Selasa, 26 Februari 2013

[Book Review] Insurgent by Veronica Roth









Judul Buku  : Insurgent (Divergent #2)
Pengarang  : Veronica Roth
Penerbit  : Mizan Fantasi (Penerbit Mizan)
Tahun Terbit  : 2012
Tebal : 551 Halaman


“Apa yang menyebabkanmu tidak cukup baik?”
“Karena dulu aku egois,”
“Kau dulu egois? Sekarang sudah tidak?”
“Tentu saja sekarang masih. Ibuku bilang semua orang itu egois.”


Akhirnya saya berhasil menyelesaikan buku ini selama dua hari. Seri kedua dari trilogi Divergent ini bercerita tentang kelanjutan kisah pelarian Tris dan rombongannya. Setelah berhasil melarikan diri dari bahaya, Tris, Four a.k.a Tobias, Caleb, Marcus dan Peter pergi mencari perlindungan ke faksi Amity.

Untunglah pemimpin faksi Amity menerima mereka dan para anggota faksi Abgenation lain yang selamat dari penyerangan.

Tapi keadaan yang semakin kacau tak dapat lagi dihindari. Perpecahan antar faksi telah terjadi. Tris merasa terancam karena para Divergent semakin diincar untuk dimusnahkan. Tak terhitung banyaknya Tris telah melakukan hal-hal yang membuat nyawanya terancam dan membuat Tobias merasa cemas.

Sebenarnya Tris merasa sedikit putus asa, rasa bersalah akibat kematian orang-orang yang dicintainya selalu menghantui Tris berupa mimpi-mimpi buruk. Belum lagi ketika Tris berada di titik di mana dia bimbang untuk memercayai orang-orang di sekitarnya.

Di buku ini akan lebih banyak diungkapkan tentang rahasia-rahasia orangtua Tobias, juga kenyataan tentang ibunya yang mengejutkan.


“Siapa yang peduli dengan semua orang? Bagaimana dengan aku?”


Saya sedikit terkejut ketika membaca bagian awal buku ini. Tidak seperti yang saya bayangkan, bagian awalnya langsung melanjutkan bagian akhir buku pertamanya. Untungnya setelah membaca Divergent saya langsung membaca buku ini, jadi saya masih sangat ingat apa yang terjadi pada Tris. Saya sarankan untuk yang sudah membaca Divergent dan belum membaca Insurgent, jika kalian sudah agak lupa dengan cerita Divergent sebaiknya membaca ulang Divergent sebelum membaca Insurgent, paling tidak membaca bagian akhirnya karena di buku ini tidak terlalu menyinggung perstiwa di seri pertama kecuali yang memang masih ada hubungannya dengan hal yang ada di seri kedua ini.

Salut untuk penulisnya karena berhasil membuat pembaca buku ini "labil". Labil di sini yang saya maksud adalah ketika sebuah peristiwa di buku ini membuat pembacanya membenci tokoh tertentu, akan ada kejadian lain yang membuat pembacanya berbalik menyukai tokoh itu. Begitu juga sebaliknya.

Untuk urusan cover, tidak ada yang perlu dikomentari. Saya setuju dengan pemilihan cover yang mirip dengan cover aslinya.

Dan seperti seri pertamanya, di seri kedua ini juga masih mengandung banyak twist, bahkan porsinya lebih banyak dan lebih mengejutkan.

Saya benci bagian akhir buku ini karena membuat saya sangat penasaran dengan seri ketiga. Dan itu artinya saya harus sabar menunggu beberapa bulan lagi. Saya harap Penerbit Mizan tidak terlalu lama menerbitkan terjemahannya nanti. Dan terakhir, semoga akhir serial ini tidak mengecewakan penggemarnya.


MEMORABLE QUOTES:

  • “Terkadang, orang hanya ingin bahagia walaupun tidak nyata.” – Hal. 81

  • “Saat itu aku baru sadar bahwa inisiasi Dauntless mengajarkanku satu pelajaran penting: bagaimana untuk terus maju.” – Hal. 100

  • “Katakan saja, bahwa untuk sebagian orang, kematian itu lebih disukai daripada menjadi factionless.” – Hal. 118

  • “Memberitahukan seluruh rencanamu pada satu orang itu tindakan yang tolol. Jelas lebih cerdas jika kau hanya memberikan porongan kecil dari rencanamu pada setiap orang yang bekerja untukmu. Dengan begitu, jika seseorang mengkhianatimu, dampaknya tidak terlalu fatal.” – Hal. 233

  • “Aku memutuskan menyimpan kaus itu untuk mengingatkanku mengapa aku memilih Dauntless: bukan karena mereka sempurna, tapi karena mereka hidup. Karena mereka bebas.” – Hal. 301

  • “Menurutku kita menangis untuk melepaskan bagian hewani dari diri kita tanpa kehilangan kemanusiaan kita.” – Hal. 359

  • “Aku tak tahu kau hidup di dunia yang mana, tapi di duniaku orang-orang hanya melakukan sesuatu untuk orang lain karena dua alasan. Yang pertama, jika orang itu menginginkan sesuatu sebagai balasannya. Dan yang kedua, jika orang itu merasa berutang pada orang lain.” – Hal. 413
 

RATING 5/5

3 komentar:

  1. Setuju lagi...Waktu selesai baca Divergent, saya begitu penasaran sampai nggak sabar menunggu buku keduanya, Insurgent versi terjemahannya terbit. Akhirnya saya beli yang versi aslinya...walaupun dengan kemampuan bahasa inggris yang so-so, tetapi ternyata bukunya tetap asik dibaca. Hanya agak sedikit bingung di bagian akhir buku..masih kurang paham endingnya (karena kemampuan bahasa inggris yang so-so tadi).

    Awalnya nggak "ngeh" kalau ini buku trilogy. Saya pikir hanya 2 buku. Tapi kok akhir ceritanya masih bikin penasaran. Eh ternyata trilogy ya... hahaha... malah jadi makin nggak sabar nunggu buku ketiganya terbit yang katanya sih bulan Oktober 2013 ini. Tapi kalau nunggu versi terjemahannya bisa jadi lebih lama lagi. Mungkin saya akan beli versi Amerika nya aja...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Endingnya mantep ya? Sukses bikin saya dengan sotoynya mengira-ngira kelanjutan nasib Tris.

      Terima kasih sudah meninggalkan jejak(dua kali) di blog ini ^^

      Hapus
  2. bener bener ga sabar pengen baca novel sama nonton yg kedua :'(
    klo film divergent sih udah nntn.. itu juga berulang kali di bioskop sampe2 mba2nya bosen liat muka saya :D

    BalasHapus