Minggu, 23 Oktober 2016

[Book Review] Bulan: Petualangan Menemukan Setangkai Bunga Matahari Pertama yang Mekar






Judul: Bulan (Bumi #2)
Pengarang: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Maret 2015
Tebal: 400 halaman

Memuat spoiler dari buku pertamanya: Bumi 

“Kami telah kembali ke Klan Bumi. Tapi dengan semua kejadian di Klan Bulan, hanya soal waktu kami akan kembali bertualang ke dunia paralel itu.”

Setelah berhasil mengurung Tamus ke penjara Bayangan di Bawah Bayangan, Raib, Seli, dan Ali kembali ke dunia klan Bumi dan menjalani kehidupan mereka sebagai murid kelas X. Meski berbagai pertanyaan memenuhi benak mereka, terutama Raib, mereka belum bisa mendapatkan jawabannya dari Miss Selena karena beliau pamit lantaran banyak hal yang harus diurus. Ketiga remaja yang dari luar terlihat biasa-biasa ini pun hanya bisa menahan rasa penasaran mereka.

Suatu hari Miss Selena kembali, dan dia membawa kabar bahwa mereka akan melakukan kunjungan ke Bulan. Kunjungan tersebut bertujuan mengajak klan Matahari yang selama ini menutup diri dari klan Bulan untuk bersekutu demi mencegah hal-hal buruk yang diakibatkan oleh rencana jahat Tamus. Selain Miss Selena, Av dan putra tertua Ilo dan Vey, Ily yang baru lulus dari Akademi di klan Bulan turut serta dalam kunjungan itu mewakili ayahnya.

Rombongan tersebut tak menyangka kalau mereka akan disambut dengan meriah di klan Matahari, tepat saat Pembukaan Festival Bunga Matahari. Mereka lebih terkejut lagi kala tahu bahwa rombongan mereka diminta ikut berpartisipasi dalam Festival Bunga Matahari, yaitu kompetisi mencari bunga matahari pertama yang mekar yang bisa tumbuh di mana saja di dunia klan Matahari dengan berbekal petunjuk yang harus dipecahkan dan dicari sendiri. Festival ini rutin diadakan dan diikuti oleh anak-anak muda terpilih klan Matahari. 

Raib, Seli, Ali, dan Ily akhirnya mau tak mau ikut bergabung sebagai perwakilan klan Bulan. Namun Raib belum tahu kalau kompetisi itu amat sulit dan berbahaya, dan di akhir, ketika kenyataan tentang kompetisi tersebut terkuak, ada harga yang harus dibayar.

“Dengarkanlah mereka. Hewan-hewan berlari di atas tanah. Burung-burung terbang. Suara dedaunan. Kelopak dahan-dahan. Dengarkanlah mereka, maka mereka akan menuntunmu dengan baik.”

Saya jauh lebih menikmati Bulan dibanding Bumi. Ketika membaca Bumi dulu, saya masih belum terbiasa dengan dunia fantasinya Tere Liye. Tapi sekarang, karena saya sudah punya gambaran garis besar situasi di klan Bulan (dunianya, teknologinya), saya jadi tahu, setidaknya menebak apa yang akan saya temukan dalam buku ini.

Di buku ini, meski konfliknya bisa dibilang lebih ringan dibanding Bumi, tapi saya terhanyut dengan petualangan Ra dan kawan-kawan mencari bunga matahari pertama yang mekar. Mengasyikkan sekali ketika mereka berusaha memecahkan petunjuk, menemukan tempat-tempat dan hewan-hewan magical, dan beradu teka-teki dengan pemilik perahu di dermaga.

Di sinopsisnya, karena bercerita tentang Seli saya pikir kali ini kisah Bulan akan diceritakan melalui sudut pandang Seli, ternyata tetap seperti buku pertamanya, Bulan menggunakan sudut pandang pertama dari Raib. Dan setting ceritanya, saya juga salah duga, ternyata Bulan tidak kembali bersetting di dunia klan Bulan lagi seperti pada Bumi, tapi mengambil setting di klan Matahari. Apakah ini berarti di buku ketiga nanti (Matahari) masih akan menggunakan sudut pandang pertama dari Raib dan bersetting di dunia klan Bintang yang misterius itu? Hmm....

Endingnya lumayan bikin tegang. Saya merasa beruntung baru baca Bulan sekarang, endingnya agak nggantung gitu, jadi rasa penasaran saya pada kelanjutan kisahnya bisa cepat terpuaskan tanpa harus menunggu, karena Matahari sudah di tangan. Yuhuuu! Nggak sabar mau segera baca Matahari!

“Ada banyak masalah di dunia ini yang bisa jadi kita mati-matian menyelesaikannya, susah sekali jalan keluarnya, ternyata cukup diselesaikan dengan ketulusan, dan jalan keluar atas masalah itu hadir seketika.”


 

2 komentar: