Judul: 11
Jejak Cinta
Pengarang: Charon, Clio Freya, Dyan
Nuranindya, Ken Terate, Lexie Xu, Luna Torashyngu, Mia Arsjad, Pricillia A.W.,
Primadonna Angela, Shandy Tan, Windhy Puspitadewi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 200
halaman
“Orang bilang lidah tak bertulang. Tidak, mereka salah besar. Lidah itu
kaku seperti dahan kayu. Sekali dia bengkok, bakal susah diluruskan. Tak ada
yang salah dengan yang bengkok. Yang bengkok mungkin saja indah. Tapi
orang-orang itu hanya bisa menerima yang lurus. Yang bengkok dan menyimpang
hanya buat sampingan. Hanya buat lelucon. Hanya buat diguyur tepung di acara
televisi. Buat apa? Semata agar tuyul-tuyul itu bisa terbahak.”
Teenlit. Saya pikir semua orang pasti
sudah amat familiar dengan lini dari Gramedia Pustaka Utama yang lahir 11 tahun
silam ini. Dan, untuk menyambut ulang tahun ke-11-nya, sebelas penulis Teenlit
yang namanya tidak asing lagi mempersembahkan sebuah kumpulan cerpen spesial
berjudul 11 Jejak Cinta.
Seperti review kumcer sebelumnya, kali ini saya juga akan sedikit mengulas
satu per satu cerpen di buku ini sebelum me-review
secara keseluruhan.
Satu Pengacau Kecil – Charon
Sebagaimana cerpen pembuka, cerpen
yang ditulis Charon ini ringan dan bisa jadi pernah dialami oleh mereka yang
sedang membaca. Curahan hati anak remaja tentang kekesalan pada adik yang bandel
dan sering menganggu kehidupannya sebagai remaja. Saya cukup terbawa emosi dan
mengerti perasaan kesal yang dirasakan karakter utama. Cukup lumayan sebagai
pembuka.
Berteman Cinta – Clio Freya
Cerpen ini membuktikan kalau ide
cerita sederhana bisa dikemas menarik dengan gaya penulisan yang baik. Saya
suka bagaimana penulis menuturkan kisahnya. Jadi penasaran dengan karyanya Clio
Freya abis baca ini :D
Langit di Ujung Jendela – Dyan Nuranindya
Cerita manis nan hangat tapi tanpa
diduga menyimpan kesenduan di baliknya. Porsi penceritannya pas. Sebuah cerita
pendek yang utuh, tidak meninggalkan pertanyaan di benak pembacanya.
Dua Hati Menghadapi Dunia – Ken Terate
Sejauh yang sudah saya buktikan
sendiri, Ken Terate tidak pernah mengecewakan saya. Begitu pula dengan cerpen
ini. Ide ceritanya bikin saya tambah kagum sama mbak penulis. Gaya bercerita
yang digunakan juga unik dan asyik, biasanya khas Ken Terate adalah gayanya
yang kocak dan polos bahkan ketika tema yang diangkat cukup serius seperti di
Dark Love. Tapi lagi-lagi sang penulis memberikan kejutan seperti ketika saya
membaca cerpennya di kumpulan cerpen Cerita Cinta Indonesia. Eh iya, saya suka
dengan julukan jenis-jenis dedemit yang digunakan x))
Kecelakaan – Lexie Xu
Lexie Xu adalah salah satu penulis
yang saya kagumi karena kekonsistenan genre yang dia tulis. Tapi cerpen ini
membuat saya sedikit kecewa, tidak ada karakter psycho di sini ._. Deskripsinya masih bikin merinding (dan mual)
walaupun ide ceritanya saya kurang suka.
First Girl – Luna Torashyngu
Seklise ftv. Sepanjang cerita saya
misuh-misuh dengan alurnya yang amat sangat cepat sekali. Ternyata keluhan saya
terjawab di akhir cerita. Jadi... cerpen ini tuh sebenarnya... eh nggak jadi
deh, nanti malah bukan kejutan lagi ;)) penasaran kan? Kan? Kan? Makanya baca
bukunya dong x))
MILO – Mia Arsjad
Zaman sekarang media untuk berkenalan
dengan orang asing itu mudah sekali didapat, hanya bermodal koneksi internet. Iya
kalo orang asingnya baik, cakep, soleh, dan berbudi pekerti luhur, kalo modelnya kayak para perverts di Catfish kan bahaya. Salut buat mbak Mia yang mengusung
ide cerita yang menjadi kekhawatiran para orangtua sekarang. Saya suka ending
yang dipilih, lebih tepat lagi keputusan yang diambil oleh karakter utama. Butuh
baca karya mbak Mia Arsjad yang lain!
Duniaku Kiamat! – Pricillia A.W.
Lagi dan lagi, saya terhanyut dan
kebawa emosi. Awalnya sebel sama karakter Nara. Dan twist di ending yang jleb dan bikin patah hati itu membalikkan
emosi saya. Jadi ikutan patah hati -__-
Bekal Istimewa untuk Pangeran – Primadonna Angela
Manissss. Salah satu yang saya
favoritkan. Udah gitu aja.
Untukmu Sahabat – Shandy Tan
Cerpen paling sedih di antara yang
lain. Intinya jangan sampai kesibukan aktivitasmu membuatmu melupakan sahabat
terbaikmu. Atau penyesalan di akhir yang akan kamu dapati.
Nastya – Windhy Puspitadewi
Mungkin saya akan lebih bisa menikmati
cerpen ini kalau sudah baca Incognito. Selalu menyenangkan sebenarnya membaca
sebuah side story dari sebuah novel..
kalau, sudah baca novelnya sendiri :D saya tidak yakin apakah ini dampak bagus
atau tidak bagus, cerpen ini bikin saya jadi pengin baca Incognito x(
Pertama kali saya berkenalan dengan Teenlit
adalah lewat Dealova yang sedang hits
karena filmnya. Saya yang saat itu penasaran (dan kebetulan baru menuntaskan
Detective Conan volume baru, juga sedang tidak ada bacaan lain) pun mencoba
membaca buku yang baru selesai dibaca oleh kakak perempuan saya itu. Dan saya
suka! Walaupun barulah pas SMA saya cukup mengikuti novel-novel Teenlit x))
Seiring perkembangan zaman, Teenlit
menjelma menjadi bacaan wajib remaja di sekolah menengah. Formulanya pun mulai
beragam. Tidak melulu masalah klise seputaran naksir kakak kelas, cewek biasa
yang diperebutkan dua cowok keren, atau segudang ide basi lainnya. Ada masalah
persahabatan yang diceritakan Ken Terate lewat Jurnal Jo. Seri Touché karya
Windhy Puspitadewi yang berbau fantasi ala serial televisi Heroes. Tak
ketinggalan genre misteri-thriller yang ditawarkan oleh Lexie Xu. Atau Teenlit tentang
matematika seperti Teka Teki Terakhir-nya Annisa Ihsani.
Sayangnya semakin bertambah umur,
semakin beragam pula pilihan bacaan yang saya suka. Saya mulai berkenalan
dengan Metropop, young adult, distopia,
dan berbagai genre lain. Dan hal tersebut agak menyingkirkan Teenlit dari
jejeran buku yang saya baca. Hanya beberapa judul yang masih saya ikuti, itu
pun setelah baca review yang cukup
rame dari teman-teman goodreads.
Yang paling saya suka dari kumpulan
cerpen ini adalah penulis-penulis cerpen di buku ini mampu saling mengimbangi
satu sama lain. Tidak ada cerpen yang lebih jelek dari cerpen yang lain, yang
menentukan hanyalah masalah selera pembaca. Harus saya akui saya menikmati
semua cerpen di dalamnya, itulah yang menyebabkan saya bisa menyelesaikan kumpulan
cerpen ini dengan waktu singkat.
11 Jejak Cinta berhasil membuat saya
kembali mengingat alasan saya dulu menggemari Teenlit. Terima kasih kepada
semua penulis yang telah berkontribusi. Dan saya harus mengucapkan, selamat
ulang tahun untuk Teenlit, saya harap kamu akan selalu menemani dan memberi
makna di kehidupan para remaja generasi-generasi selanjutnya.
“Aku... berteman dengan... buku. Mereka nggak pernah membuatku kesepian.
Setidaknya mereka nggak bikin aku kepengen bunuh diri cuma gara-gara hidupku
yang ngebosenin kayak kamu.”
RATING 4/5
Aku suka tulisan Mia Arsjad, jadi penasaran sama karyanya di buku ini.
BalasHapusIya, gaya tulisannya luwes. Cerpennya di sini yang bikin menarik itu tema yang diangkat sih kalau menurut saya :D
HapusPenasaran sama tulisan Pricillia A.W. dan Shandy Tan .__.
BalasHapus*buru-buru beli bukunya ah*