Judul: Sunset Holiday
Pengarang: Nina Ardianti & Mahir Pradana
Penerbit: GagasMedia
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 470 Halaman
“Distance
makes your heart grow fonder.”
Meet Audy, cewek impulsif yang memutuskan untuk eurotrip keliling kota-kota di Eropa
sendirian. Alasan Audy melakukan eurotrip
adalah dia ingin punya kenangan indah yang bisa diceritakan ke anak-cucunya kelak.
Unforgettable memory yang akan
membuat Audy tersenyum hanya dengan mengenangnya.
Sedang Ibi, seorang wartawan sepak bola lepas asal Indonesia
yang tinggal di Jenewa. Yang nggak kalah impulsifnya. Ibi nekat nebeng itinerary perjalanan milik Audy buat
ikutan mengunjungi kota-kota di Eropa bareng cewek yang baru dikenalnya itu.
Awal pertemuan mereka di kawasan Menara Eiffel
ketika Audy hampir ditipu penjual souvenir
ternyata membawa mereka ke sebuah perjalanan yang pada akhirnya akan mengubah
pandangan hidup mereka.
Semakin lama bersama mereka semakin sadar
kalau saling jatuh cinta, tapi apakah Ibi dan Audy yakin kalau perasaan mereka
akan bertahan lama, bukan sekadar “euforia penghias perjalanan”?
“Ngapain sih,
kamu ngelihatin kayak gitu?”
“Emangnya
nggak boleh?”
“Bukan nggak
boleh, tapi segala sesuatu harus ada alasannya.”
“Kalau
alasannya karena kamu kelihatan lucu?”
“Emangnya
kamu pikir aku komedian?”
Menjadi salah satu first reader buku ini adalah sebuah kebanggan buat saya. Ketika
pertama kali baca naskah mentahnya, saya udah suka banget dengan kisah Audy-Ibi
yang awalnya adalah strangers,
kemudian bisa saling jatuh cinta seiring dengan kebersamaan mereka.
Banyak yang bilang karena buku ini karya duet,
ada yang lebih mendominasi tulisan yang lain. Tapi buat saya malah di buku ini
Mbak Nina dan Bang Mahir tetap berhasil menunjukkan ciri khas dari tulisan
masing-masing kok. Buat saya, gaya tulisan mereka punya kelebihan
masing-masing yang menonjol. Mbak Nina dengan karakter-karakternya yang lovable (even the side characters) dan
dialog mengalirnya. Bang Mahir dengan deskripsi. Mulai dari deskripsi perasaan
tokoh utamanya, yang bikin ikut merasakan apa yang dirasakan Ibi, suasananya, dan
deskripsi tempatnya yang berhasil membawa saya ikutan mengunjungi kota-kota
yang jadi setting buku ini.
Walau bukunya berasa Before Sunrise banget,
ketika baca Sunset Holiday alih-alih membayangkan Celine dan Jesse, saya
malah kayak sedang ngikutin kisah dua penulisnya sendiri. Saya merasa kalau buku ini adalah karya mereka berdua yang paling personal.
Jika kamu ngikutin tulisannya Mbak Nina,
termasuk cerita bersambung di website-nya,
siap-siap penampilan spesial alias cameo
karakter-karakternya di buku sebelumnya atau di cerita bersambung itu. Dan yang
udah baca Rhapsody juga, ada cameo
dari karakter di Rhapsody di sini.
Ending buku ini adalah bagian yang paling
juara menurut saya. Dramatis, bikin berkaca-kaca dan ikutan deg-degan baca
porsinya Ibi di bagian ending. Abis baca buku ini rasanya kenyang dan puas. Endingnya
kayak dessert manis yang menjadi
pelengkap setelah disuguhkan main course
yang nikmat.
Semoga Sunset Holiday bukan buku duet pertama
dan terakhirnya Nina Ardianti & Mahir Pradana. Saya akan menunggu buku-buku
duet dari mereka selanjutnya. Tapi buku solonya juga ditunggu loh :))
“Selama ini,
aku selalu menganggap hal seperti matahari terbit adalah sesuatu yang biasa. Setiap
hari terjadi. Tapi, ternyata momen yang terjadi setiap hari ini bisa menjadi
sangat berbeda ketika mengalaminya di tempat seantik ini, bersama orang
semenyenangkan Ibi.”
“Ketemu kamu
tidak ada dalam skenario perjalananku. Tapi, di perjalananku sejauh ini,
kamulah hal terbaik yang terjadi kepadaku.”
RATING:
4.5/5
aku nggak sabar bacaaaaaaa, udah punya tapi masih di tempatnya mbak Vina, huhuhu, belum sempet ngambil, huhuhuhu lagi
BalasHapusSemoga bisa segera baca ya mbak, ditunggu juga review-nya ;))
Hapusaku iri bisa baca naskah mentahnya :(
BalasHapusHehehe iya nih, super grateful :))
Hapus