Judul: Kilah
Pengarang: Vinca Callista
Penerbit: Grasindo
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 212 Halaman
“Ternyata,
kita lebih sering mencintai pikiran kita tentang seseorang, daripada orangnya
sendiri.”
Karly Astaseni, berasal dari keluarga berada,
punya tunangan yang amat mencintainya, sekaligus pemilik toko buku yang selama
ini menjadi impiannya. Bagi Karly konsep bertualang untuknya didapat dari
buku-buku yang dibacanya.
Iago, lahir dari keluarga yang cinta akan traveling, sampai kedua orangtuanya pun menghilang
ketika sedang melakukan perjalanan ke Gunung Salak. Bagi Iago alam bebas adalah
dunianya, dia menemukan kebahagiaan di sana. Hingga dia berkunjung ke Toko Buku
Astaseni dan terpikat dengan kecantikan Karly. Iago jatuh cinta dan terobsesi
untuk mengajak Karly traveling berdua dengannya.
Aruna, pegawai di Toko Buku Astaseni.
Diam-diam menaruh kekaguman pada seorang pengunjung reguler toko buku tersebut.
Namun tak pernah berani menyapa dan mengajaknya berkenalan.
Di sisi lain, kisah cinta segitiga antara Brodie,
Nala, dan “aku” yang awalnya seolah
ceritanya tak berhubungan ternyata punya peran tersendiri bagi Karly, Iago, dan
Aruna. Apa yang sebenarnya terjadi?
“Pikiran
kita adalah akses untuk berkilah. Manusia sering kali lebih mencintai pikirannya
sendiri, lalu tidak mau terbuka pada semua jawaban. Maka, jika fakta punya
banyak versi, kita akan selalu memilih berpihak pada versi pikiran pribadi.”
Sebelum buku ini, dulu saya sempat tertarik
pada buku karya Vinca Callista lain yang berjudul Seruak. Tapi apa daya belum
berjodoh sampai sekarang. Lalu ketika melihat buku ini, saya tertarik ketika
tahu satu karakter di dalamnya mencintai buku ditambah cover-nya yang bikin
penasaran. Tanpa berekspektasi macam-macam saya memutuskan untuk memberikan
buku ini kesempatan.
Baru sedikit sekali novel genre thriller-psikologi karya penulis
Indonesia yang saya baca. Yang menjadi favorit saya cuma Pintu Terlarang karya Sekar
Ayu Asmara. Buku ini pun sebenarnya juga sedikit mengingatkan saya pada
tulisannya Sekar Ayu Asmara, mungkin karena itulah saya suka :D yang jelas saya
cukup menikmati kegilaan yang ditawarkan oleh Kilah.
Usut punya usut ternyata ide cerita dari buku
ini berasal dari video klip (band
favorit saya). Saya juga suka banget sama video klipnya. Video klip tersebut
berkonsep seperti film pendek, dan script-nya
juga ditulis oleh Vinca sendiri! Saya tidak akan kasih tahu band apa atau lagu apa karena nantinya
takut malah akan berdampak spoiler x)
Memang di awal ketika belum terbiasa, pembaca
akan dibuat bingung dengan gaya penceritaan yang seenak udel berpindah dari
satu karakter ke karakter lain. Tapi kalau sudah terbiasa, malah menyenangkan
membacanya, karena di situlah penulisnya menebar clue untuk dipecahkan oleh pembaca. Dengan bangga saya mengaku
kalau saya udah bisa nebak akan ke mana ceritanya bermuara pas sampai di
pertengahan buku :p dan tebakan saya benar tentang hubungan antara karakter-karakter
yang tadinya terlihat sekadar tempelan.
Sebagai buku thriller kayaknya nggak lengkap dong kalau nggak ada momen disturbing-nya, nah, sebagai pelengkap,
buku ini juga tak ketinggalan memberikan momen-momen
bikin mual buat pembacanya, sampai
ada yang melibatkan kotoran manusia! Huehehehe >,<
Dari segala kelebihannya yang paling saya suka
dari buku ini adalah judulnya, singkat, padat, dan memang nyambung sama isi
bukunya sendiri *by the way saya baru
ngeh hubungannya pas cari arti kata
“kilah” di KBBI daring x))*. Dan yang paling bikin nggak sreg, di ending malah
nggak diceritakan tentang gimana “si itu” nongol lagi. Kalau disinggung sedikit
pasti endingnya akan lebih sempurna.
Saya rasa 4 bintang layak diberikan buat Kilah
yang telah membuat saya jadi kepingin baca buku-buku lain bergenre thriller karya penulis Indonesia.