Kamis, 17 Desember 2015

[Book Review] The Rosie Project - Graeme Simsion





Judul: The Rosie Project
Pengarang: Graeme Simsion
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 372 Halaman
Available at: Bukupedia

“Argumentasinya sederhana: ada seseorang untuk semua orang. Secara statistik, bisa dibilang dia hampir benar. Sayangnya, probabilitas bahwa aku bisa menemukan orang semacam itu makin lama makin kecil.”

Teratur. Rapi. Perfeksionis. Kaku. Kesan-kesan itulah yang akan ditangkap orang-orang terhadap Don Tillman. Sosok Don bisa dibilang mendekati sempurna, dia tampan, berotak genius, dan yang paling penting: mapan. Namun Don tidak pernah mengalami kencan kedua. Wanita-wanita yang pernah berkencan dengannya mundur secara teratur sejak kencan pertama.

Untuk itulah Don menciptakan Proyek Istri. Tujuannya untuk mencari pasangan yang benar-benar tepat untuk Don. Dengan bantuan dua-duanya teman yang hanya dimilikinya di dunia, Gene dan Claudia, Don mulai menyusun kuesioner untuk disebar ke banyak wanita. Mulai dari lewat situs kencan, sampai wanita-wanita yang ditemui Don langsung lewat kencan buta.

Lalu, datanglah Rosie. Wanita yang paling tidak sesuai dengan kriteria yang terdapat dalam kuesioner Don. Di kencan pertama mereka Rosie sudah membuat Don melanggar beberapa jadwal-jadwal rutinitas Don yang selama ini selalu tertata rapi dan dijalaninya dengan tepat.

Dari kencan pertama dengan Rosie, setelah mendengar cerita Rosie yang ingin bertemu dengan ayah biologisnya, terbesit di pikiran Don untuk memulai Proyek Ayah. Yaitu proyek untuk menemukan ayah biologis Rosie. Satu-satunya petunjuk yang Rosie dapat dari mendiang ibunya adalah ayah biologis Rosie satu angkatan dengan ibunya di salah satu fakultas kedokteran. Kemungkinan untuk menemukannya memang kecil, namun bukan berarti mustahil mengingat Don sendiri berprofesi sebagai profesor genetika.

Rosie yang lalu menerima tawaran bantuan dari Don, bersama Don mereka memulai Proyek Ayah dengan mengambil sampel untuk tes DNA secara diam-diam dari teman keluarga Rosie yang dicurigainya sebagai ayah biologisnya. Seiring dengan berjalannya Proyek Ayah, Don menjadi lebih sering banyak melakukan hal-hal yang cenderung ilegal, sekaligus secara tidak sengaja menemukan bakat terpendamnya sebagai barista.

Don mulai mempertanyakan alasannya menciptakan Proyek Ayah. Murni karena ingin membantu Rosie karena tersentuh oleh ceritanya? Atau atas nama dunia sains? Atau ada pengaruh indikator lain yang tak bisa dijelaskan oleh Don?

“Selama delapan minggu terakhir aku mengalami dua dari tiga saat paling menyenangkan dalam kehidupan masa dewasaku, dengan anggapan semua kunjungan ke Museum of Natural History dihitung sebagai satu peristiwa. Keduanya bersama Rosie. Apakah ada korelasi di situ? Sangatlah penting untuk mencari tahu.”

Buku ini adalah buku yang genius secara harfiah. Mungkin menjadi buku tergenius yang pernah saya baca. Ditulis dengan sudut pandang karakter utama genius, dengan penuturan layaknya dituturkan oleh orang genius, juga diterjemahkan dengan genius, tidak mengurangi esensi genius bukunya.

Juga, buku ini bisa digambarkan sebagai buku yang lucu, dengan makna ganda. Lucu yang jokes-nya berhasil bikin saya ngakak (funny). Dan jenis lucu yang ngegemesin saking manisnya interaksi Don dan Rosie (cute).

Yang menonjol di buku ini tentu saja karakter si genius Don Tillman. Don ini termasuk jenis karakter yang alih-alih annoying karena sifat perfeksionis dan kakunya, malah lovable karenanya. Terutama kepolosan dan “keamatirannya” dalam hal kehidupan sosial. Tingkahnya sedikit banyak mengingatkan saya pada karakter Sheldon Cooper dalam The Big Bang Theory.

Agak berbeda dengan buku terjemahan Gramedia lain, The Rosie Project tidak memiliki judul Bahasa Indonesia, tetap memakai judul aslinya. Entah apa alasannya, mungkin karena jika diterjemahkan judulnya jadi kurang pas dan tak menggambarkan isi bukunya.

Meski secara keseluruhan dijamin tidak akan membuat menyesal setelah membacanya, ada satu yang saya sayangkan. Endingnya terlalu terburu-buru. Setelah menimbulkan berbagai macam pertanyaan, semua jawabannya diringkas di chapter terakhir yang tak lebih dari 4 lembar.

Di halaman belakang ini juga terdapat semacam lampiran berupa kuesioner buatan Don untuk Proyek Istri. Jadi pembaca bisa sekalian ikutan mengisi dan mengecek hasilnya, apakah termasuk pasangan sempurna untuk Don, tidak cocok untuk Don namun cukup “normal” untuk menjadi pasangan bagi sebagian besar manusia di bumi, atau sama sekali tidak cocok seperti Rosie. Selain itu disertakan pula resep-resep koktail buatan Don, yang juga diceritakan di dalam bukunya ketika Don menjadi bartender dadakan. Menarik kan?

Buku ini jelas merupakan bacaan tahun ini yang meninggalkan kesan dalam. Dan saya harap Gramedia juga akan menerjemahkan buku lanjutannya: The Rosie Effect. Saya penasaran dengan kelanjutan kisah Don-Rosie.

“Otak manusia diprogram untuk memusatkan perhatian pada perbedaan-perbedaan di lingkungannya—supaya otak dapat dengan cepat membedakan predator. Kalau aku memajang foto-foto atau objek hiasan lain, aku akan menyadari semua benda itu selama beberapa hari, lalu otakku akan mengabaikan semua.”

“Kenapa kita memusatkan perhatian pada beberapa hal dengan mengorbankan hal lainnya? Kita mau mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan orang dari bahaya tenggelam, namun tidak mau memberikan donasi yang bisa menyelamatkan belasan anak dari kelaparan.”



6 komentar:

  1. genius, bukan jenius...

    nice review, anyway :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih koreksinya,

      Terima kasih juga buat pujiannya :)

      Hapus
  2. Penasaran sama sentuhan jokes ala si Don. Apa akhirnya Rosie cocok sama Don? :)

    BalasHapus
  3. Penasaran sama sentuhan jokes ala si Don. Apa akhirnya Rosie cocok sama Don? :)

    BalasHapus
  4. hana juga suka sama buku ini :D keren :D nice review :D

    BalasHapus
  5. Whaaa keren jadi pengin baca😀😀

    BalasHapus