Judul: The
Vegetarian
Pengarang: Han Kang
Penerbit: Hogarth
Tahun Terbit: 2016
Tebal: 188 halaman
“Her profile swam toward me out of the
darkness. I took in her eyes, bright but not feverish, as her lips slowly
parted.
‘I had a dream.’
Her voice was surprisingly clear.”
Akhir-akhir ini mood baca saya kembali menurun. Semua
ini disebabkan oleh banyaknya drama-drama Korea bagus yang wajib banget buat
diikutin >.< Gini deh kalo udah nemu tontonan menarik, bacaan jadi
terbengkalai. Untungnya saya kemudian nimbrung maksa ikutan baca bareng Mbak Desty sama Mbak Vina pas saya tahu kalau mereka lagi baca bareng buku ini.
Ketertarikan awal pada buku ini lebih karena keberhasilannya menyabet penghargaan
Man Booker Prize 2016. Saya penasaran sebagus apa buku yang berhasil mengalahkan
Man Tiger dan nominator lain ini.
Konsep review
untuk baca bareng buku ini agak beda. Jadi kan buku ini terbagi menjadi tiga
babak dengan sub judul berbeda, The Vegetarian yang diceritakan dengan pov
pertama suami dari sang tokoh utama, Yeong Hye. Babak kedua Mongolian Mark yang
bercerita dengan pov ketiga lewat kakak ipar Yeong Hye. Dan selanjutnya Flaming
Trees, babak pamungkas yang juga menggunakan pov ketiga, kali ini lewat kakak
perempuan Yeong Hye, In Hye. Kami bertiga memutuskan untuk masing-masing me-review satu sub judul.
Nah, saya lalu
milih yang pertama. Alasan (biar kedengeran) kerennya, bagian ini yang menurut
saya paling intens, bisa jadi karena mengunakan pov pertama. Alasan sebenarnya,
saya paling ngertinya di bagian ini sik x)) semakin ke belakang bukunya semakin
absurd, di bagian terakhir banyak yang saya nggak ngerti. Hahaha. Tapi sekarang
sedikit banyak udah ngerti melalui rumpian diskusi kecil-kecilan sama
Mbak Desty dan Mbak Vina.
The Vegetarian
ini bacaan yang bagus sebenarnya, di awal saja sudah bikin saya kepincut.
Berikut saya kutip kalimat pertamanya: “Before
my wife turned vegetarian, I’d always thought of her as completely unremarkable
in every way.”. Gimana? Sudah bikin bertanya-tanya kan? ;))
Saya ingatkan,
buku ini sama sekali bukan buku tentang gaya hidup sehat yaa. Malahan ini
termasuk buku yang sakit. Lebih tepatnya sih orang-orang yang diceritakan di
dalamnya yang sakit x(. Di bagian pertama ini kisahnya sendiri berpusat ke
Yeong Hye yang di suatu malam, ketika suaminya terbangun untuk ke kamar mandi
di melihat Yeong Hye berdiri di depan kulkas yang terbuka dengan fokus
tatapannya ke kantong-kantong daging di dalam kulkas. Teguran dari suaminya pun
tak digubrisnya, suaminya pun mengabaikan, dia menganggap Yeong Hye hanya
sedang berjalan dalam tidur. Ternyata dugaan suaminya salah, sejak itu kelakuan
Yeong Hye semakin aneh. Dia membuang semua persediaan daging, telur, dan susu lalu
mengatakan pada suaminya kalau dia memutuskan untuk menjadi vegetarian.
Suaminya makin merasa bingung ketika Yeong Hye mengatakan alasannya karena
sebuah mimpi. Mimpi seperti apa yang dialami Yeong Hye? Cari tahu sendiri dong
xP
Yang menarrik
dari bagian pertamanya ini, semakin jauh membaca, semakin dibuat
bertanya-tanya. Dan memang baca buku ini tuh harus sabar memang, karena
beberapa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itu menyebar dari tengah sampai di akhir
bukunya.
Ngomong-ngomong,
tadi saya sempat bilang kalau bagian pertama ini yang paling intens kan?
Sebenarnya bukan karena di bagian ini menggunakan pov pertama saja. Tapi, ada
beberapa bagian-bagian yang menjadi porsi Yeong Hye yang bercerita. Dan ini
bagian terbaiknya, pembaca ikut tersesat di labirin pikiran Yeong Hye. Saya
nggak mau spoiler, tapi ada bagian yang cukup membuat tak nyaman di babak
pertama ini x(
Alur
penceritaannya nyambung dari babak satu sampai terakhir, tapi dengan timeline yang maju mundur cantik.
Dan masih tetap berpusat ke Yeong Hye. Penasaran dengan seperti apa cerita di
Mongolian Mark dan Flaming Trees? Baca review Mbak Desty dan Mbak Vina di
tautan yang telah saya buat di bawah ini ;)
Namun sebelumnya,
izinkan saya ngasih rating untuk bukunya. Ketika membaca babak pertamanya, saya
sudah putuskan untuk memberi 4 bintang, tapi... semakin ke belakang semakin
membingungkan, bahkan sampai saya nulis review ini saya masih belum menangkap
maksud dari sang pengarang menulis buku ini x)) jadi, 3 bintang untuk The
Vegetarian.
“Everything
starts to feel unfamiliar. As if I’ve come up to the back of something. Shut up
behind a door without a handle. Perhaps I’m only now coming face-to-face with
the thing that has always been here. It’s dark. Everything is being snuffed out
in the pitch-black darkness.”
“Can only trust my breasts now. I like my
breasts, nothing can be killed by them. Hand, foot, tongue, gaze, all weapons
from which nothing is safe. But not my breasts. With my round breasts, I’m okay.
Still okay. So why do they keep on shrinking? Not even round anymore. Why? Why
am I changing like this? Why are my edges all sharpening—what I am going to gouge?”
Kok bisa ya buku yang dapat penghargaan justru membingungkan. Ini pasti soal selera. Dan rasanya saya tidak akan membaca buku ini jika belum diterjemahkan. Saya anti banget baca buku yang bahasa inggris, nggak bisa :)
BalasHapusBuku-buku yang jadi nominator atau pemenang penghargaan kayak Man Booker Prize emang rata-rata susah dikunyah untuk pembaca yang masih awam kayak saya sih x)
Hapus