Judul: Raden
Mandasia si Pencuri Daging Sapi
Pengarang: Yusi Avianto Pareanom
Penerbit: Banana
Tahun Terbit: Maret 2016
Tebal: 450
halaman
“Kemenangan terhebat dalam pertempuran justru ketika kita tak perlu
mengangkat senjata. Masih ada lagi: tak ada senjata yang lebih tajam ketimbang
akal, tak ada perisai yang lebih ampuh ketimbang nyali, dan tak ada siasat yang
lebih unggul ketimbang hati.”
Sungu Lembu menyimpan dendam kesumat
pada Raja Gilingwesi, Watugunung. Kebetulan, di dalam perjalanan menuntaskan
dendamnya itu, dia bertemu dengan Raden Mandasia yang tak lain adalah salah
satu pangeran Kerajaan Gilingwesi.
Raden Mandasia sedang dalam
perjalanan menuju Kerajaan Gerbang Agung. Dia sengaja melepaskan kehidupannya
sebagai pangeran dan melakukan perjalanan ini demi rencananya untuk
menyelamatkan Gilingwesi yang terancam.
Karena terikat janji pada seseorang
yang dikasihinya ditambah dengan pertimbangan bahwa Raden Mandasia adalah
jalannya untuk memenggal kepala Watugunung, Sungu Lembu bersedia menjadi teman
perjalanan Raden Mandasia.
Yang tak Sungu Lembu ketahui,
perjalanannya bersama Raden Mandasia yang punya kebiasaan unik terkait daging
sapi itu perlahan membuatnya lupa pada dendamnya sendiri. Perjalanan
menakjubkan mengarungi lautan, gurun pasir, berusaha menemui Putri Tabassum
yang kecantikannya melegenda, hingga akhirnya terlibat dengan pertempuran
dahsyat antara dua kerajaan hebat. Akankah Sungu Lembu berhasil membalaskan
dendamnya? Atau dia malah memutuskan untuk melupakan dendamnya ketika melihat
segalanya di sisi yang berbeda?
“Ia bertanya apakah aku orang yang berbahagia. Saat itu, aku menyeringai
menganggap pertanyaannya terlalu keperempuan-perempuanan. Mana aku tahu soal
kebahagiaan? Setelah menyaksikan wajah dua manusia unggulan di depanku berubah
hijau, rasanya aku berani mengubah pendapatku: aku manusia yang berbahagia.
Setidaknya hari itu.”
Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi
adalah dongeng dewasa yang kisah petualangan di dalamnya asyik untuk diikuti
dengan setting kuat, world building
megah, pelintiran kisah yang mengejutkan, dan deskripsi sempurna (terutama
deskripsi tentang makanan, sukses bikin ngiler!)
Alasan mengapa saya menyebutkan dongeng
dewasa tadi adalah tak lain karena buku ini memang diberi label dewasa. Jadi,
yang masih di bawah umur sebaiknya jangan dulu baca ya x) tak hanya banyak kata-kata
makian di dalamnya (terutama “anjing!”) tapi ada beberapa adegan vulgar yang belum
pantas untuk dedek-dedek baca xP
Jika kali pertama mendengar judulnya saya
kira tokoh utama buku ini adalah Raden Mandasia. Makanya di awal saya bingung
kenapa diceritakan dengan sudut pandang orang pertama lewat Sungu Lembu.
Ternyata, tokoh utama buku ini memang Sungu Lembu, dan memang hampir seisi buku
menceritakan perjalanannya dengan Raden Mandasia.
Dua hal yang langsung menarik
perhatian dari buku ini adalah alur penceritaannya, dan tokoh-tokohnya yang berjibun.
Alur penceritaannya menggunakan alur maju-mundur, banyak flashback-nya terutama ketika Sungu Lembu menceritakan kembali apa
yang diceritakan oleh seorang tokoh padanya.
Tak hanya kisah utama, tapi
kisah-kisah sampingannya juga menarik. Dikarenakan tokohnya yang berjibun, tokoh-tokoh
pendukung ini berebut untuk membagi kisah mereka masing-masing, semuanya amat
menarik. Yang menjadi favorit saya adalah kisah hidup Loki Tua dan legenda
Putri Tabassum beserta teka-tekinya.
Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi
adalah jenis buku yang sengaja saya baca lambat-lambat agar tak cepat selesai.
Jarang sekali saya menemukan buku yang seperti ini. Seringnya malah buku-buku
yang ingin cepat saya selesaikan, entah itu karena penasaran dengan endingnya,
atau karena bosan dan tidak tahan lagi untuk segera move on ke buku selanjutnya.
Memang saya belum membaca semua buku
yang masuk nominasi Kusala Sastra Khatulistiwa ke-16 kategori prosa, beberapa
yang sudah saya baca ada O, Di Tanah Lada, dan Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi ini. Dan saya jelas
menjagokan buku ini. Iya, buku ini memang sebagus itu hingga saya lebih memilih
menjagokannya ketimbang bukunya Mas Eka Kurniawan x))
Oh, omong-omong saya cuma iseng
nambahin “daging sapi” di judul review ini. Sebagai pemanis gitu. Karena peran
“daging sapi” di buku ini juga untuk mempermanis dan menerbitkan air liur
pembacanya. Bukan hanya daging sapi sih, tapi semua makanan di dalam buku ini
dideskripsikan sedemikian rupa sehingga membuat saya yang membacanya jadi
ngiler.
Jika kamu bosan dengan buku-buku mainstream, sedang mencari buku yang
beda dari lainnya, maka Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi adalah
jawabannya. Membaca buku ini membuat saya ingat pada kegemaran saya membaca
dongeng-dongeng nusantara pas SD dulu, entah kapan lagi saya akan menemukan
buku seunik dan seelok ini.
“Banyak orang paham memulai perang, tapi tak pernah benar-benar paham
bagaimana mengakhirinya.”
Lagi baca buku ini dan setuju banget, enggak pengin cepet-cepet selesai karena rasanya seru banget ngikutin petualangannya Sungu Lembu dan Raden Mandasia. Dan yes, habis baca deskripsinya Sungu soal daging sapi diolah begini-begitu, jadi ngiler pengin makan daging sapi :D
BalasHapusIya, di bagian awal yang ngebahas jenis daging pada sapi sampe hampir dua halaman itu bikin ngiler parah x))
Hapusmakasih sudah direview yah jadi semakin mantap untuk membeli buku ini
BalasHapusperbedaan tepung terigu dan tapioka