Judul: Perfection
Pengarang: Farrahnanda
Penerbit: Ice Cube
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 238 halaman
“Aku selalu menganggap perbedaan tubuhku dan Nila tidak adil. Kami, kan,
sama-sama berada di perut Ibu selama sembilan bulan dan lahir hanya selang
beberapa menit. Wajah kami pun identik. Kecuali—harus kutambahkan—pipiku ini terlihat
seperti gelembung sabun.”
Bagaimana rasanya punya berat badan
kurang ideal dengan lemak berlebih? Tersiksa. Setidaknya begitulah menurut
Nina. Keadaannya diperparah lagi dengan kehadiran Nila, saudara kembarnya yang
cantik, populer, dan terutama yang paling penting: langsing. Nina merasa
hidupnya amat sangat tersiksa.
Dia selalu benci ketika orang-orang
di sekelilingnya membuat candaan mengenai berat badannya, apalagi kalau sampai
dibanding-bandingkan dengan Nila. Tidak hanya teman-teman di sekolah,
orangtuanya pun sering sekali secara tak langsung menyakiti hati Nina.
Lalu Nina berkenalan dengan Kak
Panji. Kakak kelas yang tergila-gila pada Sejarah. Sejak mengenal Kak Panji,
Nina semakin membulatkan tekad untuk mengubah bentuk badannya agar menjadi
proporsional dengan cara apa pun. Nina ingin berubah menjadi sosok sempurna
untuk cowok yang ditaksirnya itu.
“Bercanda? Dari dulu ‘hanya bercanda’ memang selalu dijadikan pembelaan
untuk mengatai orang lain. Yang mereka tidak ketahui, ‘candaan’ yang mereka
lontarkan itu adalah senjata mengerikan untuk melukai perasaan seseorang. Termasuk
perasaanku.”
YARN (Young Adult Realistic Novel)
adalah seri yang memuat novel-novel remaja, ditulis oleh para penulis muda
dengan ciri khas ceritanya yang realistis. Alasan saya memilih Perfection
sebagai perkenalan perdana saya pada YARN adalah selain karena covernya, ide
cerita yang digunakan menarik dan memang terkesan realistis sekali.
Perfection secara tidak langsung menyentil
saya bahwa mulai dari sekarang harus lebih bisa “jaga mulut”. Orang bilang
“Senjata paling mematikan adalah kata-kata”, hal tersebut sama sekali tidak
salah. Apa yang kita ucapkan pada orang lain, baik sadar maupun tidak, bisa
jadi memberi pengaruh bagi orang lain. Kalau pengaruhnya positif sih mending
yaa, bagaimana kalau pengaruhnya jadi negatif coba?
Kalau dipikir-pikir lagi, saya pernah
menjadi salah satu karakter “jahat” di buku ini yang dengan seenaknya melontarkan
candaan fisik ke orang yang dikenal, walau tanpa maksud mencela. Memang kadang
susah juga mengendalikan yang sudah menjadi kebiasaan sik, apalagi kalau objek
yang dicandakan itu adalah teman akrab sendiri. Benar kata Nina di buku ini, kebiasaan
kita kalau sudah menganggap seseorang itu dekat dengan kita, otomatis kita
merasa bisa seenaknya mengatakan apa yang ingin dikatakan tanpa memikirkan
dampaknya.
Saya harap remaja zaman sekarang
membaca buku ini agar makin banyak yang sadar kalau penampilan bukan segalanya.
Ada hal-hal lain yang lebih penting daripada sekadar penampilan luarmu. Banyak
baca buku, tambah pengetahuan dan wawasanmu.
Seriously, otak yang seksi jauh lebih menarik daripada sekadar lekuk tubuh
seksi. Otak seksi looh yaa, bukan otak mesum x))
Kembali membahas bukunya, satu yang
paling saya sayangkan (yang juga menjadi alasan kenapa saya memberi buku ini
3.5 bintang) adalah saya tidak merasa terhubung dengan karakter utamanya.
Entahlah saya tidak bisa memberikan penjelasan yang lebih spesifik kenapa,
pokoknya kadang saya merasa bersimpati dengan Nina, tapi kadang juga
karakternya berubah nyebelin. Saya menilai Nina sebagai pribadi yang amat
sangat sensitif, drama, kadang suka pamer secara tidak sadar, juga terlalu
berusaha keras agar dianggap pintar. Nah, di beberapa bagian, ketika sifat-sifat
tersebut muncullah yang membuat Nina menyebalkan. Parahnya, ada di bagian
menjelang akhir, bagian klimaks yang seharusnya membuat saya bersimpati (yang
berhubungan dengan rambut), malah bikin saya ngakak ketika membacanya. Kejam
ya? x))
Selain masalah karakter utama yang
tidak bisa relate dengan saya, dan
jika mengabaikan beberapa typo plus
kata-kata yang tertulis double buku
ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca. Endingnya tidak mengecewakan.
Setelah buku ini tentu saja saya juga
pengin baca novel-novel YARN yang lain. Ada rekomendasi apa yang harus saya
baca selanjutnya?
“Sadar atau tidak, di Indonesia ada semacam ‘tradisi’ ketika seseorang
memiliki hubungan yang dekat dengan kita, maka semakin seenaknya pula dia boleh
mengata-ngatai kita. Yah, mungkin di luar negeri juga seperti itu, aku kurang
paham. Yang jelas, kebiasaan semacam ini mengesalkan.”
RATING 3.5/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar