Judul: Jatuh
Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri
Pengarang: Bernard Batubara
Penerbit: GagasMedia
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 294 halaman
“Tinggallah di
rumah saja, Hamidah, bintang-bintang di langit dan rembulan purnama tak
menginginkanmu keluar rumah, mereka cemburu dengan parasmu yang eloknya
mengalahkan kesempurnaan pesona dewa-dewi nirwana. Jika kau keluar juga, kau
akan meletakkan hidupmu dalam bahaya.”
Di dalam buku terbarunya yang merupakan
kumpulan cerpen ini, Bernard Batubara bicara tentang cinta. Jika biasanya
penulis-penulis lain lebih suka membicarakan sisi manis cinta, berbeda dengan
Bara yang akan mengisahkan sisi gelap dari cinta.
Review ini akan sedikit panjang karena
alih-alih membicarakan cerpen yang menjadi favorit saya, saya akan sedikit
mengulas, me-review, mengomentari semua cerpen di dalam buku ini satu per satu.
Semoga review saya ini tidak membuat kalian bosan membacanya. So, here we go ...
Hamidah Tak Boleh
Keluar Rumah
Segala sesuatu, yang menjadi awal atau pembuka
haruslah istimewa. Untuk pembuka kumpulan cerpen, cerpen ini sudah berhasil
memikat saya dan membuat saya ingin membaca lebih banyak lagi cerpen-cerpen
selanjutnya. Entah kenapa saya merasa aura mistis yang bikin merinding ketika
membaca cerpen ini. Dan, twist-nya
juga oke. Saya senang dari awal sudah menemukan satu cerpen favorit dari buku
ini ;)
Nyanyian
Kuntilanak
Kalian tahu asal muasal kota Pontianak? Kisah
“pertarungan” Sultan Syarif Abdurrahman dengan sesosok kuntilanak? Nah bisa
dibilang cerpen ini menceritakan versi lain dari kisah yang menjadi asal muasal
nama kota Pontianak itu.
Seorang Perempuan
di Loftus Road
Absurd. Diceritakan kalau pohon-pohon di
Loftus Road dulunya merupakan para perempuan. Para perempuan yang tetap setia
menunggu walaupun orang yang mereka tunggu tak kunjung datang. Makanya jangan
kelamaan nunggu, bisa-bisa nanti ikutan jadi pohon loh x))
Hujan Sudah
Berhenti
Kisahnya sederhana, tidak terlalu spesial.
Bukan favorit saya, tapi juga bukan cerpen yang buruk.
Bayi di Tepi
Sungai Kayu Are
Kembali berlokasi di tempat kelahiran sang
penulis, Pontianak. Cerpennya kurang berkesan buat saya. Agak terlalu sinetron x))
Seribu Matahari
untuk Ariyani
Sudut pandang berceritanya menarik, hebatnya
tidak membuat bingung bahkan jadi menambah aura kelam cerpennya.
Langkahan
Langkahan adalah keadaan ketika kakak adik
yang sama-sama perempuan, dan si adik menikah mendahului kakaknya, maka secara
adat si adik harus membayar persyaratan langkahan yang diajukan oleh kakaknya. Bagian
akhir cerita cukup mengejutkan.
Meriam Beranak
Agak absurd. Saya suka. Paragraf terakhirnya
juara!
Lukisan Nyai
Ontosoroh
Nyai Ontosoroh yang disebut di cerpen ini
merupakan salah satu karakter rekaan Pramoedya Ananta Toer di Bumi Manusia. Mungkin
jika saya sudah membaca Bumi Manusia sebelumnya saya akan lebih menikmati
cerpen ini ... Mungkin juga tidak ...
Bayang-Bayang
Masa Lalu
Kisah cinta getir tentang kesetiaan seorang
wanita yang rela menunggu ratusan tahun demi seorang pria. Endingnya bikin
pembaca ikut merasa kecewa.
Orang yang Paling
Mencintaimu
Cerpen yang membingungkan dari awal. Menantang
pembacanya untuk merangkai sendiri potongan-potongan kisahnya. Mengasyikkan.
Nyctophilia
Cerpen yang satu ini berhasil membuat saya
terhanyut dengan kisahnya, sayang twist
di ending terlalu mudah ditebak.
Bulu Mata Seorang
Perempuan
Absurd. Ter-absurd di antara yang lain.
Menjelang
Kematian Mustafa
Saya suka kejutan yang disimpan rapat-rapat
oleh penulis dari awal. Agak beda dari cerpen-cerpen yang lain, lebih ke drama
dan politik.
Jatuh Cinta
Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri
Mengecewakan. Ya, saya pikir karena judul cerpen
ini kemudian dijadikan sebagai judul bukunya, otomatis cerpen ini lebih spesial
dari yang lain. Buat saya sendiri cerpen dengan judul yang panjang ini tidak
berhasil memuaskan saya. Terlalu banyak menyisakan pertanyaan. Dan saya juga
kurang suka dengan ketidak-konsistenan si tokoh “aku”. Dia sendiri yang bilang
(di awal) tidak ingin menceritakan asal-usulnya, tapi sepanjang cerita
asal-usul sang tokoh malah dibeberkan olehnya sendiri -____- apa mungkin saya
yang gagal paham yak? x))
Fyuh, panjang juga ternyata, walaupun
komentar-komentar yang saya berikan sedikit-sedikit :D. Poin yang paling saya
sukai adalah bagaimana sang penulis memasukkan unsur-unsur lokal di
cerpen-cerpennya. Dan beberapa cerpen di buku ini ada yang beraura mistis, nah
kemistisannya itu kalau bagi saya pribadi khas Indonesia banget.
Secara keseluruhan saya cukup suka dengan
kumcer ini, walaupun tidak semua cerpen di dalamnya berhasil memuaskan saya.
“Jika ia adalah
sesuatu atau seseorang yang layak aku tunggu, ia tidak akan memberiku hanya
sebuah kadang. Kata itu merendahkan usaha dan meremehkan
seluruh kerja keras penantianku. Aku tidak ingin mencintai seseorang yang
memberiku kadang.”
“Ibuku bilang,
jika kau belum gila karena cinta, kau masih memberi hatimu setengah-setengah.
Dan, kau tak hanya akan gagal mendapatkan cinta, tapi hal-hal yang lain juga
dalam hidupmu jika kau memberi hati setengah-setengah.”
RATING 4/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar