Judul: Panggilan
Sang Monster (A Monster Calls)
Pengarang: Patrick Ness
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2016
Tebal: 216
halaman
“Aku tulang punggung yang menyangga pegunungan! Aku
air mata yang ditumpahkan sungai! Aku paru-paru yang bernapaskan angin! Aku
serigala yang membunuh rusa, elang yang membunuh tikus, laba-laba yang membunuh
lalat! Akulah rusa, tikus, dan lalat yang dimakan itu! aku ular dunia yang
melahap ekornya! Aku segala sesuatu yang liar dan tak bisa dijinakkan! Sang
monster mendekatkan Conor ke matanya. Aku
adalah bumi liar ini, dan aku datang untukmu, Conor O’Malley.”
Setiap
pukul 00.07 monster itu datang menemui Conor. Monster ini punya sosok yang amat
besar dan merupakan jelmaan dari pohon yew
di belakang rumah Conor. Anehnya, ketika kali pertama didatangi oleh monster
itu Conor tak merasa ketakutan. Karena dia pernah melihat yang lebih buruk dari
mimpi-mimpi yang selama ini mengganggunya.
Mimpi-mimpi
buruk yang datang semakin sering sejak Mum menjalani pengobatan. Mimpi-mimpi
yang selalu diakhiri dengan jeritan Conor, dengan keringat dingin di sekujur
tubuhnya ketika dia terjaga.
Tapi Conor keliru
jika meremehkannya. Monster itu membawa hal yang amat liar dan berbahaya: kisah-kisah.
Kisah-kisah yang nantinya akan memengaruhi Conor di kehidupannya. Dan setelah
monster itu menceritakan tiga kisahnya, dia menuntut Conor untuk menceritakan
kisahnya sendiri, yang akan menjadi kisah keempat. Di kisah keempat, sang
monster menginginkan kebenaran.
“Tidak melulu ada pihak yang baik. Sama halnya bahwa
tidak melulu ada pihak yang jahat. Sebagian besar orang berada di
tengah-tengahnya.”
Baper
karena baca buku? Sudah biasa. Yang jarang adalah perasaan gloomy yang hinggap saat membaca sebuah buku. Dan buku ini salah
satu yang mampu melakukan itu. Ketika
membacanya saya seakan dipaksa masuk ke sebuah dunia yang didominasi warna
kelabu, dengan cuaca yang selalu mendung. Dan di sana saya diharuskan berperan
menjadi anak laki-laki bernama Conor.
Menurut
saya yang berhasil membuat buku ini memengaruhi sampai segitunya adalah
karakterisasi tokoh Conor yang ditulis dengan luar biasa. Berkali-kali saya
merasa dibuat kalau Conor adalah saya sendiri. Saya bisa ikut merasakan
kesedihannya, ketakutan-ketakutannya, amarahnya, tak kalah penting, saya dibuat
mengerti dengan jalan pikirannya, dengan tindakan-tindakan yang dilakukannya.
Dilihat
dari judul dan covernya, saya pikir buku ini cuma buku fantasi biasa yang bercerita
tentang anak kecil yang diganggu oleh sesosok monster. Saya salah besar. A
Monster Calls, atau judul terjemahannya: Panggilan Sang Monster adalah sebuah
buku tentang hubungan keluarga, tentang ketakutan-ketakutan di kehidupan nyata,
tentang keputusan merelakan, melepaskan.
Pastinya
cerita dalam buku ini sedih dan nyesek.
Akan memengaruhi mood-mu ketika
membacanya. Jantung saya rasanya mau meledak saking nyeseknya. Beberapa kali
saya harus menghela napas , istirahat sejenak sebelum kembali melanjutkan
membaca.
Eh iya, jangan
terkejut ketika melihat harga buku ini dan mengetahui kalau jumlah halamannya
hanya 200-an, meski ukurannya agak lebih lebar dari novel pada umumnya. Menurut
saya harganya pantas untuk bukunya. Selain karena tetap menggunakan cover asli,
di dalam buku ini terdapat ilustrasi-ilustrasi ber-tone dark karya Jim Kay
yang akan semakin menambah kesuraman dari cerita di dalamnya.
Satu fakta
menarik yang tidak terlalu penting, saya berhasil menulis review ini setelah
membaca buku ini dua kali. Dan ketika membaca untuk kedua kalinya-lah saya
menemukan fakta bahwa konsep buku ini sangat dipersiapkan dengan matang. 3 kisah
yang diceritakan oleh sang monster, awalnya saya menganggap kisah-kisah ini
biasa saja. Tapi kemudian saya sadar kalau ketiga kisah ini bukan hanya sekadar
pelengkap, apalagi pemanis. 3 kisah ini sangat penting dan berhubungan erat dengan
apa yang dialami oleh Conor. Dari ketiga kisah tersebut yang paling saya suka
adalah kisah tentang pria tak kasatmata. Efek dari kisah ini cukup mengejutkan
sekaligus menyedihkan.
Saya
meyakini dengan pasti kalau review saya ini tidak akan mampu mengungkap semua hal-hal
menakjubkan yang akan kamu temui ketika membacanya. Percayalah, buat saya buku
ini tidak hanya layak dibaca, tapi sangat layak untuk dimiliki.
“Kau tidak menulis hidupmu dengan kata-kata, ujar sang
monster. Kau menulisnya dengan tindakan.
Apa yang kaupikirkan tidaklah penting. Satu-satunya yang penting adalah apa
yang kaulakukan.”