Judul: Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya
Pengarang: Dewi Kharisma Michellia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2013
ISBN13: 9789792296402
Harga: Rp 45.000
Tulisan di bawah ini tidak bisa dibilang sebagai sebuah review buku
yang baik dan benar dan mungkin akan mengakibatkan rasa kantuk
berkepanjangan. Selamat membaca! xD
Suatu hari, akun goodreads saya mendapat satu request pertemanan.
Setelah meng-approve permintaannya, saya yang notabene punya sifat sedikit kepo,
mulai melihat-lihat profil orang tersebut. Dan, saya dibuat sedikit terkejut
karena orang tersebut merupakan seorang penulis yang bukunya baru saya
selesaikan.
Karena ingin memastikan kebenaran *ampuni kekepoan saya xD* saya
kemudian mengirimkan pesan ke akun tersebut untuk menanyakan kebenaran dari
dugaan saya.
Lalu kemudian sang pemilik akun itu membalas pesan saya, dia
membenarkan kalau dia adalah mbak Dewi Kharisma Michellia yang menulis novel
unik “Surat Panjang tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya”!!! Langsung
saja saya balas kalau saya mengagumi karyanya yang telah berhasil mengombang-ambingkan
perasaan saya itu.
Kalian penasaran kenapa saya bisa begitu menyukai buku itu? Inilah
cerita saya.
Kita mulai dari mana dulu? Ceritanya? Oke, buku ini sebenarnya
merupakan sekumpulan surat-surat yang ditulis oleh karakter “aku” untuk seorang
laki-laki temannya sejak ia kecil. Laki-laki ini sering juga disebut sebagai
“tuan alien” oleh sang penulis surat.
“Bila kau memang alien, seharusnya
kau bisa menemaniku berkelana mengelilingi dunia. Kita dapat menemukan
takdir-takdir yang orang lain enggan jelajahi.”
Awal mula “aku” menulis surat-surat tersebut ketika dia menerima kiriman
undangan plus kebaya yang dikirimkan laki-laki sahabat masa kecilnya itu.
Laki-laki itu meminta "aku" untuk menghadiri pernikahannya. Nah,
sejak saat itu, jadilah surat-surat selanjutnya menyusul ditulis oleh “aku” di
buku jurnalnya.
Awalnya,
surat-surat itu hanya berisi kenangan masa kecil mereka berdua, pertemuan
pertama mereka, awal mula pertemanan dan hal-hal kecil yang masih diingat oleh
“aku”.
Tapi
semakin lama dan banyak surat yang ditulis, surat-surat itu semakin membahas
hal-hal pribadi “aku” seperti, hubungan dengan keluarga besarnya,
pendidikannya, dunia kerjanya, dunia pergaulannya sampai kehidupan asmara.
“Di negeri ini, kemakmuran yang
benar-benar merata hanyalah utopia yang diagung-agungkan dalam sila kelima
Pancasila.”
Lalu
apa yang membuat buku ini spesial? Di bawah ini telah saya buatkan list-nya(list
ini saya beri nama “List (yang tidak begitu) Panjang tentang ‘Surat Panjang
tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya’”):
- Tidak bisa dipungkiri, label “Pemenang Unggulan Dewan Kesenian Jakarta 2012” menjadi salah satu faktor utama saya membeli buku ini. Kenapa begitu? Karena sebelumnya saya juga pernah membaca Semusim, dan Semusim Lagi yang merupakan “Pemenang Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012”, dan buku itu juga menjadi salah satu favorit saya.
- Judulnya yang unik. Surat Panjang tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya, memang bukan judul yang biasa. Menurut saya judulnya yang panjang malah menjadi daya tarik buku ini.
- Saya orang yang melihat buku dari covernya. Dan cover buku ini jelas-jelas menunjukkan sisi misterius dengan dominasi warna hitam dan terdapat siluet seorang wanita di bawah pepohonan, juga siluet samar seorang laki-laki yang terlihat di kejauhan.
- Walaupun isi buku ini berbentuk kumpulan surat, saya sama sekali tidak pernah dibuat bosan ketika membacanya. Malah saya semakin tidak sabar untuk mengetahui pengalaman apa lagi yang akan diceritakan oleh “aku”.
- Diksinya. Ya! Pilihan kata di buku ini (menurut saya) sangat pas. Tidak terlalu “nyastra” tapi juga tidak terlalu “kekinian”. Saya sebagai orang awam di dunia perbukuan, susah sebenarnya untuk menjelaskan bagian ini :D lebih baik kalian baca sendiri, dan buktikan kata-kata saya. Intinya, kalimat-kalimat yang dirangkai enak dibaca dan mudah dipahami.
- Karakter yang loveable. Selain karakter “aku”, karakter lain yang menjadi favorit saya adalah tuan pemilik toko buku. Entahlah, terkadang saya merasa iri dengan ”aku” yang punya sahabat baik seperti tuan pemilik toko buku.
- Endingnya. Kalian pernah nonton film korea Love Phobia? Nah, saya pikir ending buku ini akan se-nyentrik ending film itu, tetapi ternyata tidak. Saya suka sekali dengan ending buku ini yang kalimatnya menggantung tetapi tidak membuat pembacanya bertanya-tanya atau bahkan sampai susah tidur *yes, bagian terakhir memang curcol pengalaman pribadi*. Buku ini berhasil membuat saya puas ketika menyelesaikan lembar terakhirnya.
Masih belum cukup tertarik dengan list yang saya tulis di atas? Ada satu lagi yang membuat saya kagum. Dan itu adalah, usia mbak Dewi Kharisma yang masih 21 tahun(tanggal 13 Agustus nanti akan berusia 22 tahun <-- lagi-lagi hasil kekepoan saya xD). Wow! Ketika mengetahui saya sendiri cukup kaget. Karena gaya tulisan buku ini sangat “dewasa” sekali. Apalagi tokoh utama buku ini berumur 30-an (hampir 40). Bagi saya, itu keren. Hehehe.
Oh
iya, dari semua surat yang terdapat di buku ini, yang menjadi favorit saya
adalah surat ke-6 yang sukses membuat mata berkaca-kaca ketika bagian Mothers of the Disappeared, surat ke-14
yang manis, surat ke-24 yang mengaduk-aduk emosi dan ke-36 sekaligus
merupakan surat terakhir.
Dan
akhirnya, saya pikir buku ini pantas mendapatkan 5 bintang dari saya ;))
MEMORABLE QUOTES:
- Kita selalu haus akan revolusi. Walaupun hanya sedikit dari kita yang sepenuhnya memahami apa hakikat berbangsa.” – Hal. 69
- “Ia bilang, orang yang sedang kasmaran perlu banyak makan mi. Sebagaimana mi dalam perayaan ulang tahun dipercayai sebagai perlambangan usia yang panjang, mi dalam kisah asmara juga akan menjalinkan takdir baik antara sejoli.” – Hal. 128
- “Orang Jepang saja langsung memilih harakiri selayaknya laku hidup samurai bila mereka melakukan kesalahan yang merugikan orang lain. Sementara itu, orang Indonesia? Boro-boro melakukan itu, tahu dirinya koruptor saja, mereka masih bisa mengumpet di gudang rumahnya, dengan sebelumnya bikin konferensi pers dan pembelaan.” – Hal. 163
- “Bukankah selalu ada bagian di dalam diri setiap orang yang menginginkan kematian, tetapi pada waktu yang sama juga tak menghendakinya?” – Hal. 179
- “Tidakkah hidup itu aneh? Ada manusia yang berhak mengetahui hal-hal yang manusia lain tak tahu. Ada manusia yang seumur hidupnya bahagia; atau seumur hidupnya sengsara. Ada manusia yang dari lahir hingga mati seolah-olah tidak punya kesadaran untuk mencari tahu mengapa dia mesti tumbuh besar di muka bumi.” – Hal. 198
- “Karena kehidupan yang penuh dan lengkap adalah soal hidup dan mati itu sendiri. Dan kalau ada sesuatu yang abadi kupikir itu adalah ilusi.” – Hal. 236
RATING 5/5
p.s.:
Sumpah, rating yang saya berikan bukan dipengaruhi oleh satu dan lain hal, apalagi
diancam oleh mbak Dewi :D tapi ini murni karena bukunya sendiri. Saya
sudah memberikan penilaian yang objektif.
p.p.s.:
buat Mbak Dewi, saya tunggu karya-karyamu selanjutnya!
p.p.p.s.:
bagi yang ingin membaca kumpulan cerpen karya mbak Dewi, bisa dibaca atau
diuduh secara gratis di http://bit.ly/kompilasi3kehilangan.
Review ini diikutkan dalam Kontes Resensi/Review Novel
#SPTJKYJTC informasi selanjutnya bisa dilihat di sini.
Wahh.. waktu itu temen bilang kayaknya aku bakalan bosen dengan buku ini, gara2 aku bilang nggak bisa menikmati Unforgettable0nya Winna Efendi yang datar gitu. Tapi kenapa baca resensimu ini aku jadi tertarik baca juga, yaa? Pinjem dongg... hehee ^^
BalasHapusNice review!
aku udah baca Unforgettable kak, iya sih agak sedikit membosankan. Tapi konsep isinya beda kok. Kalau buku ini lebih menonjolkan POV sang penulis surat, kalo bagiku sih nggak bikin bosen :D tergantung selera juga sih.
HapusAih, ongkirnya bakalan muahalll ._.
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak ya kak Dinoy :))