Rabu, 08 April 2015

[Book Review] Kata Kota Kita by 17 Penulis Terpilih GWP Batch 1






Judul: Kata Kota Kita
Pengarang: 17 Penulis Terpilih Gramedia Writing Project Batch 1
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 272 halaman

“Akar segala kejahatan adalah cinta akan uang.”

Buku kumpulan cerpen ini merupakan karya keroyokan 17 penulis pendatang baru yang merupakan penulis terpilih pada Gramedia Writing Project Batch 1. Bagi yang belum tahu apa itu Gramedia Writing Project atau biasa disingkat GWP, yaitu seleksi pencarian bakat penulis, dimulai sejak tahun 2013 oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Beberapa penulis yang berkontribusi di dalam buku ini bisa dibilang ada yang sudah saya kenal walau tidak secara langsung. Ada yang saling follow-follow-an dan berbalas mention di twitter. Ada yang sama-sama anggota BBI. Ada pula yang sering saya kunjungi blog, akun wattpad, atau akun gwp mereka. Mungkin itu juga yang menjadi salah satu faktor yang membuat saya tertarik untuk membaca buku ini. 

Karena rasanya tidak adil kalau di review ini saya hanya membahas cerpen-cerpen yang saya suka, dan karena hampir semua cerpennya favorit saya, rasanya nanggung jika tidak saya bahas satu per satu :D

“Masa lalu bisa berdampak buruk bagi dua orang yang menyimpan cinta dengan ragu. Harusnya mereka membicarakan rencana masa depan, bukan kenangan.”

Ora – Ayu Rianna
Dibuka dengan cerpen klise, tapi ditulis dengan baik. Di cerpen ini penulis berhasil membawa saya ikut menikmati suasana Pantai Ora yang terkenal dengan keindahannya itu.
Berlari ke Pulau Dewata – Cindy Pricilla
Berbeda dengan cerpen pertama yang agak serius, cerpen kedua ditulis dengan gaya kocak dan menggelitik. Bukan termasuk yang ‘wah’, tapi cukup menghibur.
Ditelan Kerumunan – Djan Fraumi
Aneh. Dialog antar tokohnya nyeleneh. Apalagi dialog karakter Lindung. Kalau saya yang jadi Raga, pasti udah rada takut deh sama si Lindung ini x)). Gaya ngomongnya ... nggak seperti gaya bahasa yang dipakai orang pada umumnya. Sebenarnya isu yang berusaha diangkat penulis cukup menarik, cuma mengemas isu tersebut yang kurang. Terus menurut saya sik, sudut pandang yang dipakai kan sudut pandang orang pertama, tapi saya ngerasanya kayak baca dari sudut pandang orang ketiga.
Cinta dan Secangkir Cokelat Hangat – Dwi Ratih Ramadhany
Rada maksa. Di awal saya pikir bakal menarik, karena saya mengira sudut pandang yang digunakan melalui sebuah benda di dalam atau di luar kafe. Ternyata si aku-nya adalah kota Malang itu sendiri -___-. Lagian si aku-nya ini maksa bener ngejodohin (lagi) Larisa sama Ragil. Sampe saya jadi kasian sama Gilang :(. Just not my cup of tea, I guess :))
“Let the Good Times Roll!” – Emha Eff
Cerpen dengan pesan moral yang baik. Saya suka!
Sparks – Emilya Kusnaidi
Udah baca Romansick? Nah cerpen ini bisa dibilang spin-off dari novel tersebut. Saya tidak akan membocorkan ceritanya, yang jelas saya sukak pake banget! Feels-nya itu loh, bisa tersampaikan dengan baik. Jadi ikutan patah hati :(. Dan judulnya, kok bisa sik mbak Emilya kepikiran judul catchy macam Romansick dan Sparks? Buat mbak Emilya, saya jadi penasaran  dengan tulisan-tulisanmu selanjutnya, ditunggu yaa ;))
Mamon, Cintaku Padamu – Idawati Zhang
I love love this short story. Berbeda dengan cerpen-cerpen sebelumnya, di sini penulis menuturkan kisah yang lebih dewasa dan ber-genre drama keluarga. Yang saya suka adalah bagaimana cara mbak Idawati*sok kenal* membuat kalimat di awal nantinya akan berhubungan dengan kalimat di akhir cerita.
Sunflower – Lidya Renny Chrisnawaty
Kisah yang manis getir. Cukup oke walau saya sudah bisa menebak akan ke mana arah ceritanya bergulir.
Frau Troffea – Lily Marlina
Di awal cerpen ini terasa menjanjikan, mengambil tema besar tentang misteri menyeramkan di Prancis tahun 1518. Cuma mengecewakan di akhir karena ending-nya yang ‘gitu doang’. Mungkin salah saya juga yang berekspektasi terlalu tinggi. Tapi serius, saya mengharapkan ending yang lebih ‘nendang’. Dan saya percaya kalau penulisnya bisa melakukan yang lebih baik lagi. Sayang sekali.
Asing – Marisa Jaya
Unexpected! One of my favorites ;))
Bukan Sebuah Penyesalan – Orinthia Lee
Kagum dengan kelihaian Orin dalam penggunaan sudut pandang cerpen ini, dan hal tersebut bikin rasa penasaran saya meningkat.
Pohon dan Cinta – Putra Zaman
Saya suka cerpen ini bukan karena faktor Palembang-nya loh ya ;)) kisahnya sederhana tapi ngena banget. Apalagi ending-nya.
Di Balik Tirai Rindu – Rizky Noviyanti
Cerpen yang memainkan perasaan saya. Tapi saya tidak bisa menerima twist-nya begitu saja. Sedikit kurang masuk akal.
Bulungan – Tj Oetoro
Agak mirip dengan cerpen sebelumnya, tapi yang ini twist-nya cukup bisa diterima.
Ankara di Bawah Purnama – Tsaki Daruchi
Mindblowing adalah kata yang tepat untuk menggambarkan cerpen ini. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul pun terjawab semua di akhir. Saya langsung bengong seketika setelah mengetahui semua fakta mengejutkan yang sebelumnya berhasil disimpan sang penulis rapat-rapat. Well done, Tha! :D
Jakarta – Yatzhiar Nao
Saya bingung dengan apa sebenarnya yang ingin disampaikan penulis lewat cerpen ini. Bahwa perselingkuhan itu bisa juga berakhir manis? -__- bukan favorit saya, mungkin cuma masalah selera.
Amerta – Yulikha Elvitri
Menegangkan di sepanjang cerita, tapi lagi-lagi agak kecewa dengan ending-nya. Judul yang dipilih menarik, saya langsung googling kata “amerta” yang ternyata berarti “ketidakmatian, tidak dapat mati, abadi”. Cocok dengan apa yang dikisahkan di cerpen.

“Cinta itu kayak tanaman, Re, semakin kamu pupuk akan makin subur. Tapi coba bayangin kalau tanaman yang kamu pupuk itu tanaman yang salah. Dia memang akan tetap tumbuh, tapi akan jadi pohon yang nggak kamu harapkan.

Pujian pertama harus saya berikan pada Gramedia Pustaka Utama dengan project GWP-nya. Menurut saya ajang pencarian menemukan bakat-bakat penulis baru dan membantu mengembangkan potensi mereka patut diapresiasi. Indonesia butuh lebih banyak penulis berkualitas lagi untuk semakin memajukan dunia perbukuan kita. Dan saya melihat banyak potensi dari penulis-penulis yang berkontribusi dalam kumpulan cerpen ini.

Pujian selanjutnya buat yang mendesain kavernya. Juga buat para editor yang telah melakukan pekerjaannya dengan baik. Yah, walaupun tidak sepenuhnya sempurna karena masih ditemukan beberapa typo, tapi overall bukunya rapi.

Pujian terakhir tentu saja buat ke-17 penulis buku ini. Seperti yang saya bilang tadi, mereka sangat berpotensi untuk bisa menjadi the next Indonesian Idol penulis idola di Indonesia.


RATING 4/5

4 komentar:

  1. Wah, asyik! Ternyata lengkap banget riviunya, Bo. Thanks banget ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya nih, tumben lagi kerasukan mood rajin buat bikin review x))
      Sama-sama Utha :)

      Hapus
  2. Woh! Riviunya tiap cerpen! Makasih, ya, Kak Abo. ^^

    BalasHapus