Judul:
Kedai 1001 Mimpi
Pengarang:
Valiant Budi
Penerbit:
GagasMedia
Tahun
Terbit: 2012(cetakan kedua)
Tebal:
444 halaman
“Kita ini konon pahlawan devisa. Tapi,
kalau mati ya sudah, dianggap binatang saja.”
“Saya datang buat mempertebal iman,
bukan jadi mainan.”
“Datang ke sini itu harus siap ‘dijajah’.
Baik jiwa maupun raga!”
“Kamu tidak perhatikan, banyak orang
MATI karena terlalu BANYAK TAU?!”
Buku nonfiksi ini bercerita tentang
suka duka penulisnya sendiri—bang Vabyo—ketika dia menjadi seorang TKI di Arab
Saudi. Bang Vabyo bekerja di satu cabang sebuah kedai kopi internasional di kota Dammam.
Banyak sekali kejadian-kejadian yang membuat
saya cukup kaget tentang tingkah laku teman kerja, para pelanggan dan penduduk
lokal. Termasuk juga soal pelecehan fisik maupun batin.
Baru awal kerja pun Pibi—atau Vibi, panggilan
kesayangan bang Vabyo di Arab :D—sudah harus melakukan pekerjaan yang
sebenarnya sama sekali bukan dilakukan oleh barista. Belum lagi menghadapi para
pelanggan yang anarkis dan rusuh. Pokoknya nggak kebayang deh ribetnya.
Ini nih salah satu cerita dari salah
satu chapter yang saya suka; kebab
34:
“Katanya WIFI gratis?
Mana ini gak nyambung-nyambung?!”
Aku segera memeriksa
laptop mereka satu per satu. Ah, ternyata mereka belum mengaktifkan koneksi wireless-nya.
Setelah mereka semua
berhasil tersambung ke jaringan wi-fi, giliran sang Baba membentak-bentakku,
“Mana? Mana? Kok gak muncul apa-apa!?”
“Oooh, silakan buka
dulu web browser-nya,” jawabku setelah melihat layar laptopnya. Lalu salah satu wanita yang mungkin
istrinya tak mau kalah vocal. “Apa ini!? Cuma putih aja?”
“Oh, Madam, mau liat
situs apa? Klik alamatnya di situ,” aku menunjuk kolom address pada web browser. Lalu
mereka saling bergunjing satu sama lain dengan nada-nada beremosi jiwa.
Sementara anak-anak kecilnya mulai menangis kebosanan, si anak tetua pun mulai
angkat bicara, “ Ini terlalu rumit! Bagaimana kia tahu alamat situs yang ingin
kita lihat?”
Si Bapak kembali
unjuk rasa, “Kami sudah membeli laptop berteknologi
tinggi! Harusnya gampang dioperasikan! Mungkin ini kamu saja yang kurang
pengetahuan!!”
DUAR! Haitku
meledak-ledak. Aku benci dituduh bodoh oleh orang goblok.
Aku tertawa serenyah
batu neraka, “Teknologi tinggi juga mesti diikuti pengetahuan yang… ya,
seenggaknya memadai. Kalau anda punya SMART PHONE, gak otomatis Anda jadi SMART
PEOPLE kan?!”
Oh iya, jangan lupakan juga insiden om
botol kecap ;))
Penasaran dengan kisah yang lain? Pasti
penasaran dong? Ayo dong penasaraaaaaan x)) baca selengkapnya di Kedai 1001
Mimpi :))
“Kalo ada orang Arab marah-marah, pegang jenggotnya!”
“Kalo ngak jenggotan, pegang apanya?”
“Usahain kalo yang marah-marahnya itu mesti jenggotan.”
Seperti biasa, narasi bang Vabyo yang
khas dan kocak tak pernah gagal membuat saya ingin terus membaca dan membaca hingga
halaman terakhir karya-karyanya. Begitu pula dengan buku ini.
Saya memang sudah pernah membaca
review-review tentang buku ini yang sebagian mengatakan kalau kaget dengan apa yang ditulis oleh sang penulis
tentang sifat dan gaya hidup masyarakat di sana. Termasuk juga batasan-batasan dalam
berbusana, bahkan pergaulan—yang terkadang membuat saya iba dengan para pria
yang tinggal di sana xD. *eh, ralat, wanitanya juga sik*
Sayangnya yang paling mengganggu
adalah typo-nya yang bertebaran. Untunglah
kisah-kisah kocak, ajaib, mengharu biru di buku ini sukses membuat saya
mengabaikan typo-nya itu. Saya harap
jika nantinya buku ini akan cetak ulang lagi, bagian typo-nya bisa diperbaiki—mengingat akan hadirnya edisi 1002-nya
*iyaa ini beneran, tanya bang Vabyo kalo ndak percaya ;))*, tidak menutup
kemungkinan buku ini akan cetak ulang lagi *sotoy*.
Tidak hanya jelek-jeleknya melulu kok
yang diceritakan, ada juga yang baik-baik. Yah walaupun yang jelek-jelek tetap
yang paling menarik. Huahahahah.
Saya sudahi saja review ini daripada
semakin ngawur yaaa xD
MEMORABLE QUOTES:
- “Ingin mengeluh, tapi rasanya belum butuh. Mungkin ini sindrom anak bungsu. Dari kecil difitnah anak manja. Eh, tapi memang iya, kok. Hanya bedanya aku anak manja yang bisa diajak susah. Yeah.”
- “Ternyata pada hari Jumat, dokter pun ikut merayakan hari raya akhir pekan. Aku berdoa semoga tidak ada ibu yang melahirkan saat itu atau bapak yang tersedak jenggot sendiri. Atau ini salah satu taktik mereka biar banyak yang meniggal di hari Jumat agar masuk surga?” – Hal. 127
- “Berani karena benar, tapi yang salah bisa jauh lebih sangar.” – Hal. 231
- “There’s a thing that money can’t buy. It’s called ATTITUDE.” – Hal. 371
- “Tapi satu hal pelajaran yang gue dapet. Kita bisa mencari iman di mana aja, termasuk negara yang sering dibilang kafir sekali pun.” – Hal. 400
RATING 4/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar