Judul: Sabtu Bersama Bapak
Pengarang: Adhitya Mulya
Penerbit: GagasMedia
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 278 halaman
“Meminta maaf ketika salah adalah wujud dari banyak hal. Wujud dari sadar
bahwa seseorang cukup mawas diri bahwa dia salah. Wujud dari kemenagan dia
melawan arogansi. Wujud dari penghargaan dia kepada orang yang dimintakan maaf.”
Buku ini bercerita tentang dua
saudara, Satya dan Cakra. Ketika usia mereka masih sangat kecil, Bapak
meninggal karena mengidap kanker. Sebelum meninggal, Bapak yang terbiasa punya
perencanaan matang menyiapkan rekaman-rekaman video untuk anak-anaknya.
Di rekaman-rekaman yang selalu mereka
tonton setiap hari Sabtu itu, Bapak banyak mengajarkan kebaikan dan values tentang hidup lewat cerita-cerita
pengalaman hidupnya sendiri.
Bertahun-tahun kemudian, Satya telah
menikah dan memiliki dua anak. Satya yang jarang pulang karena pekerjaannya,
mulai dijauhi dan ditakuti keluarganya sendiri karena emosinya yang sering
meledak.
Sedangkan Cakra, berhasil meraih karir
cemerlang. Hanya satu di kehidupannya yang masih kurang, pendamping hidup.
Entah mengapa Cakra tidak seberuntung kakaknya dalam hal cinta.
Setiap dua saudara ini bingung dengan
berbagai macam persoalan yang mereka hadapi, mereka selalu kembali pada Bapak.
Menonton kembali rekaman-rekaman yang disiapkan Bapak untuk mereka.
“Harga diri kita tidak datang dari barang yang kita pakai.”
Reaksi saya ketika membaca buku ini
saya sangat terkesan. Tidak menyangka kalau seorang Adhitya Mulya yang saya
kenal lewat novel kocaknya, “Jomblo”,
menghasilkan karya serius seperti buku ini. Tentu saja walaupun secara
garis besar, buku ini bukan buku komedi, tetap banyak kok jokes segar khas Adhitya Mulya. Terutama ketika cerita sedang
berpusat pada Cakra.
Tidak terlalu banyak waktu yang saya
habiskan untuk menyelesaikan buku ini, karena gaya bahasanya yang mengalir, dan
bukunya pun tidak terlalu tebal. Cocok untuk saya yang akhir-akhir ini mulai
kehilangan minat membaca.
Ceritanya sebenarnya sederhana. Sering
ditemui sehari-hari. Tapi pengemasannya yang unik, dengan beberapa flashback dan selingan tentang
rekaman-rekaman video Bapak, membuat saya tidak bosan membaca buku yang punya cover kece ini.
Buku ini juga banyak berisi tentang
ilmu parenting, lumayan buat modal di masa depan x)). Pesan-pesan yang
disampaikan pun ngena dan tidak terkesan menggurui.
Menurut saya, buku ini salah satu buku
terbaik yang saya baca tahun ini :))
“Dilepehin sama perempuan itu selalu lebih sakit daripada ditolak kerja.”
RATING 4/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar