Judul: O
Pengarang: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2016
“Tentang seekor monyet yang ingin menikah dengan kaisar dangdut.”
Begitulah kalimat yang tertulis di
bagian belakang buku terbaru karya Eka Kurniawan ini. Tak ada keterangan lebih
lanjut mengenai garis besar ceritanya. Judulnya pun pendek saja, hanya satu
huruf.
Jadi, untuk kalian yang penasaran,
buku ini bercerita tentang seekor monyet bernama O yang ditinggalkan oleh
kekasihnya (yang juga monyet, tentu saja), Entang Kosasih. Dari habitat tempat
O tinggal, ada legenda bahwa pernah hidup seekor monyet yang berhasil berubah
menjadi manusia. Dan O meyakini kalau Entang Kosasih yang amat terobsesi dengan
legenda tersebut telah berhasil menjadi manusia seperti yang selama ini Entang
Kosasih impikan.
O pun percaya kalau Entang Kosasih
masih menunggunya untuk berubah menjadi manusia dan mereka akan menikah pada
bulan kesepuluh, seperti janji yang pernah diucapkan kekasihnya itu. Dengan
tekad itu, O berkelana sampai ia bertemu dengan pawang topeng monyet, dan
menjalani hidupnya dari seekor monyet bebas menjadi monyet untuk pertunjukan topeng
monyet. Bagi O, topeng monyet akan mengajarinya untuk menjadi manusia
seutuhnya. Masuk akal kan? Dari sana O diajari untuk bertingkah layaknya
seorang manusia. Berjalan dengan dua kaki seperti manusia. Memperagakan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia.
Suatu hari secara tak disengaja, O
melihat foto dari seorang terkenal yang dikenal sebagai Kaisar Dangdut. Sejak
pertama melihat foto itu, hati O berkata kalau Kaisar Dangdut adalah Entang
Kosasih, kekasihnya yang telah berubah wujud menjadi manusia.
Benarkah Kaisar Dangdut adalah
perwujudan manusia dari Entang Kosasih? Berhasilkah O berubah menjadi manusia?
“Bukan cinta yang membuat kita buta. Tapi keyakinan.”
Ucapan selamat dan salut rasanya
harus saya berikan untuk penulis favorit saya ini. Bagaimana tidak, dalam buku
terbarunya ini, Mas Eka Kurniawan mencoba hal yang baru dari tulisannya,
menceritakan kisah dengan bermacam hewan sebagai karakter-karakter di dalamnya.
Yah, memang saya pernah membaca cerpen beliau yang juga berkisah dari sudut
pandang seekor bebek dan sebongkah batu, tapi tetap saja saya salut dengan Mas
Eka yang menulis buku menakjubkan ini. Saya yakin tak mudah untuk secara
konsisten mengemas cerita dari sudut pandang berbagai spesies hewan di dalam
buku setebal hampir 500 halaman ini.
Dan seperti yang sudah diketahui
selama ini, pantang bagi Mas Eka untuk bercerita hanya dari satu karakter tok, dalam buku ini ada banyak sekali
karakter-karakter yang berebut untuk diceritakan kisahnya. Mulai dari
hewan-hewan, manusia, bahkan sampai sebuah revolver dan kaleng sarden. Gilanya,
kesemua cerita-cerita ini amat menarik, dan saling terkait satu sama lain.
Hal melenakan lain dari O adalah timeline-nya yang acak-adut. Kuat sekali
kesannya kalau di buku ini sang penulis menulis dengan seenaknya. Agak sedikit
membuat pusing memang timeline
ceritanya yang kacau dan sesukanya ini. Tapi yang ini sensasi pusingnya beda,
buktikan sendiri kalau tak percaya.
Selain unik karena bukunya tergolong
fabel, ada hal lain yang membuat O agak berbeda dari novel-novel Mas Eka
sebelumnya, di sini beliau menyisipkan sedikit konten agama, dan menurut saya O
inilah karya beliau yang cukup aman, tidak terlalu vulgar. Jauh sekali jika dibanding
“Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar
Tuntas” yang berlabel 21+. Kecuali kalau kamu menganggap narasi tentang
hewan kawin termasuk ke dalam kategori vulgar :p
Saya akui saya pembaca yang belum
terlalu melek sastra, tapi ada dua poin yang secara tersirat saya tangkap
ketika membaca buku ini. Pertama, saya mikirnya kalau kisah O yang ingin
menjadi manusia ini merupakan kritik sosial untuk keadaan masyarakat sekarang,
di mana semua manusia diharuskan memakai topeng untuk dianggap sebagai manusia
oleh manusia-manusia lain. Kedua, bahkan terkadang binatang pun bisa lebih
manusiawi dari manusia sekalipun. Atau kebalikannya, bahkan manusia pun bisa
lebih binatang dari binatang itu sendiri.
Tapi... karena kesempurnaan hanya
milik Tuhan, tentu saja O tak lepas dari cela. Yang saya sayangkan sedikit sih
sebenarnya. Pertama, buku ini merupakan bukunya Mas Eka Kurniawan yang paling
banyak typo-nya. Mungkin pengaruh
cetakan pertama juga kali ya? Soalnya buku-buku Mas Eka yang saya baca
sebelumnya selalu cetakan kesekian. Selanjutnya, yaitu terlalu lamanya jeda di
antara rangkaian kisah-kisahnya. Misalnya, ketika satu cerita diakhiri dengan
gantung yang membuat penasaran, selanjutnya langsung disambung dengan cerita
lain, atau lanjutan cerita lain, nah cerita ini nantinya akan merambat ke
mana-mana, sebelum kembali lagi ke lanjutan cerita yang digantung tadi. Karena
terlalu lama jedanya, jadi dibuat tidak penasaran lagi. Itu saja sih.
Secara keseluruhan, O tentu saja layak
dibaca. Rangkaian kisah-kisah di dalamnya akan membuatmu tersenyum simpul,
terenyuh, sampai geleng-geleng kepala. Jadi, tunggu apa lagi? Bukunya sudah
mulai beredar dalam minggu ini. Segera dapatkan di toko buku/toko buku online kesayanganmu.
“Menjadi batu sering kali
satu-satunya yang bisa dilakukan manusia. Lihatlah bongkah batu, yang sebesar
rumah maupun sekecil kerikil. Mereka mungkin terlihat, tapi pada saat yang sama
terabaikan. Mereka tampak kukuh, tapi pada saat yang sama diam. Batu tampak
seperti gumpalan dunia di mana kehidupan berhenti di dalam dirinya sendiri,
sementara dunia di luar dirinya bergerak dengan cepat.”
“Ada hal yang juga sabar mendekam: dendam. Ia bisa menyala berkobar
membakar apa saja. Di lain waktu, ia barangkali hanya bara kecil yang
terpendam. Dendam dilahirkan untuk sabar mendekam.”
aku pingin baca buku ini gara-gara tentang fabel, yaampun sampai lupa kapan terakhir baca fabel --"
BalasHapusSebenanrya nggak sepenuhnya fabel soalnya ada karakter-karakter manusianya juga Mbak.
HapusBuruan baca, nggak bakal nyesel deh :))
Oalah jadi fabel to, kupikir dulu ini semacam perumpamaan manusia yang sifatnya menyerupai monyet xD Btw, aku nyoba baca Cantik Itu Luka ngos-ngosan banget bacanya. Narasinya banyaaak :3
BalasHapusSama, aku juga pas baru denger kabar soal buku ini ngiranya perupamaan doang :D
HapusCantik Itu Luka emang narasinya panjang-panjang. Tapi di O ini dialognya agak lebih banyakan. Semangat baca Cantik Itu Luka-nya! \o/
Saya jg pgn baca ini, tp ntar pinjem tmn aja haha. Timeline dan alurnya lbh acakadut mana ketimbang Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas? Wah gak terlalu vulgar ya, padahal menurut saya salah satu ciri khas unggulan Eka adalah keberaniannya melugaskan hal2 vulgar (′~`●)
BalasHapus