Judul: Lost
and Found
Pengarang: Fanny Hartanti
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Januari 2017
Tebal: 248
halaman
“Ketika Rachel menatapnya galak, Andy kesal tapi juga gemas. Kalau gadis
lain yang melakukan itu, mungkin ia bakalan risi. Rachel berbeda. Gadis itu
mampu memorak-porandakan emosinya.”
Rachel tak sengaja meninggalkan organizer-nya di dalam taksi yang
ditumpanginya. Andy yang menaiki taksi tersebut setelah Rachel menemukan organizer itu dan memutuskan untuk
mengembalikan sendiri kepada pemiliknya ketimbang memberikannya kepada sang sopir taksi.
Yang tak Andy ketahui, di dalam organizer itu terdapat berkas-berkas
penting seperti KTP, SIM, dan paspor, padahal Rachel keesokan harinya
ditugaskan berangkat ke Singapura untuk meliput acara pembukaan hotel bintang
lima di sana.
Alhasil Rachel batal berangkat dan
dimarahi habis-habisan oleh atasannya. Dan lucunya, takdir mempermainkan
mereka: Andy terus-terusan gagal mengembalikan organizer milik Rachel meski beberapa kali bertemu dengannya.
Keadaan seakan tak mengizinkannya.
Andy yang didera rasa bersalah karena
Rachel dibuat repot lantaran SIM-nya hilang menawarkan jasa antar-jemput ke
Rachel. Sedangkan Rachel sama sekali tak tahu menahu kalau Andy adalah orang
yang menemukan organizer-nya.
Keduanya sama-sama merasakan ketertarikan satu sama lain, namun akankah
hubungan yang berasal dari kebohongan itu dapat berjalan dengan mulus?
“Berbohong itu melelahkan karena kita mesti terus mengingat cerita yang
kita karang dan terkadang harus menutupinya dengan dusta-dusta yang lain.”
Buku ini membawa angin segar bagi mood baca saya yang turun drastis
sebulan belakangan. Tak sedikit buku-buku yang hanya saya baca beberapa halaman
awalnya saja dan saya letakkan kembali, belum sanggup untuk meneruskan membaca
sampai selesai. Terutama di lini Metropop. Padahal banyak buku-buku Metropop
yang baru terbit yang cukup menjanjikan dari segi sampul dan blurb. Saya sih nyangkanya selera bacaan
saya mulai bergeser, sepertinya sangkaan saya salah, malah membaca buku ini
menimbulkan keinginan untuk baca judul-judul Metropop yang lain. Mungkin saya
hanya dalam fase moody-an ya terkait
dengan buku-buku yang saya baca? Entahlah.
Plot buku ini ringan dan sangat mudah
ditebak, namun meski tak ada elemen yang membuat saya penasaran, ketika mulai
membaca saya tak bisa berhenti. Dan saya yakin bukan saya saja yang merasakan
hal ini, beberapa review pembaca lain tentang buku ini dominan mengatakan kalau
buku ini jenis yang sangat page turner.
Cara penulisnya bercerita terlalu mudah dicerna dan diikuti sehingga bacanya
juga bikin betah.
Lost and Found berhasil mengangkat
tema tentang waktu, bagaimana perlakuan menunda-nunda untuk melakukan sesuatu
(dalam hal ini Andy yang mengulur waktu untuk mengembalikan organizer Rachel),
juga kebohongan-kebohongan kecil yang tanpa sadar diucapkan, dapat menimbulkan
dampak cukup besar di kemudian hari.
Tentu saja selain plot utama, tidak
afdol rasanya kalau tidak ditambah bumbu-bumbu lain, nah di dalam buku ini
pembaca akan menemukan sub-plot tentang dunia kerja Rachel dan persaingannya
dengan reporter lain di kantornya. Dan, hubungan Andy dan ayahnya, sub-plot
yang terakhir ini, cukup berpengaruh dengan keseluruhan cerita karena pembaca
akan lebih dikenalkan dengan karakter Andy dan hal-hal yang membentuk
karakternya demikian.
Saya suka filosofi judulnya, terasa
sangat pas dengan keseluruhan isi cerita dari awal hingga akhir. Bahwa cinta
tuh kalau sudah datang, bisa ditemukan di mana saja, dengan awal sedemikian
rupa pula. Berawal dari sebuah kehilangan, misalnya.
Lost and Found memang punya premis
ringan, setidaknya tak sekompleks karya Fanny Hartanti sebelumnya: The Wedding
Games. Namun saya pribadi lebih menyukai Lost and Found dengan segala ke-cheesy-an dan kelincahan bertutur
penulisnya. Buku ini saya rekomendasikan untuk kamu yang butuh bacaan ringan
yang nggak butuh energi ekstra untuk berpikir.
“Terkadang, seseorang bisa begitu mudah menilai orang lain tanpa tahu
cerita lengkap di baliknya. Padahal setiap manusia punya kisahnya sendiri.”
“Kejadian tidak menyenangkan dalam hidup bisa membuatmu terpuruk, namun
ada orang-orang yang mampu belajar dan mengambil hikmah saat berada di bawah.
Mereka bangkit dan menyadari kemampuan dan potensi yang selama ini terkubur.”