering muncul dalam percakapan basa-basi mereka, setelah cuaca dan
pertandingan olahraga. Sekarang, hampir bisa kupastikan bahwa itu juga akan
menjadi salah satu topik basa-basiku saat dewasa nanti.”
Gosipnya, suami-istri Maxwell
penyihir. Ada juga yang bilang pasangan itu ilmuwan gila. Tidak sediit yang
mengatakan mereka keluarga ningrat yang melarikan diri ke Littlewood. Hanya itu
yang Laura tahu tentang tetangganya tersebut.
Dia tidak pernah menyangka kenyataan
tentang mereka lebih misterius daripada yang digosipkan. Di balik pintu rumah
putih di Jalan Eddington, ada sekumpulan teka-teki logika, paradoks
membingungkan tentang tukang cukur, dan obsesi terhadap pernyataan matematika
yang belum terpecahkan selama lebih dari tiga abad. Terlebih lagi, Laura tidak
pernah menyangka akan menjadi bagian dari semua itu.
Tahun 1992, Laura berusia dua belas
tahun, dan teka-teki terakhir mengubah hidupnya selamanya...
“Pernikahan adalah hal yang ganjil, tidakkah kau setuju,
Laura? Ah, tapi tentu saja kau masih terlalu muda untuk memahaminya.”
Ada berapa banyak TeenLit pengarang
Indonesia yang bahasan utamanya bukan cinta-cintaan? Tidak banyak, saya rasa.
Dan kalaupun ada, biasanya jarang dikemas dengan gaya penceritaan yang menarik.
TeenLit terakhir saya baca yang bukan
tentang cinta-cintaan—tapi ada sedikit dibahas sik, adalah Jurnal Jo dan Jurnal
Jo: Online karya Ken Terate. Dua buku tersebut termasuk TeenLit favorit saya.
Dan kemudian ada buku ini, yang ide
ceritanya Matematika. Ya, Matematika. Tapi jangan salah, walaupun terdengar boring, bagi saya tidak sama sekali kok.
Malah buku ini bisa saya nikmati sampai akhir.
Awalnya, sekilas ketika membaca
sinopsis bagian belakang—yang saya copas
di atas xD, saya kira ini buku terjemahan. Ternyata pengarangnya orang
Indonesia. Tapi memang buku ini bercita-rasa terjemahan. Mulai dari nama
karakternya, sampai dialog-dialognya.
Saya salut dengan penulis buku ini
yang memberikan selipan-selipan pengetahuan tentang Matematika, tapi tidak
sampai membuat saya menguap saking bosannya :))
Saya harap semakin banyak TeenLit
seperti Teka-Teki Terakhir ini, yang tidak hanya menawarkan sesuatu berbeda dan
menghibur, tapi juga memberikan pengetahuan dan pesan moral untuk pembacanya.
MEMORABLE QUOTES:
- “Rupanya saat kau tua, kau merencanakan banyak hal tapi hanya bisa mengerjakan sedikit sekali.” – Hal. 49
- “Kalau aku boleh memberimu satu nasihat, Laura, janganlah terlalu fokus pada satu hal hingga lupa menghargai apa yang ada di sekelilingmu.” – Hal 93
- “Rasanya tidak menyenangkan disalahpahami. Tetapi lebih menyakitkan lagi kalau yang salah paham padamu orang-orang yang bahkan tidak pernah berusaha mengenalmu.” – Hal. 145
- “Semua orang aneh dengan caranya sendiri. Terkadang keanehanmu tidak cocok dengan keanehan orang lain, jadi mereka menyebutmu aneh. Tetapi terkadang keanehanmu cocok dengan keanehan seseorang, dan kalian bisa berteman.” – Hal. 147
- “Dengar, apa pun yang kau lakukan, akan selalu ada orang yang menganggapnya salah. Jadi, sebaiknya lakukan saja yang kau suka, oke?” – Hal. 171
- “Menurutku penting untuk meninggalkan sesuatu selagi kau hidup. Bagi beberapa orang, mungkin berupa bukti teorema. Bagi orang lain, mungkin lukisan atau puisi. Tetapi intinya, apa saja yang menunjukkan kau pernah hidup. Supaya orang tahu apa impianmu, apa yang membuatmu sedih, apa kau lebih suka anjing atau kucing...” – Hal. 217
- “Kami pernah bercerita padamu relasi kuat antara ahli matematika dan kegilaan, kan? Aku selalu memiliki ketakutan tersembunyi akan kegilaan. Dan hari itu aku sungguh takut aku sudah menjadi gila.” – Hal. 242
RATING 4/5
membaca reviewnya sih kelihatannya penulisnya berbakat.
BalasHapus