Judul: Always
the Bride: Pengantin Baru (Lagi)
Pengarang: Jessica Fox
Penerbit: Esensi
Tahun Terbit: 2016
Tebal: 240
halaman
“Aku hanya akan menikah satu kali. Aku benar-benar percaya bahwa pernikahan
adalah untuk seumur hidup. Kau sendiri yang mengatakannya, kan?”
Alih-alih penari striptis, kejutan
yang didapat oleh Zoe di acara pesta lajangnya adalah seorang cenayang. Zoe
senang tidak kedatangan penari striptis. Tapi... belakangan dia menyesali apa
yang terjadi di malam itu. Lebih tepatnya, apa yang diramalkan oleh Angela sang
cenayang. Bagaimana tidak? Dia diramalkan akan menikah dua kali!
Padahal Zoe yang perfeksionis menganggap
kalau Steve, suaminya adalah orang yang sempurna untuknya. Mereka bisa
melengkapi satu sama lain. Maka, sangat tak mungkin kalau apa yang diramalkan
oleh cenayang tersebut akan menjadi kenyataan.
Sampai kemudian Zoe sadar kalau kehidupan
pernikahannya terancam. Jadi, Zoe terlibat dalam produksi film BBC sebagai
penulis skrip, dan Steve adalah sutradaranya. Karena suatu hal, pemeran utama
prianya diganti dengan Luke Scottman, aktor seksi pujaan hampir semua wanita di
dunia. Parahnya, Luke pernah menjadi kesalahan di masa lalu Zoe. Nah lho!
Dan, tanpa diduga, Steve yang manis
dan mudah ditebak, ternyata juga menyimpan masa lalu yang akan semakin mengancam
pernikahan mereka. Akankah ramalan si cenayang menjadi kenyataan?
“Semua hal harus sempurna bagimu. Sama sekali tidak ada toleransi untuk
kesalahan atau kekhilafan alami manusia dalam duniamu. Benar begitu, bukan?”
Buku ini punya formula klise yang
khas chicklit banget. Mulai dari
konfliknya yang drama, dengan tokoh utama wanita tangguh, dan tak ketinggalan,
seorang tokoh pria seksi. Saya jadi rindu untuk membaca lagi chicklit terjemahan setelah membaca
Always the Bride ini. Meski premisnya klise, menurut saya cukup menarik. Prolognya
sudah menyimpan misteri yang menanti untuk diungkap.
Hal yang saya suka dari buku ini
adalah tokoh-tokohnya yang menonjol. Karakterisasinya keren. Saya sampai benci
setengah mati dengan Rufus -_- dan tokoh terfavorit saya adalah Libby, adik
Zoe.
Tapi, tentu saja buku ini
setaksempurna kehidupan pernikahan Zoe. Ceritanya memang ringan, khas chicklit banget. Dan agak berputar-putar.
Konfliknya juga terlalu drama buat saya. Masalah selera sih :D soalnya dari
awal saya pikir akan semanis Bridget Si Ratu Sekolah ^^,
Hal yang saya pelajari dari membaca
dua buku terbitan Esensi. Kelebihannya, cover-covernya cantik-cantik.
Terjemahannya juga enak. Tapi di sisi lain ukuran font-nya sedikit terlalu kecil. Dan tak dilengkapi dengan bookmark. Bookmark memang terkesan remeh,
tapi tetap rasanya ada yang kurang tanpa kehadiran bookmark yang matching
dengan cover bukunya :D
Menurut saya sih, buku ini sendiri
dari segi ceritanya diselamatkan oleh endingnya. Saya sendiri meskipun tak
menyangka akhirnya akan seperti itu, saya cukup suka dengan bagaimana cara
penulisnya menutup kisah Zoe sampai Epilog. Cocok dengan ide besar yang dari
awal coba untuk disampaikannya. Bahwa tak ada kehidupan yang benar-benar
sempurna.
“Kepercayaan adalah sesuatu yang harus kau miliki dalam pernikahan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar