Judul: Stolen Songbird
(The Malediction Trilogy #1)
Pengarang: Danielle L. Jensen
Penerbit: Fantasious
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 496 halaman
“Mata biru dan rambut merah
Kunci dari gairah.
Suara bak malaikat dan tekad kukuh
Dan penyihir gelap akan bersimpuh.
Kematian mengikat dan ikatan mematahkan
Mentari dan rembulan bersatu demi keselamatan.
Pangeran kegelapan, putri terang,
Ikatan membawa ajal penyihir menjelang.
Tarikan napas pertama mereka,
Kala pertama sang penyihir terjerumus nestapa.
Persatukan dua nama dalam syair
Dan kutukan pun akan berakhir.”
Itulah bunyi
ramalan yang dipercaya bisa menjadi kunci mematahkan kutukan penyihir yang
melingkupi Kota Trollus selama lima abad. Kutukan yang membuat troll yang tinggal di Trollus tidak bisa
keluar dari Gunung Terlupakan.
Cécile de Troyes punya
impian untuk bernyanyi di pangung-panggung megah di Trianon. Tinggal selangkah
lagi bagi Cécile untuk
mengejar impian, meninggalkan Coshawk’s Hollow ke Trianon ketika dia diculik
oleh laki-laki bernama Luc.
Cécile diculik
untuk dijual kepada raja troll di
Trollus. Dia dianggap memenuhi kriteria untuk mematahkan kutukan di Trollus,
dengan cara mempertalikannya dengan pengeran negeri troll tersebut, Tristan.
Tristan yang
angkuh dan sangat meremehkan ras manusia membuat Cécile muak, tapi Cécile tidak bisa
menolak kala dia dipertalikan dengan Tristan. Pertalian itu tidak membuat
kutukan tersebut hilang dalam sekejap. Tapi pihak kerajaan masih optimis kalau
Cécile mampu
membantu mereka.
Cécile
menganggap hidupnya telah hancur, impiannya lenyap. Dia harus hidup sebagai
putri sekaligus istri pewaris tahta kerajaan. Namun perlahan Cécile menemukan
satu demi satu rahasia Trollus, dan dia sadar jika dia melibatkan diri, dia
harus bersiap kehilangan apa yang pernah dimilikinya. Selain itu Cécile juga
mulai jatuh hati pada Tristan, tapi bagaimana mungkin Cécile bisa jatuh cinta
pada pangeran troll angkuh itu? Bahkan
walaupun Tristan sangat tampan, hal itu tidak mengubah fakta bahwa Tristan
adalah seorang troll.
“Kecantikan bisa diciptakakan, pengetahuan bisa
diperolah, tapi bakat tidak bisa dibeli ataupun diajarkan. Dan kau punya bakat,
anakku sayang. Begitu kau berdiri di panggung dan bernyanyi, seluruh dunia akan
mencintaimu.”
Sebelumnya
terima kasih kepada mbak Nadya, penerjemah buku ini yang sudah memberikan saya
buku ini gratis melalui kuis :D saya penasaran sekali dengan buku ini karena
banyak review positif yang saya baca,
selain itu buku ini juga menjadi salah satu nominasi kategori Best Debut
Goodreads Author di Goodreads Choice Awards 2014.
Saya akui
menjadikan seorang troll sebagai salah
satu karakter utama adalah ide yang unik. Sebelum membaca buku ini bayangan
saya tentang troll adalah seperti
yang muncul di trilogi The Lord of The Rings, bertubuh besar dengan wajah buruk
rupa, atau seperti troll di Frozen
yang imut dan pandai bernyanyi. Tidak pernah sebelumnya saya membayangkan kalau
troll menyerupai manusia, bahkan ada
yang berwajah menawan.
Tapi ketika
membaca buku ini, ada beberapa hal yang mengganggu saya. Pertama, saya sudah
terlanjur tidak menyukai karakter Cécile sejak adegan dia diculik oleh Luc.
Saya tidak bersimpati dengan kejadian buruk yang dialaminya. Begitu juga dengan
Tristan, saya juga tidak menyukai karakter Tristan. Mungkin karena sudut pandang
yang digunakan buku ini adalah sudut pandang pertama, bergantian antara Cécile
dan Tristan dengan porsi Tristan yang sangat sedikit. Bisa jadi disebabkan
ketidaksukaan saya pada jalan pikiran mereka yang kemudian membuat saya tidak
suka dengan dua karakter sentral buku ini.
Jadi begini,
ketika saya membaca buku ini saya juga membaca buku lain yaitu I For You-nya
Orizuka. Saya amat sangat yakin kalau Orizuka menggunakan sudut pandang pertama
melalui karakter Princessa atau Surya, saya pasti akan benci dengan kedua
karakter tersebut. Apalagi karakter Princessa, dengan sifat “polos”-nya yang
ketika bagian awal sudah terkesan menghina Surya dengan sebutan “miskin”. Tapi karena
Orizuka menggunakan sudut pandang ketiga, saya malah menemukan kalau karakter
Princessa itu polos, justru kepolosannya menjadikan dia lucu dan menggemaskan
:D See? Menurut saya, saya akan lebih
menyukai Stolen Songbird kalau sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang
ketiga.
Kedua, banyak
pertanyaan yang muncul ketika saya membaca buku ini. Misalnya “Apa yang membuat Tristan begitu tampan dan
bukan berwujud ‘aneh’ mengingat sang raja digambarkan tidak begitu menarik dan
sang ratu yang punya wujud ‘aneh’? Dan apa sebenarnya yang menyebabkan ada troll berwujud aneh dan ada yang berwujud
sempurna? Apakah gen, keturunan atau takdir?” atau “Bagaimana kekuatan sihir ini didapatkan, dan apa yang menjadi pembeda
kemampuan sihir masing-masing?” atau yang tak kalah nggak penting: “Bagaimana troll berkembang biak, apakah sama seperti manusia atau membelah diri?”.
Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang lainnya. Memang nantinya pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terjawab, tapi
secara amat perlahan. Dan ketika saya mendapatkan jawaban tersebut, yang ada
saya sudah tidak berminat lagi untuk mengetahuinya -____- Sekali lagi, jika
menggunakan sudut pandang ketiga mungkin hal-hal mendasar tersebut dapat
dijelaskan di bagian awal, bukannya harus menunggu “momen yang tepat” terlebih
dahulu.
Ketiga, buku ini
punya potensi sebenarnya. Ide ceritanya sudah menarik, elemen pendukungnya
juga. Seperti sihir, ada intrik politiknya dan saya juga “mencium” bau
pemberontakan sedari awal. Tapi yang ada saya malah kecewa karena harapan akan
adanya pemberontakan atau konspirasi besar yang dilakukan hanyalah harapan
kosong belaka. Nyatanya ya, bisa dibilang isi buku ini hampir 90% berisi
tentang kelabilan Cécile dan kegalauan Tristan. Atau, kegalauan Cécile dan
kelabilan Tristan. Itu membuat saya geregetan dan tidak sabar untuk segera
menyelesaikan buku ini.
Terakhir, universe-nya tidak dibangun dengan rapi,
kalau menurut saya. Setting Trollus-nya sudah digambarkan dengan baik sik, tapi
sampai saya selesai baca buku ini saya tidak mengetahui kapan tepatnya kejadian
di buku ini berlangsung, pada zaman apa? Yang jelas bukan zaman batu, karena
sudah mengenal tulis-menulis, novel dan wig x))
Tapi untungnya
buku ini terselamatkan dari 2 bintang karena endingnya. Saya suka endingnya.
Saya bahkan agak penasaran dengan kelanjutan kisahnya *damn you Cécile x))*. Selain itu, saya suka dengan judulnya,
kavernya juga lumayan walaupun saya lebih suka kaver asli. Dan terjemahannya
juga tidak buruk. Karena buku ini saya jadi tahu beberapa kata yang sebelumnya
tidak saya tahu, bahkan saya tidak tahu kalau kata “afair” itu ada di dalam
KBBI.
Saya jadi ingin
baca buku fantasi terbitan Fantasious yang lain :D ditunggu Game of Thrones-nya
yak Fantasious! ;))
“Yang muda yang jatuh cinta, mereka semua bodoh. Troll maupun manusia, sama saja.”
RATING 3/5
Well... my thought exactly, lol! Yang tentang kenapa Tristan ganteng sementara bapaknya ngga, itu karena genetis. Tapi terus terang aku juga ga sreg sama issue genetis ini. Karena kalau tahu asal usul troll (yang aslinya juga troll ini cuma istilah), maka harusnya gen mereka beda sama manusia biasa, dan perkawinan darah murni biasanya malah bikin tambah kuat bukannya deformed.
BalasHapusSettingnya aku setuju kurang kuat...dan yah khas YA lah kalau tokohnya labil2 gimana gitu =))
Iya mbak Ren, aku ngiranya dari yang pas ada adegan Cecile ngeliat foto raja masih muda itu :D tapi pas baca adegan itu udah nggak penasaran lagi -__-
HapusEmang banyak juga karakter YA yang labil sih, tapi yang ini labilnya nyebelin x((