Judul Buku : Menuju(h)
Pengarang : Aan Syafrani, Theoresia Rumthe, Iru Irawan,
Valiant Budi, Mahir Pradana, Sundea, dan Maradilla Syachridar.
Penerbit : GagasMedia
Tahun Terbit : 2012
Tebal : 250 Halaman
ABOUT
Buku ini merupakan sebuah kumpulan cerita.
Cerita-cerita tentang tujuh hari. Senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, dan
minggu. Setiap hari dituturkan oleh tujuh penulis berbeda dan setiap hari
terdiri dari dua judul cerita.
Senin - Aan Syafrani
Seninku Selingkuh bercerita tentang pemuda playboy yang bernama Dimas Satria. Satria punya
pacar yang bernama Fala, dan punya cem-ceman
lain bernama Maya. Masalah timbul ketika sahabat Satria, Rio mengabarkan kalau
Fala yang kuliah di Jogja datang ke Bandung untuk memberi kejutan dan pada hari
itu Satria sudah punya janji dengan Maya.
Seninmu Kuselingi merupakan kelanjutan dari cerita Satria di Seninku selingkuh. Saya tidak
akan menceritakan kisahnya karena takut mengandung spoiler. Pokoknya segmen ini
pas menjadi pembuka. Bang Aan sukses membuat saya terpingkal-pingkal dengan
gaya bertuturnya yang kocak.
Selasa - Theoresia Rumthe
Hari Ketika Hujan Mati bercerita tentang hubungan spesial Rainra dengan hujan. Tapi
sayangnya hubungan mereka sangat rumit, bahkan Rainra dianggap gila oleh kedua
orangtuanya.
Sebelum Hari Ketika Hujan Mati masih bercerita tentang Rainra tapi mengambil sudut pandang yang
berbeda. Di cerita ini kenyataan kisah pertama akan terkuak.
Rabu - Iru Irawan
Haru Biru Kelabu, menceritakan kegalauan seorang perempuan yang menunggu pacarnya di
sebuah kafe. Saya suka bagian ketika tokoh utama memposting tweet sembari
menunggu.
Dan saya tidak tahu apakah tokoh aku
di cerita Baru Hari Rabu ini
merupakan tokoh yang sama dengan yang ada di Hari Rabu Kelabu atau apakah kedua
cerita ini berhubungan. Menurut saya kedua cerita di segmen Rabu ini sedikit
absurd.
Kamis - Valiant Budi
Kamis : Puk-Puk
mengangkat isu penipuan yang sekarang marak terjadi. Hipnotis atau gendam.
Cerita ini disampaikan dengan lancar oleh Bang Vabyo dan dengan gaya penuturan
yang khas.
Simak! Kup! Kup! juga bercerita tentang modus penipuan Hipnotis. Jika Kamis : Puk Puk
mengambil sudut pandang korban maka bagian ini mengambil sudut pandang sang
pelaku. Awalnya sang pelaku menggeluti bisnis penipuan melalui telepon atau sms
tapi karena sudah banyak orang yang tidak mudah tertipu maka bisnisnya beralih.
Jumat - Mahir Pradana
Follow Friday Genial, sebuah majalah yang diperuntukkan
untuk remaja punya rubrik baru yang bernama Follow Friday. Rubrik yang memuat exclusive interview dengan figur-figur
tertentu. Dan setiap Jumat akun twitter majalah ini akan mem-Follow Friday
figur itu. Tapi akhir-akhir ini sang pemilik majalah merasa tidak puas dengan
sosok figur-figur terkenal yang dibahas di rubrik Follow Friday. Dan sang
pemilik ini selalu memanggil Safir, penanggung jawab rubrik ini setiap dia
tidak puas dengan artikel yang disuguhkan rubrik Follow Friday.
Moonliner kelanjutan
dari kisah Follow Friday yang focus ceritanya beralih ke Safir dan kisah
cintanya yang manis. Saya juga suka bagian gombalan norak Safir untuk Regina.
Sabtu - Sundea
Ke Mana Sabtu Pergi? Sabtu hilang dan keenam saudaranya, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan
Minggu panik. Siapa yang akan bertugas menggantikan Sabtu kalau Sabtu tidak
juga kembali? Ikuti perjalanan Sabtu yang kemudian menyamar menjadi Sabtu
Kelapa.
Ke Sana Sabtu Pergi bercerita tentang kepergian Sabtu tapi (lagi-lagi) dengan sudut pandang
berbeda.
Minggu - Maradilla Syachridar
Solo Stranger bercerita
tentang Aimee. Aimee punya seorang kenalan yang dikenalnya lewat surat dan
email. Karena penasaran Aimee memutuskan untuk pergi ke Solo dan melihat
langsung sang pria yang selama ini telah menemani hari minggunya lewat email.
Solo Stalker sama
juga seperti kebanyakan cerita di buku ini. Menceritakan tentang cerita
sebelumnya tapi dengan sudut pandang Wega, orang yang selama ini berkirim email
dengan Aimee.
THE REVIEW
Kolaborasi unik dari tujuh penulis
muda berbakat andalan penerbit GagasMedia. Jika kalian ingin menemukan
pengalaman berbeda dari membaca kumpulan cerita-cerita, maka anda wajib baca
buku ini.
Menuju(h) sudah sangat memesona saya
ketika melihat covernya. Pun begitu ketika saya melihat daftar isinya. Judul-judulnya
unik. Apalagi dengan ilustrasi unyu yang
menghiasi judul setiap cerita.
Saya tidak begitu mengenal
penulis-penulis buku ini dan belum pernah membaca karya-karya yang telah mereka
ciptakan –kecuali bang Vabyo yang sempat membuat hati saya kepincut lewat
Joker-nya.
Lewat buku ini saya makin jatuh cinta
dengan cara bertutur bang Vabyo. Selain itu, karena termakan mentah-mentah “iklan”
yang ada di Moonliner, saya jadi penasaran ingin membaca Here, After. Strategi pemasaran
yang cerdik sekali dari Mahir Pradana.
Overall saya
suka semua cerita yang ada di buku ini. Tapi, dari ketujuh hari yang bercerita,
yang paling saya suka adalah Selasa, Kamis, dan Sabtu.
MEMORABLE QUOTES
- “Menurut gue, humor adalah kunci untuk memikat hati seorang perempuan. Sementara, menurut orang-orang semua cowok humoris itu mirip Tukul. Baiklah.” – Hal. 2
- “Justru itulah. Filosofi tidak lahir dari hal-hal besar. Ia lahir dari hal-hal yang paling sederhana. Yang bisanya kita temukan hari-hari.” – Hal. 50
- “Don't use smartphone. It'll break your heart when it outsmarts you.” – Hal. 81
- “Nah, Mbak Marni, saya ikhlaskan seratus juta-nya buat Mbak Marni saja ya. Semoga uangnya bisa dipakai kembali ke jalan yang benar, biar gak nipu lagi. Wong saya ini kerja di Nusantara Selular. Nipu kok, GOBLOK!” – Hal. 117
- “Bilang anak itu, saya bukan bapaknya. Gimana sih, wong anak saya lagi tidur di sebelah saya?! Lagian ngawur sekali logikanya: 'sedang dilarikan' tapi kok sudah butuh biaya operasi? Siapa dokternya? Kuntilanak??!” – Hal. 118
- “Pokoknya hal terakhir yang aku pahami, di dunia ini tidak ada yang lebih busuk dari politik.” – Hal. 145
- “Mencari ke mana? Memangnya, kamu tahu di mana hari-hari mungkin bersembunyi? Kita kan tidak pernah hilang. Kita selalu ada meskipun orang-orang tak memanfaatkan kita.” – Hal. 186
- “Secara pribadi aku berpikir, sisi menyenangkan dari sebuah kejutan hanya dirasakan oleh si pelaku. Sementara korban, mereka selalu menjadi bahan percobaan atas terkaan pelaku yang menuduh bahwa kejutan tersebut menyenagkan.” – Hal. 240
REVIEW 3.5/5