Judul:
Tokyo: Falling(Setiap
Tempat Punya Cerita #6)
Pengarang:
Sefryana Khairil
Penerbit:
GagasMedia
Tahun
Terbit: 2013
Tebal:
338 halaman
“It doesn’t matter who hurt you or
broke you down. What matter is who make you smile again.”
Percayakah
kalian pada kebetulan?
Adalah
Thalia dan Tora yang sama-sama pergi ke Tokyo untuk liputan demi tuntutan majalah tempat mereka
bekerja masing-masing. Tora dan Thalia tak sengaja dipertemukan dalam insiden
kecil yang membuat lensa kamera milik Thalia rusak.
Karena
tidak ada jalan lain,—dan hanya ini alternatif terbaik—Tora dan Thalia memutuskan
untuk liputan bersama dan membagi jadwal tempat kunjungan mereka dengan memakai
lensa kamera Tora secara bergantian.
Dan
kebetulannya lagi, mereka berdua pergi ke Tokyo bukan hanya tuntutan profesi,
tapi juga mengejar dan merebut kembali cinta masa lalu mereka.
Berhasilkah
mereka menjalankan “misi” tersebut? Atau setelah beberapa hari bersama mereka
malah jatuh cinta satu sama lain? Buktikan sendiri dalam Tokyo…
“Apa kamu bahagia?”
“Kenapa pertanyaanmu bisa sama dengan
pertanyaan sahabatku?”
“Karena itu intinya.”
“Bukannya kalau kebutuhan kita
terpenuhi dan kita merasa aman, kita bahagia?”
“Harta sebanyak apa pun nggak bisa
membeli kebahagiaan.”
Okay, sebenarnya saya ragu-ragu ketika
akan memutuskan untuk membeli buku ini. Karena ini merupakan serial STPC
terakhir :( walaupun kabarnya serial STPC akan kembali lagi dan mengajak
pembacanya berkeliling ke kota-kota lain—yang saya cukup yakin kalau itu akan
lama—, tetap saja ada sedikit rasa akan rindu dengan project yang berhasil(karena setelah kemunculan STPC kemudian
banyak yang meniru dengan format serupa namun sedikit “dimodifikasi”) ini.
Menurut
saya Tokyo cukup lumayan menjadi penutup kloter pertama STPC. Penulisnya
berhasil mengajak saya menjelajahi seluk-beluk kota Tokyo baik bagian moderen
maupun tradisional, juga berhasil membuat saya terhanyut dengan perasaan
masing-masing kedua tokoh utama.
Tapi…
sangat disayangkan karena saya tidak merasakan feel Tokyo ketika membaca buku ini. Deskripisi tempat segala macam memang
bagus tapi aura Tokyo-nya kurang dieksplor. Misalnya begini, ketika membaca
London saya sangat-sangat merasakan bagaimana suasana kota London yang kelabu
dan sering meneteskan air dari langit itu. Seakan-akan saya memang berada di
sana. Nah, ketika membaca Tokyo saya hanya seperti melihatnya dalam film atau
foto tempat-tempat keren yang digambarkan oleh penulisnya.
Dan
menurut saya endingnya cukup mengecewakan dan kurang greget! Saya bukan
termasuk yang membenci ending gantung, tapi ending buku ini bagi saya bukan
gantung, tapi nanggung -____-
Di
balik kekurangannya, Tokyo cukup asyik untuk dibaca. Dan sisi positifnya saya
suka bagaimana sang penulis membuat saya sama sekali tidak membenci tokoh Hana
dan Dean. Semuanya dibuat manusiawi, termasuk karakter Thalia dan Tora. Good
job :))
“If home is where the heart is, then
my home is you.”
MEMORABLE QUOTES:
- “Rindu ini masih sama. Masih bercerita tentangmu.” – Hal. 2
- “Di sanalah aku dan kamu bertemu, tanpa pernah membuat janji lebih dulu.” – Hal. 20
- “Rezeki aja bisa datang tiba-tiba, jodoh juga bisa.” – Hal. 55
- “Katanya, mantan sebaiknya tetap jadi mantan. Letaknya di masa lalu, bukan masa depan.” – Hal. 56
- “Jangan cepat-cepat memutuskan lo mencintai seseorang, kalau lo sendiri nggak yakin.” – Hal. 153
- “Relationship is like sailing a boat. To make the boat sail, it needs two persons to ride it. Two persons to paddle. If you’re the only one paddling, you’ll get tired eventually.” – Hal. 180
- “Mungkin ada kalanya cinta butuh jarak. Bukan untuk berpisah, tapi untuk menguji besarnya cinta itu sendiri.” – Hal. 242
- “Kamu tahu apa yang tidak kita miliki dari masa lalu? Kesempatan untuk mengulangnya lagi.” – Hal. 292
RATING 3/5
Wah kak seandainya saya baca dulu ttg postingan ini kmrn, saya urung niat untung beli yang tokyo duluan.. hahah btw, terimakasih infonya!^^
BalasHapus