Selamat pagi!
Hari ini merupakan giliran saya sebagai host
terakhir dari blog tour buku
terbaru Christian Simamora; Marry Now,
Sorry Later untuk mem-post 3
postingan terkait dengan blog tour ini.
Seperti para host sebelumnya, postingan
pertama adalah wawancara alias interview
singkat dengan sang penulis.
Sayang sekali
jatah pertanyaannya hanya 5 saja :D banyak sekali hal-hal yang ingin saya
kepoin dari sosok Abang Ino ini terkait dengan kiprahnya di dunia perbukuan.
Silakan menyimak wawancara singkat di bawah ini :))
Pertanyaan saya yang pertama, mungkin yang paling
sering ditanyakan, sejak umur berapa Bang Ino
menyadari kalau abang menikmati kegiatan menulis?
Sejak SD, Abang sudah suka kegiatan tulis-menulis.
Guru Bahasa Indonesia Abang punya andil besar karena seingat Abang ya, satu
caturwulan penuh kegiatan di kelas didominasi tugas mengarang. Setiap murid
diharuskan mengumpulkan karangan dengan tema tertentu dan guru Abang itu akan
membacakan sepuluh terbaik setiap minggunya. Abang selalu kepengen jadi bagian
dari sepuluh terbaik itu, bagaimana pun caranya. Bukan karena alasan pengen
tenar atau gimana, tapi lebih karena tergiur nilai bagus, haghaghag!
Ketika menulis novel pertama pun, motivasinya juga
nggak tulus. Waktu itu tahun terakhir Abang kuliah dan skripsi Abang stuck karena kurang responden. Untuk
mengisi waktu luang, Abang menulis novel. Buku kedua juga nggak tulus, soalnya
itu adalah ‘tugas akhir’ program beasiswa menulis kreatif yang diadakan
Agromedia Group.
Jadi... Abang baru benar-benar menikmati kegiatan
menulis itu ketiga mengerjakan novel Macarin
Anjing. Haghaghag, lama juga ya.
Lalu, adakah penulis
yang menjadi inspirasi abang sehingga membuat abang memutuskan untuk menjadi
seorang penulis?
Meg Cabot. Tentu saja Abang akan selalu mengingat
nama penulis yang satu ini karena karyanyalah yang mematahkan semua mitos
tentang penulis yang Abang percaya selama ini (jadi penulis harus pinter
banget, mikir ribet, dan suka menulis di tempat-tempat sepi dan terpencil).
Kalau ngikutin blog-nya, kebayang deh betapa fun-nya keseharian Meg Cabot di
sela-sela pekerjaannya sebagai penulis. Abang nggak mikir panjang untuk
mengikuti jejaknya—sampai sekarang.
Bicara tentang #jboyfriend, bagaimanakah awal mula #jboyfriend terbentuk? Apakah awalnya proyek ini hanya iseng
atau memang sudah direncanakan dari awal?
Setelah menulis enam buku,
Abang merasa sudah saatnya punya serial sendiri. Menyiapkan serial itu nggak
gampang, karena pada kenyataannya Abang harus riset banyak hal dan berdiskusi
dengan rekan penulis dan editor. Akhirnya, terpikir deh untuk membuat seri
#jboyfriend.
Ketika Pillow Talk keluar
(2010), Abang memang nggak bilang-bilang ini adalah bagian dari serial. Baru
setelah Good Fight rilis, Abang mengumumkan tentang #jboyfriend. Syukurnya,
ketika itu, respon teman-teman pembaca cukup baik. Dan dukungan penuh pembaca
jugalah yang membuat #jboyfriend bertahan sampai lima tahun begini.
Adakah alasan spesial Bang Ino memilih untuk menulis novel
bergenre komedi romantis?
Actually, bukan Abang yang memilih genre romantic comedy tapi justru genre itu
yang memilih Abang. :)
Di bawah payung romance,
banyak sekali subgenre yang nggak kalah menarik. Tapi di antara semua itu,
rasanya hanya romantic comedy yang
cocok dengan gaya menulis maupun kepribadian Abang. Dari dulu, Abang selalu
menghindari novel sad ending. IMHO,
hidup sudah berat, ngapain sih menambah beban dengan baca yang sedih-sedih dan
ngajak nangis? Yah, akhirnya berkenalan deh dengan genre romantic comedy. Genre
dengan tokoh-tokoh yang witty dan kadang sarkastik, dan selalu ada optimisme
terselip di cerita-ceritanya. My kind of
genre, putus Abang ketika itu.
Pertanyaan terakhir nih, ada pepatah yang bilang "There's
nothing new under the sun", begitu pula di dalam dunia perbukuan. Ide
cerita yang berulang sering sekali ditemukan. Menurut Abang perlukah membuat
sebuah pembeda di dalam novel walaupun ide ceritanya sudah sering dipakai?
Sebenarnya, sejak awal pun, tema yang kamu pilih
adalah adalah sesuatu yang familiar bagi kamu dan calon pembacamu kelak. Yang
kemudian membuat tulisanmu terasa berbeda biasanya karena:
- Tulisanmu nggak menggurui. Semakin kuat keinginanmu untuk ‘berkhotbah’ lewat ceritamu, semakin lemah tema cerita yang kamu angkat.
- Kamu berhenti jadi penulis pengecut. Nggak sedikit penulis yang urung menulis tema pilihannya karena khawatir pada pandangan orang kelak terhadap dirinya.
- Seperti traveling, seberapa jauh kamu bersedia berjalan menentukan seberapa banyak hal yang bisa kamu temukan di temamu itu. Dan bebaskan dirimu dari keinginan menghakimi. Misalnya: orang yang sejak awal membenci ketidaksetiaan sampai kapan pun nggak akan bisa menulis novel bertema perselingkuhan yang menarik. Dia memilih untuk berdiri di atas opininya, alih-alih keluar dari zona nyamannya dan mencoba memahami perselingkuhan dari sisi orang yang melakukannya.
CHRISTIAN SIMAMORA
Penulis berzodiak Gemini, kelahiran 9 Juni 1983.
Menyukai hot chocolate dan parfum
beraroma manis. Kalau tidak sedang menulis, dia menghabiskan waktu senggang
dengan membaca, browsing, atau
menonton serial televisi kesukaan.
#jboyfriend yang sudah terbit: Pillow Talk
(Jo), Good Fight (Jet), With You (Jere), All You Can Eat (Jandro), Guilty Pleasure (Julien),
Come On Over (Jermaine), dan As Seen On TV
(Javi).
Marry Now, Sorry
Later (Jao)
adalah novelnya yang keempat belas.
Fanpage (Facebook):
www.facebook.com/ChristianSimamoraAuthor
Twitter: @09061983
E-mail: ino_innocent@yahoo.com
Oke, terima
kasih Bang Ino sudah meluangkan waktu meladeni pertanyaan-pertanyaan
wawancaranya. Sukses selalu buatmu, semoga karya-karyamu selanjutnya akan semakin disukai oleh pembaca di Indonesia dan lebih nge-hits lagi dari Marry Now, Sorry Later ^^
Setelah ini,
postingan selanjutnya adalah review buku Marry
Now, Sorry Later. Dan jangan lupa, di postingan bagian akhir bakal ada giveaway. Ditunggu yaaa... :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar