Minggu, 03 Mei 2015

[Book Review] 11 Jejak Cinta by 11 Penulis Teenlit GPU






Judul: 11 Jejak Cinta
Pengarang: Charon, Clio Freya, Dyan Nuranindya, Ken Terate, Lexie Xu, Luna Torashyngu, Mia Arsjad, Pricillia A.W., Primadonna Angela, Shandy Tan, Windhy Puspitadewi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 200 halaman

“Orang bilang lidah tak bertulang. Tidak, mereka salah besar. Lidah itu kaku seperti dahan kayu. Sekali dia bengkok, bakal susah diluruskan. Tak ada yang salah dengan yang bengkok. Yang bengkok mungkin saja indah. Tapi orang-orang itu hanya bisa menerima yang lurus. Yang bengkok dan menyimpang hanya buat sampingan. Hanya buat lelucon. Hanya buat diguyur tepung di acara televisi. Buat apa? Semata agar tuyul-tuyul itu bisa terbahak.”

Teenlit. Saya pikir semua orang pasti sudah amat familiar dengan lini dari Gramedia Pustaka Utama yang lahir 11 tahun silam ini. Dan, untuk menyambut ulang tahun ke-11-nya, sebelas penulis Teenlit yang namanya tidak asing lagi mempersembahkan sebuah kumpulan cerpen spesial berjudul 11 Jejak Cinta.

Seperti review kumcer sebelumnya, kali ini saya juga akan sedikit mengulas satu per satu cerpen di buku ini sebelum me-review secara keseluruhan.

Satu Pengacau Kecil – Charon
Sebagaimana cerpen pembuka, cerpen yang ditulis Charon ini ringan dan bisa jadi pernah dialami oleh mereka yang sedang membaca. Curahan hati anak remaja tentang kekesalan pada adik yang bandel dan sering menganggu kehidupannya sebagai remaja. Saya cukup terbawa emosi dan mengerti perasaan kesal yang dirasakan karakter utama. Cukup lumayan sebagai pembuka.

Berteman Cinta – Clio Freya
Cerpen ini membuktikan kalau ide cerita sederhana bisa dikemas menarik dengan gaya penulisan yang baik. Saya suka bagaimana penulis menuturkan kisahnya. Jadi penasaran dengan karyanya Clio Freya abis baca ini :D

Langit di Ujung Jendela – Dyan Nuranindya
Cerita manis nan hangat tapi tanpa diduga menyimpan kesenduan di baliknya. Porsi penceritannya pas. Sebuah cerita pendek yang utuh, tidak meninggalkan pertanyaan di benak pembacanya.

Dua Hati Menghadapi Dunia – Ken Terate
Sejauh yang sudah saya buktikan sendiri, Ken Terate tidak pernah mengecewakan saya. Begitu pula dengan cerpen ini. Ide ceritanya bikin saya tambah kagum sama mbak penulis. Gaya bercerita yang digunakan juga unik dan asyik, biasanya khas Ken Terate adalah gayanya yang kocak dan polos bahkan ketika tema yang diangkat cukup serius seperti di Dark Love. Tapi lagi-lagi sang penulis memberikan kejutan seperti ketika saya membaca cerpennya di kumpulan cerpen Cerita Cinta Indonesia. Eh iya, saya suka dengan julukan jenis-jenis dedemit yang digunakan x))

Kecelakaan – Lexie Xu
Lexie Xu adalah salah satu penulis yang saya kagumi karena kekonsistenan genre yang dia tulis. Tapi cerpen ini membuat saya sedikit kecewa, tidak ada karakter psycho di sini ._. Deskripsinya masih bikin merinding (dan mual) walaupun ide ceritanya saya kurang suka.

First Girl – Luna Torashyngu
Seklise ftv. Sepanjang cerita saya misuh-misuh dengan alurnya yang amat sangat cepat sekali. Ternyata keluhan saya terjawab di akhir cerita. Jadi... cerpen ini tuh sebenarnya... eh nggak jadi deh, nanti malah bukan kejutan lagi ;)) penasaran kan? Kan? Kan? Makanya baca bukunya dong x))

MILO – Mia Arsjad
Zaman sekarang media untuk berkenalan dengan orang asing itu mudah sekali didapat, hanya bermodal koneksi internet. Iya kalo orang asingnya baik, cakep, soleh, dan berbudi pekerti luhur, kalo modelnya kayak para perverts di Catfish kan bahaya. Salut buat mbak Mia yang mengusung ide cerita yang menjadi kekhawatiran para orangtua sekarang. Saya suka ending yang dipilih, lebih tepat lagi keputusan yang diambil oleh karakter utama. Butuh baca karya mbak Mia Arsjad yang lain!

Duniaku Kiamat! – Pricillia A.W.
Lagi dan lagi, saya terhanyut dan kebawa emosi. Awalnya sebel sama karakter Nara. Dan twist di ending yang jleb dan bikin patah hati itu membalikkan emosi saya. Jadi ikutan patah hati -__-

Bekal Istimewa untuk Pangeran – Primadonna Angela
Manissss. Salah satu yang saya favoritkan. Udah gitu aja.

Untukmu Sahabat – Shandy Tan
Cerpen paling sedih di antara yang lain. Intinya jangan sampai kesibukan aktivitasmu membuatmu melupakan sahabat terbaikmu. Atau penyesalan di akhir yang akan kamu dapati. 

Nastya – Windhy Puspitadewi
Mungkin saya akan lebih bisa menikmati cerpen ini kalau sudah baca Incognito. Selalu menyenangkan sebenarnya membaca sebuah side story dari sebuah novel.. kalau, sudah baca novelnya sendiri :D saya tidak yakin apakah ini dampak bagus atau tidak bagus, cerpen ini bikin saya jadi pengin baca Incognito x(

Pertama kali saya berkenalan dengan Teenlit adalah lewat Dealova yang sedang hits karena filmnya. Saya yang saat itu penasaran (dan kebetulan baru menuntaskan Detective Conan volume baru, juga sedang tidak ada bacaan lain) pun mencoba membaca buku yang baru selesai dibaca oleh kakak perempuan saya itu. Dan saya suka! Walaupun barulah pas SMA saya cukup mengikuti novel-novel Teenlit x))

Seiring perkembangan zaman, Teenlit menjelma menjadi bacaan wajib remaja di sekolah menengah. Formulanya pun mulai beragam. Tidak melulu masalah klise seputaran naksir kakak kelas, cewek biasa yang diperebutkan dua cowok keren, atau segudang ide basi lainnya. Ada masalah persahabatan yang diceritakan Ken Terate lewat Jurnal Jo. Seri Touché karya Windhy Puspitadewi yang berbau fantasi ala serial televisi Heroes. Tak ketinggalan genre misteri-thriller yang ditawarkan oleh Lexie Xu. Atau Teenlit tentang matematika seperti Teka Teki Terakhir-nya Annisa Ihsani.

Sayangnya semakin bertambah umur, semakin beragam pula pilihan bacaan yang saya suka. Saya mulai berkenalan dengan Metropop, young adult, distopia, dan berbagai genre lain. Dan hal tersebut agak menyingkirkan Teenlit dari jejeran buku yang saya baca. Hanya beberapa judul yang masih saya ikuti, itu pun setelah baca review yang cukup rame dari teman-teman goodreads.

Yang paling saya suka dari kumpulan cerpen ini adalah penulis-penulis cerpen di buku ini mampu saling mengimbangi satu sama lain. Tidak ada cerpen yang lebih jelek dari cerpen yang lain, yang menentukan hanyalah masalah selera pembaca. Harus saya akui saya menikmati semua cerpen di dalamnya, itulah yang menyebabkan saya bisa menyelesaikan kumpulan cerpen ini dengan waktu singkat.

11 Jejak Cinta berhasil membuat saya kembali mengingat alasan saya dulu menggemari Teenlit. Terima kasih kepada semua penulis yang telah berkontribusi. Dan saya harus mengucapkan, selamat ulang tahun untuk Teenlit, saya harap kamu akan selalu menemani dan memberi makna di kehidupan para remaja generasi-generasi selanjutnya.

“Aku... berteman dengan... buku. Mereka nggak pernah membuatku kesepian. Setidaknya mereka nggak bikin aku kepengen bunuh diri cuma gara-gara hidupku yang ngebosenin kayak kamu.”


RATING 4/5

3 komentar:

  1. Aku suka tulisan Mia Arsjad, jadi penasaran sama karyanya di buku ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, gaya tulisannya luwes. Cerpennya di sini yang bikin menarik itu tema yang diangkat sih kalau menurut saya :D

      Hapus
  2. Penasaran sama tulisan Pricillia A.W. dan Shandy Tan .__.
    *buru-buru beli bukunya ah*

    BalasHapus