Judul:
Mary, Mary
Pengarang:
James Patterson
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Tahun
Terbit: 2013
Tebal:
456 halaman
“Jika mencintaimu adalah kesalahan, aku tidak ingin benar.”
Pembunuhan berantai terjadi di
Hollywood. Yang menjadi korban adalah para tokoh papan atas Hollywood.
Korban-korban ini dibunuh dengan keji oleh seseorang yang mengaku bernama Mary
Smith. Lewat e-mail, Mary Smith
mengirimkan rincian tentang pembunuhan yang dilakukannya ke seorang editor LA Times.
Agen FBI Alex Cross yang sedang liburan
dengan keluarganya di Disneyland
diminta untuk membantu kepolisian setempat menangkap pelaku pembunuhan berantai
itu.
Tapi rupanya Mary Smith ini sangat
pintar dan licin, bahkan jenis kelaminnya pun masih diragukan
identitasnya—walaupun banyak yang mengira dia seorang perempuan.
Selain mengejar Mary Smith, Alex
Cross juga dihadapkan dengan masalah pribadinya sendiri. Masalah keluarga, dan
masalah kehidupan cintanya.
“Kadang-kadang norak itu bagus, bagus sekali, menjaga agar semuanya
berada dalam perpektif yang tepat.”
Mary, Mary merupakan serial Alex
Cross ke-11. Dan ini merupakan kali pertama saya membaca serial karya James
Patterson ini. Karena itulah saya
tidak bisa membuktikan apakah buku ini memang novel thriller James Patterson yang paling rumit seperti yang tertulis
pada bagian belakang cover :D dan karena
itu pula saya sedikit kesulitan membacanya, soalnya tak jarang menyinggung kejadian
yang terjadi di seri sebelumnya.
Buku ini menggunakan multiple POV, cukup menarik membacanya.
Tapi, penulisnya tergolong pelit dalam memberikan clue. Hal itu memaksa pembacanya untuk benar-benar menyelesaikan
buku ini agar dapat mengetahui siapa pembunuh sebenarnya. Sayangnya menurut
saya formula seperti itu cocok jika disuguhkan dalam bentuk visual atau film.
Kalau di buku, sukses sih, sukses membuat saya terkantuk-kantuk. Lumayan buat
pengantar tidur xD
Bagian awalnya-lah yang menurut saya paling
membuat bosan. Tapi ketika bagian paruh akhir, konflik yang dibangun cukup
menarik kok.
Salah satu yang saya suka dengan buku
ini adalah halaman per-chapter-nya
pendek-pendek. Jadi, bisa membantu saya sedikit mengatasi kebosanan saya akan
masalah hidup si Cross.
Terjemahannya oke, tidak ditemukan typo dan cover-nya pun menarik. Sayang kertas yang digunakan kertas tipis
buram (yang sering dipakai untuk buku-buku teenlit itu lho), tak jarang kertasnya
mudah kusut atau malah robek.
Hampir lupa, bagian yang paling saya
suka adalah tentang tes psikopat. Ini saya kutip bagian itu. *tenang, ini tak
ada hubungannya dengan isi cerita kok jadi bebas spoiler ;))*
Ceritanya seperti ini.
Pada pemakaman ibunya, seorang wanita bertemu dengan seorang pria dan langsung
jatuh cinta. Tapi dia tidak pernah mengetahui nama, nomor telepon, atau apa pun
tentang pria itu. Beberapa hari kemudian, dia membunuh adik perempuannya.
Sekarang… tesnya!
Mengapa dia membunuh adiknya? Jika jawabanmu benar, berarti kau berpikir
seperti seorang psikopat.
Sang pendongeng
menjawab dengan benar, tentu saja. Dia langsung tahu jawabannya. Wanita itu
membunuh adiknya sendiri… karena dia berharap pria yang dia sukai akan hadir
dalam pemakaman.
Oh iya, yang membuat saya penasaran
adalah semenarik apa si Alex Cross ini? Sampai-sampai banyak wanita merasa
tertarik dengannya?
“Menghadapi anggota keluarga yang ditinggalkan akibat peristiwa
pembunuhan selalu menghadirkan situasi sulit. Pada saat kau sangat membutuhkan
informasi, mereka sama sekali tidak ingin membicarakan apa yang baru saja
terjadi.”
“Dibutuhkan sikap dingin pada setiap lokasi pembunuhan, dan aku bisa
merasakannya seperti kulit kedua yang kukenakan. Tapi dibutuhkan keseimbangan
juga. Aku tidak pernah ingin melupakan bahwa ini mengenai manusia, bukan hanya
mayat, bukan hanya korban. Kalau aku sampai kebal terhadap hal itu, aku tahu
sudah waktunya bagiku untuk mencari pekerjaan lain.”
RATING 3/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar