Postingan
terkait:
Judul: Dekut Burung
Kukuk (The Cuckoo’s Calling)
Pengarang: Robert
Galbraith
Penerbit: Gramedia
Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 520 halaman
“Kenapa kau lahir saat
salju membuat langit bungkuk?
andai saja kau tiba
ketika musim dekut burung kukuk,
atau saat buah-buah
anggur di tandan meranum hijau,
atau, setidaknya, saat
kawanan burung camar berkicau,
sehabis menempuh perjalanan jauh yang
ganas
menyelamatkan diri dari serangan musim panas.
Kenapa kau mati saat
bulu-bulu domba dipangkas?
andai saja kau pergi
ketika buah-buah apel ranggas,
atau saat gerombolan
belalang berubah jadi masalah,
dan lahan gandum
semata hamparan jerami basah,
dan napas angin berembus sangat berat
sebab semua hal indah tiba-tiba sekarat.”
Lula Landry, seorang
supermodel yang sedang naik daun terjatuh dari balkon apartemennya. Dunia pun
geger dibuatnya. Setelah kepolisian bekerja keras mencari tahu semua hal
mengenai peristiwa tragis tersebut, kematian Lula kemudian ditetapkan sebagai
kasus bunuh diri.
Tiga bulan kemudian
kakak Lula yang meragukan kesimpulan dari pihak kepolisian menghubungi Cormoran
Strike, seorang detektif partikelir. Dia bermaksud menyewa jasa Strike untuk
menyelidiki kembali perihal kematian adiknya.
Strike merupakan
seorang veteran perang yang punya luka fisik dan luka batin. Hidupnya kacau, dia
baru ditinggalkan kekasihnya, belum lagi keadaan finansialnya yang cukup sulit
yang kemudian membuat Strike menerima permintaan calon kliennya itu.
Dibantu oleh Robin,
sekretaris baru sementaranya, Strike memulai penyelidikan. Penyelidikannya
tidak akan mudah karena melibatkan orang-orang penting, para public figure.
Strike belum sadar
kalau keputusannya ini nantinya akan membahayakan nyawanya sendiri. apa yang
akan terjadi pada Strike dan Robin? Benarkah kematian Lula Landry bukan kasus
bunuh diri biasa?
“Orang awam, menurut pengalaman Strike, akan terpaku pada motif; sementara
kaum professional akan menempatkan kesempatan pada urutan pertama”
Beli buku ini di
penghujung 2013, tepatnya sehari sebelum tahun baru. Saya masih ingat sekali
hari itu Gramedia Pustaka Utama sedang mengadakan kuis cepet-cepetan tebak cover buku-buku yang diterbitkan
sepanjang tahun 2013. Detail yang paling saya ingat adalah hari itu sinyal
internet kacrut banget! Saya sampe misuh-misuh. Saya yang sudah ngincer buku
ini langsung merasa gagal sudah kesempatan buat dapetinnya secara gratis.
Kebetulan paginya saya sudah mendapat sms dari Mas di toko buku kecil di kota
saya. Memang beberapa hari sebelumnya saya sudah meninggalkan nomor hp saya,
minta dihubungi kalau Dekut Burung Kukuk sudah masuk di toko buku tersebut.
Maklum, saya dulu masih mudah kemakan
hype banget. Nggak mau sampai ketinggalan buat baca buku yang langsung
nge-hits pas terbongkar kalau Robert Galbraith adalah pseudonim dari J.K. Rowling
x))
Akhirnya jadilah saya
nyerah ikut kuis tersebut dan memutuskan untuk beli saja bukunya. Hasilnya?
Saya sama sekali tak kecewa menukarkan selembar uang merah untuk buku ini (dulu
harga buku masih bersahabat, dan 99ribu itu sudah terhitung mahal).
Saya bukan penggemar cerita
detektif-detektifan. Sherlock Holmes, saya kurang suka dengan versi novelnya,
serial tv produksi BBC-nya jauh lebih enjoyable
buat saya. Hercule Poirot, baru Misteri di Styles yang pernah saya baca. Itu
pun susah sekali untuk menamatkannya. Gaya bahasa kedua penulis legendaris yang
menciptakan dua tokoh detektif tak kalah legendaris tersebut agak susuah untuk
saya cerna. Namun berbeda dengan halnya Dekut Burung Kukuk. Saya terbuai dengan
penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan Strike. Bagusnya dalam buku ini adalah
petunjuk-petunjuk yang didapat oleh Strike dibeberkan ke pembaca, tak
ditutup-tutupi. Tinggal bagaimana pembaca merangkai petunjuk-petunjuk tersebut
untuk menemukan konklusinya.
Terjemahannya saya
suka sekali. Terutama bagian-bagian yang diterjemahkan oleh Aan Mansyur.
Penulisannya juga rapi. Saya tak ingat pernah menemukan kesalahan pengetikan di
dalam buku ini.
Hal paling memorable tentu saja ending-nya. Inilah yang membuat saya di
kemudian hari memutuskan menjadi penggemar dan (semoga) akan selalu membaca
seri Cormoran Strike yang lain. Twist
di ending-nya tak disangka-sangka.
Saya pikir penulisnya hanya bermain-main ketika Strike menyatakan bahwa dialah pelakunya. Bravo!
Meski
sekarang sudah membaca seri Cromoran Strike sampai buku ketiga, Dekut Burung
Kukuk ini akan tetap tak terlupakan bagi saya. Kali pertama berkenalan dengan
Strike. Pengalaman pertama bergadang demi membaca kisah detektif. Dan saya
sudah tak sabar menanti serial televisinya!
“Tidak ada orang yang senang menerima kenyataan bahwa mereka menuai apa
yang mereka tabur.”
*Review Dekut Burung Kukuk pernah saya post di blog ini. Ini merupakan versi
baru dari review tersebut dengan
banyak sekali suntingan dan penambahan di sana-sini.
**Tulisan
ini diikutkan ke Lomba Resensi Cormoran Strike yang diadakan oleh Gramedia
Pustaka Utama. Untuk info selengkapnya bisa dilihat gambar di bawah ini (silakan klik untuk memperbesar).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar