Judul: Galila
Pengarang: Jessica Huwae
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 336 Halaman
“Kita mulai di suatu titik, bukan berarti kita akan berakhir
di titik yang sama.”
Galila adalah seorang diva yang
berprestasi, dikagumi dan dipuja oleh semua orang. Lewat ajang pencarian bakat
yang melambungkan namanya, dia meniti karir sebagai penyanyi. Dari luar,
terkesan kalau hidup Galila sangat hebat, tak sedikit orang yang ingin berada
di posisinya.
Tapi sesungguhnya tak ada yang
sempurna, pun begitu dengan kehidupan Galila. Dia menyimpan masa lalu kelamnya
rapat-rapat. Itulah mengapa dia sangat membatasi wawancara dengan wartawan.
Tidak seperti Davina, saingannya yang
sengaja mencari sensai untuk kembali mendongkrak popularitasnya. Bahkan
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan olehnya.
Galila sudah merasa hidupnya sangat
bahagia ketika dia mulai berhubungan dengan Eddie. Tapi, rencana mereka berdua
untuk hidup bersama tidak berjalan mulus. Mulai dari pertentangan dari pihak
keluarga Eddie dan puncaknya, ketika masa lalu Galila terungkap.
Bagaimana dengan kehidupan Galila
selanjutnya? Apa sebenarnya masa lalu yang disimpan Galila? Untuk mengetahui
jawabannya, silakan baca di Galila.
“Lucu ya kalau dipikir bagaimana apa
yang di atas kertas kita pikir bisa membuat bahagia ternyata tidak demikian
keadaannya.”
Ini merupakan buku pertama Jessica
Huwae yang saya baca. Alasan saya tertarik dengan buku ini adalah covernya yang
enak dilihat dan review positif di goodreads.
Tapi mungkin karena ekspektasi saya ketinggian, saya jadi sedikit kecewa ketika
menyelesaikan buku ini.
Maksud saya begini, untuk gaya bahasa
dan diksi saya benar-benar suka. Cuma, masalah selera kali ya, bagi saya kok
nasib Galila ini berat amat yak. Terlalu banyak cobaan berat yang dihadapi
Galila di kehidupannya. Saya jadi bersimpati pada Galila di sepanjang cerita
._.
Lalu, di bab-bab awal. Kan ada
wawancara Galila dengan Nadya tuh, nah yang membuat saya tidak nyaman adalah ceritanya
yang ke mana-mana dan kembali lagi ke bagian wawancara itu. Malah ketika narasi
sudah bercerita tentang Eddie dan keluarganya, saya sudah lupa dengan adegan wawancara itu. Tapi cerita
selanjutnya bisa dinikmati kok, hanya bagian itu yang sedikit mengganggu.
Dan terakhir, bagian kerusuhan
Ambon-nya sayang sekali cuma disinggung sedikit .__. Padahal kalau melihat dari
sinopsis belakangnya, saya pikir bagian itu akan banyak disinggung, ternyata
hanya sedikit. Ya sudahlah ya, fokus cerita buku ini kan memang ke Galila.
Walaupun di beberapa bagian
mengecewakan saya, buku ini layak untuk dibaca ketika mengisi waktu luang kok
:)) apalagi bagi kamu yang sedang galau. Saya pernah membaca artikel kalau
sedang galau itu disarankan untuk baca atau menonton yang tragis-tragis, agar
orang yang galau tersadar kalau yang mereka galaukan sebenarnya tidak pantas
untuk digalaukan. Karena masih banyak yang lebih ngenes lagi nasibnya.
#sokbijak #reviewyangmelantur #abaikanparagrafterakhir.
MEMORABLE QUOTES:
- “Tradisi memang kadang dilakukan bukan karena manusia sungguh-sungguh percaya, namun karena ada janji dan pengharapan akan masa depan yang tersimpan di dalamnya.” – Hal. 25
- “Manusia kadang memang jadi lebih jujur saat detik-detik perpisahan datang menjelang.” –Hal. 31
- “Pengetahuan baru tentang pria yang kemudian diperolehnya: pria bisa begitu saja menghilang. Tanpa pesan. Dan mereka tidak butuh alasan untuk melakukan hal itu.” – Hal. 62
- “Mungkin itu sebabnya Tuhan menciptakan Adam dan Hawa berpasangan, karena tidak ada yang lebih menusuki hati daripada merasa sepi dan sendiri di tengah ramai yang mengelilingi.” – Hal. 91
- “Saat tertangkap basah berbohong, perempuan mungkin akan memafkan, tetapi mereka tidak pernah melupakan.” – Hal. 128
- “Terkadang, orangtua berpikir mereka bisa menguasai manusia lain, dalam hal ini anaknya. Memiliki dan membesarkan anak dijadikan investasi. Untuk mengikuti semua keinginannya, untuk mendengarkan pendapatnya, untuk menjaga dan merawat mereka di hari tua. Mengaburjan arti kata berbakti dengan tidak boleh memiliki pilihan sendiri.” – Hal. 233
- “Cinta mungkin tidak bisa melupakan, namun dia memaafkan.” – Hal. 256
RATING 3/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar