Judul: Seperti
Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Pengarang: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 243
halaman
“Si Tokek berpikir, kita tak bisa menghentikan
seseorang dari jatuh cinta. Bahkan orang yang jatuh cinta itu sendiri. Jatuh cinta
seperti penyakit. Ia bisa datang kapan saja, seperti kilat dan geledk, dan bisa
tanpa sebab apa pun.”
Di puncak rezim
yang penuh kekerasan, kisah ini bermula dari satu peristiwa, dua orang polisi
memerkosa seorang perempuan gila, dan dua bocah melihatnya melalui lubang di
jendela. Dan seekor burung memutuskan untuk tidur panjang. Di tengah kehidupan
yang keras dan brutal, si burung tidur merupakan alegori tentang kehidupan yang
tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya.
“’Kenapa kau selalu bertanya kepada burungmu
untuk segala hal?’
‘Kehidupan manusia itu hanyalah impian
kemaluan kita. Manusia hanya menjalaninya saja.’”
Seperti yang
sudah saya katakan pada review sebelumnya,
buku-buku karya Eka Kurniawan adalah contoh beberapa buku yang susah untuk saya
tulis review-nya. Sejauh yang saya
baca, Eka Kurniawan selalu punya ide cerita bombastis untuk karyanya, lihat
saja Cantik Itu Luka dan Lelaki Harimau. Yang membuat sulit untuk menulis review-nya adalah bagaimana caranya
untuk tetap membiarkan ide cerita tersebut tidak terkuak di review saya. Saya sama sekali tidak tega untuk merusak momen ketika
pembaca bukunya terkagum-kagum akan ide cerita buku yang dia baca.
Sebelumnya,
izinkan saya untuk kesal terlebih dahulu dengan sinopsisnya yang amat menipu
itu. Saya tertipu mentah-mentah dengan menelan bulat-bulat apa yang dikatakan
oleh sinopsisnya. Saya beritahu ya, kisah di buku ini tidak sesederhana itu,
jauh lebih kompleks dan menghanyutkan daripada apa yang dikatakan di sinopsis.
Tak banyak buku
yang berhasil membuat saya langsung jatuh cinta di paragraf pertama. Biasanya
perasaan cinta muncul seiring proses perkenalan pada karakter-karakter,
konflik, dan segala tetek bengek lain. Buku ini salah satunya yang bisa membuat
saya jatuh cinta secara instan. Saya dibuat melongo ketika membaca paragraf
awal, dan mulai mengerti kenapa terdapat stiker bertuliskan 21+ di bagian
belakang cover. Isinya memang lebih
dewasa, vulgar, dan blak-blakan dari karya sang penulis yang pernah saya baca.
Di Seperti
Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas mas Eka Kurniawan kembali bermain-main
dengan alur. Hebatnya alur acak yang dipakai tidak lantas membuat saya pusing,
malah asyik membaca sambil merunutkan kejadian yang dituturkan.
Dan endingnya!
Saya suka sekali dengan endingnya. Tidak jelas bagaimana saya harus menanggapi
endingnya yang “happy” ending itu x)). Pastinya setelah membaca buku ini saya sudah
dibuat rindu dengan buku bagus yang ditulis oleh pengarang Indonesia yang tidak
sekadar bagus. Tapi juga punya makna dan meninggalkan kesan yang mendalam buat
saya. Walaupun Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas tidak bisa menggeser
posisi Cantik Itu Luka di hati saya, saya berani mengatakan kalau buku ini
merupakan salah satu terbaik yang pernah saya baca.
“Kemaluan bisa menggerakkan orang dengan biadab.
Kemaluan merupakan otak kedua manusia, seringkali lebih banyak mengatur kita
daripada yang bisa dilakukan kepala.”
RATING 5/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar