Judul: Kesempatan
Kedua (Second Chance Summer)
Pengarang: Morgan Matson
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: November 2016
Tebal: 456
halaman
“Kawan masa kecilmu adalah orang-orang yang harus kaupertahankan. Mereka
mengenalmu dengan cara yang tidak dapat dilakukan orang lain.”
Pagi ketika keluarganya berencana
untuk berangkat liburan musim panas di rumah musim panas milik mereka Taylor
melakukan usaha untuk minggat. Seperti yang dilakukan saat lima musim panas
lalu setelah kesalahan yang dia perbuat. Minggat memang boleh dibilang menjadi
salah satu hobi Taylor jika ada hal yang mengganggunya atau tidak dia sukai. Namun
usahanya kali ini gagal karena ketahuan.
Empat musim panas yang lalu, liburan
rutin itu dapat dia hindari karena dia dan dua saudaranya memiliki kegiatan
lain di musim panas. Namun musim panas kali ini lain, inilah satu-satunya
kesempatan keluarganya menghabiskan musim panas dengan anggota yang lengkap.
Jadi mau tak mau dia harus ikut serta dalam rencana liburan itu.
Di sana Taylor, selain harus kembali
menghadapi rasa bersalah, juga kembali bertemu dengan dua orang dari masa
lalunya: mantan sahabatnya, dan mantan pacar yang juga cinta pertamanya. Kata orang,
semua orang layak mendapatkan kesempatan kedua, apakah Taylor termasuk orang
yang layak untuk mendapatkannya?
“Kalau kami di rumah, Dad akan bekerja, dan kami bertiga sudah pasti akan
melakukan berbagai aktivitas. Dan terlepas dari kejadian yang membawa kami ke
sini, untuk sesaat mau tak mau aku gembira karena kami berbagi saat ini
bersama, sebagai keluarga, akhirnya.”
Satu lagi buku terbitan baru yang
saya baca dengan SCOOP Premium dan berhasil saya selesaikan. Buku ini merupakan
buku pertama dari penulisnya yang saya baca, sebenarnya dari dulu ingin membaca
buku lain karyanya yang sudah lebih dulu terbit terjemahannya: Amy & Roger’s Epic Detour, tapi sampai
sekarang keinginan tersebut masih hanya sebatas keinginan.
Buku ini dibuka dengan narasi Taylor
yang menjelaskan rencananya untuk minggat dengan alasan dia tidak mau ikut
liburan ke rumah musim panas milik keluarganya. Dan dari sini saya mulai dibuat
penasaran kenapa Taylor sampai sangat ingin menghindari rencana itu. Kesalahan
apa yang diperbuatnya dulu?
Butuh kesabaran untuk akhirnya tahu
alasan tersebut karena penulisnya menceritakan kejadian di lima musim panas
lalu secara langsung, dengan alur mundur. Terus, tanpa bermaksud meremehkan,
saya merasa kecewa ketika mengetahui alasan penyebab rusaknya hubungan Taylor
dengan dua orang penting yang dikenalnya sejak kecil itu yang ternyata “cuma gitu
doang”. Serius lho, saya awalnya berspekulasi kalau alasannya sangat buruk
sampai menyebabkan seseorang meninggal.
Selain tentang berdamai dengan
kesalahan yang pernah diperbuat dan berusaha untuk tidak menghindarinya, ada
konflik besar lainnya: penyakit yang diderita ayah Taylor. Dibanding kegalauan
Taylor dihadapkan lagi dengan kesalahan yang pernah diperbuatnya, saya lebih
suka konflik tentang penyakit ayahnya ini. Lebih menyentuh, lebih bikin baper.
Bagian awal hingga pertengahan cukup
menarik sampai rasa penasaran saya terpuaskan, setelahnya alurnya yang lambat, agak
membuat bosan. Untung endingnya yang kampret itu nggak mengecewakan. Saya
ulangi sekali lagi deh biar dramatis, endingnya kampret. Kampret karena bikin
saya menitikkan air mata di tengah malam -_-
Jika boleh sedikit berkomentar, terjemahannya
di beberapa bagian terasa kaku dan nggak sesuai. Seperti truth or dare yang diterjemahkan menjadi benar atau berani. Menurut
saya padanan yang agak mendekati sih: kejujuran atau tantangan. Dan beberapa
lainnya yang tidak akan saya sebutkan (karena jujur, saya lupa, dan nggak saya
catat xD).
Saya menyukai bagaimana penulisnya mengantarkan
apa yang ingin disampaikannya dengan baik dan tanpa mendatangkan kesan sok tahu
apalagi menggurui, tentang tidak lari dari masalah, tentang betapa berharganya
keluarga, tentang rasa abai pada hal-hal remeh yang dilakukan sebagai keluarga
yang tanpa kita sadari ternyata begitu penting. Tentang kesempatan kedua.
“’Kau ingin tahu suatu fakta dalam senam?’ Lucy bertanya, berjalan
seirama di sebelahku.
‘Selalu,’ kataku datar, dan ia tersenyum padaku.
‘Intinya, orang mengalami cedera—benar-benar cedera—ketika mereka
berusaha bermain aman. Saat itulah orang cedera, ketika mereka mundur pada
detik-detik terakhir karena takut. Mereka melukai diri sendiri dan orang lain.’”
Suka sama review bukunya, selaku org yg suka baca dulunya tapi tahun2 belakangan ini gk bisa karena harus sibuk ngurus tiga anak (Haha, kecewa ya yg komen emak2)
BalasHapusTapi sorry ya, saya jujur. Sebelum lihat foto profilnya, kirain ini blog cewek, buku begini yg suka baca kan biasanya cewek (sori sekali lagi Krn sy jd org yg menggeneralisir), walau bukannya ada yg salah jika cowok juga suka. :-)
Terima kasih sudah berkunjung dan meluangkan waktu untuk meninggalkan komentar :))
HapusSelera bacaan saya emang random x) saya baca apa saja yang menurut saya menarik sih young adult, misteri, thriller, horror, rom-com, teenlit, metropop xD
keren banget yah ceritanya
BalasHapusharga casing sosis