Rabu, 12 Februari 2014

[Book Review] Bumi by Tere Liye






Judul: Bumi
Pengarang: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 440 halaman

“Apa pun yang terlihat, boleh jadi tidak seperti yang kita lihat. Apa pun yang hilang, tidak selalu lenyap seperti yang kita duga. Ada banyak sekali jawaban dari tempat-tempat yang hilang. kamu akan memperoleh semua jawaban. Masa lalu, hari ini, juga masa depan.”

Sekilas, dari luar Raib hanya seorang remaja cewek berusia 15 tahun yang biasa saja. Tapi, sebenarnya Raib menyimpan satu rahasia besar; dia bisa menghilang. Bahkan orangtua dan teman dekat Raib pun tidak mengetahui keberadaan kekuatan Raib itu.

Diawali dengan peristiwa kecil yang ganjil, sampai kemudian suatu hari Raib bertemu—lebih tepatnya ditemui—oleh sosok misterius yang mengaku kalau dia akan mengajari Raib untuk mengendalikan kekuatan besarnya itu.

Tapi Raib sama sekali tidak sadar kalau sosok misterius itu nantinya akan membuat kehidupannya berubah dan peristiwa besar telah menantinya.

“Sumber kekuatan terbaik bagi manusia adalah yang kalian sering sebut dengan tekad, kehendak. Jutaan tahun usia Bumi. Ribuan tahun kehidupan tiba di dunia ini. Semua mencoba bertahan hidup. Kehendak besar mereka bahkan lebih kuat dibandingkan kekuatan itu sendiri.”


Tere Liye is back! Sebenarnya bahkan sebelum buku ini terbit saya sudah tahu tentang kisah Raib ini. Bumi merupakan cerita bersambung yang diposting oleh bang Tere Liye di fanpage official miliknya. Hampir sama dengan “Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah” dan “Negeri Para Bedebah”. Bedanya, Bumi kemudian hiatus setelah 20 sekian episode. Sampai kemudian penulisnya mengabari kalau Bumi akan dijadikan serial. Saya yang memang sudah suka dengan ceritanya sejak episode 1 diposting sangat tidak sabar menunggu Bumi terbit.

Ah ya, perlu diketahui sebelumnya kalau genre buku ini fantasi. Jarang-jarang loh saya baca buku fantasi dari penulis lokal, dan Bumi saya nilai cukup sukses membuat dunianya sendiri. Saya merasa cukup puas dengan buku ini.

Mungkin sinopsis yang saya buat di atas kurang menarik, tapi apa boleh buat, lebih baik kalian membaca sendiri kejutan-kejutan di buku ini ;))

Petualangan Ra dan kawan-kawannya (menurut saya sik) seru dan menegangkan walaupun di bagian-bagian tertentu mengingatkan saya pada beberapa buku yang pernah saya baca.

Yang membuat saya kurang sreg adalah gaya bahasanya, menurut saya terlalu kaku terutama dialog-dialog karakternya. Jadi membacanya seperti membaca buku terjemahan :D tapi untungnya walaupun kaku penulisannya rapi dan enak dibaca kok. 

Tentu saja saya menunggu sekuel dari Bumi karena masih banyak hal-hal yang masih menimbulkan pertanyaan di benak saya terutama menyangkut Kota Tishri. Saya berharap pertanyaan-pertanyaan itu bisa terjawab di seri selanjutnya.

Buat kalian yang ingin membaca buku fantasi karya penulis lokal, Bumi wajib dimasukkan dalam daftar bacaan kalian ^^

“Kamu tahu, Ra, tidak ada yang lebih penting dari pakaian selain nyaman dipakai. Peduli amat dengan selera warna orang lain.”

“Sebenarnya dalam percakapan sehari-hari, paling banyak kita hanya menggunakan dua ribu kosakata paling penting, diulang-ulang hanya itu. sekali menguasainya, kita bisa terlibat dalam percakapan dan mengembangkan sendiri.”


RATING 4/5


2 komentar:

  1. Tumben Tere-Liye nulis fantasi. Masukin wish-list dulu deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah baca Kisah Sang Penandai? Itu juga buku Tere Liye berbau fantasi kok walaupun agak-agak dongeng 1001 malam gitu :)

      Hapus