Judul:
Memori
Pengarang:
Windry Ramadhina
Penerbit:
GagasMedia
Tahun
Terbit: 2012
Tebal:
312 halaman
“Sejak
detik aku menjejakkan kaki di rumah Papa, nasib buruk mencengkeram tengkukku
dan aku tidak bisa melepaskan diri."
Mahoni, arsitek perempuan yang sedang
meniti karirnya di Virginia terpaksa harus mengambil cuti dan kembali ke
Indonesia ketika mendengar kabar kalau ayahnya dan istri ayahnya meninggal
dalam kecelakaan mobil.
Mahoni lahir pada keluarga yang
kurang harmonis sampai menyebabkan kedua orangtuanya berpisah, yang kemudian
menyebabkan Mahoni membenci sosok orangtuanya dan berusaha mengubur memori
pahitnya sendiri. Hal tersebut bahkan membuat Mahoni membenci adik tirinya, Sigi.
Hal yang lebih buruk adalah dia terpaksa
harus tinggal lebih lama di Indonesia untuk menjaga adik tirinya yang sering
sakit-sakitan itu.
Belum lagi takdir kembali
mempertemukannya dengan pria yang pernah mengisi hari-hari masa lalu, Simon.
Namun sayang, Simon sudah punya partner
dalam hubungan bisnis sesama arsitek maupun dalam kehidupan pribadi, Sofia.
“Nostalgia akan membuat siapa pun menjadi lemah dan tanpa sadar memaafkan
kesalahan yang paling besar sekali pun, sementara aku belum ingin melakukan
itu.”
Memori merupakan buku karya mbak Windry
Ramadhina kedua yang saya baca. Sebelumnya saya pernah membaca Orange-nya, tapi
saya merasa kurang puas dengan Orange.
Dan menurut saya, di buku keduanya tulisan
mbak Windry semakin mengalami peningkatan. Karakterisasi Mahoni di buku ini
sangat kuat sampai berhasil membuat pembacanya bisa sangat mengerti apa
sebenarnya yang dirasakan oleh Mahoni. Pokoknya Mahoni merupakan salah satu
karakter fiksi yang sangat manusiawi sekali :D
Mungkin kata yang tepat menggambarkan
buku ini: konsisten. Plot dan konfliknya sangat rapi dari awal sampai akhir :)) (*dan ya, endingnya memuaskan*)
Benar yang dikatakan kak @halidahanun,
tulisan mbak Windry ini memang manis dan membuat perasaan hangat.
Satu yang kurang, buku ini tidak
dilengkapi footnote yang menjelaskan
istilah-istilah di dunia arsitektur. Sayang sekali, padahal cukup lumayan untuk
menambah pengetahuan.
Overall buku
yang menarik untuk dibaca. Direkomendasikan untuk para penggemar romance.
“Tidak ada perasaan yang bertahan selamanya. Aku belajar itu dari Papa.
Cepat atau lambat, sesuatu yang kita miliki akan hilang dan yang tertinggal
kemudian cuma rasa benci.”
RATING 4/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar