Rabu, 16 November 2016

[Book Review] Aku, Earl, dan si Cewek Sekarat: Sebuah Sicklit yang Tak Biasa






Judul: Aku, Earl, dan si Cewek Sekarat
Pengarang: Jesse Andrews
Penerbit: POP
Tahun Terbit: Oktober 2016
Tebal: 334 halaman


“Buku ini sama sekali tidak mengandung Pelajaran Penting soal Hidup, Fakta tentang Cinta yang Jarang Diketahui, Momen-momen Ketika Kita Sadar Telah Meninggalkan Masa Kanak-kanak Selamanya, dan lain-lain yang menguras air mata. Selain itu, berbeda dengan kebanyakan buku yang tokoh perempuannya terkena kanker, cerita ini tidak memuat paragraf sekalimat berisi paradoks berbunga-bunga yang mesti kita anggap bermakna dalam karena ditulis dengan huruf miring.”


SMA itu payah, dan cara Greg Gaine untuk melewati kepayahan SMA adalah dengan tidak bergabung di kelompok mana pun di sekolahnya. Dia berbaur dengan semua kelompok-kelompok itu tanpa terikat dengan mereka, mulai dari anak-anak gereja, anak-anak teater, atlet sekolah, hingga bocah-bocah culun berkostum.

Lalu suatu hari dia mendengar dari ibunya kalau Rachel Kushner menderita leukemia myeloid akut, dan ibunya menyuruh Greg untuk berteman dengan Rachel. Rachel yang bertahun-tahun lalu saat mereka satu kelas di Sekolah Minggu Yahudi pernah menjadi korban php Greg karena Greg menyukai cewek lain di kelas itu dan untuk menarik perhatian cewek itu, dia memberikan perhatian berlebih ke Rachel. Cara yang aneh dan sangat tidak efektif memang.

Karena terus dipaksa ibunya, akhirnya Greg setuju untuk bertemu dengan Rachel demi menyenangkan ibunya. Percobaan pertama bertemu dengan Rachel setelah sebelumnya beberapa kali mencoba meneleponnya dengan percakapan awkward, lumayan berjalan lancar. Greg dengan selera humornya berhasil membuat Rachel tak berhenti tertawa dengan jokes “bantal” dan “merancap”-nya.

Greg mencintai film, dan sering membuat film dengan seorang teman yang lebih sering disebutnya sebagai “mitra kerjanya”, Earl. Tapi hubungannya dengan Rachel mengubah semua pola bersosialisasi ala Greg selama ini termasuk hubungan baiknya dengan Earl. Selain itu usahanya untuk membuat dirinya tetap tak menonjol sejak kelas sepuluh hingga dua belas menjadi sia-sia ketika dia memutuskan untuk mengakrabkan diri dengan Rachel si cewek sekarat.


“Begitulah. Lenyap sudah selubung tak kasatmata yang sudah kurajut dengan susah payah sepanjang masa SMA, yang meluruh sedikit demi sedikit seiring pertemananku dengan Rachel. Aku dulu cuma Greg Gaines yang biasa-biasa saja. Kemudian aku menjadi Greg  Gaines, Teman Rachel dan Mungkin Pacarnya.”


Kalau kamu ketika membaca judul buku ini, mengharapkan sebuah sicklit yang menguras air mata dengan petuah-petuah bijak tentang betapa berharganya kehidupan, lupakan saja rencanamu untuk baca buku ini. Tapi, jika kamu mau mencoba sebuah sicklit yang amat berbeda, well, you really shouldn’t waste your time and go read this book! Buku ini kocak banget, parah! Ocehan-ocehan Greg tentang kemalangan-kemalangannya, jokes yang dilontarkannya, kelakuan orangtuanya (terutama ibunya) yang lebay.

Saya menyukai karakter Greg dengan segala ke-witty-an dan ke-insecure-annya. Sangat menarik ketika saya selaku pembaca dapat mengetahui langsung pikiran-pikiran terdalam Greg, di mana dia merasa terbebani dengan Rachel namun di sisi lain dia bersimpati juga senang dapat menghibur Rachel. Pikiran-pikiran egoisnya untuk tetap berharap Rachel dapat tetap tinggal, yang kemudian membuatnya merasa buruk dengan berpikiran seegois itu.

Konsep bukunya yang seperti diary suka-suka Greg membuat saya jadi merasa mengenal Greg. Keunikan lain dari gaya berceritanya adalah dengan adanya selingan-selingan “reka ulang adegan” berupa skrip film (karena Greg pencinta film, obviously) dan list-list konyol buatan Greg, kedua selingan tersebut membuat bukunya menjadi lebih menarik dan tak membosankan.

Jauh sebelum baca buku ini saya sudah menonton filmnya, dan saya tidak menyesal sudah lebih dulu menonotn filmnya. Jika baca bukunya duluan, mungkin kadar kesukaan saya pada filmnya akan jauh berkurang. Di bukunya ini lebih sedikit romance-nya. Namun karena media audiovisual dalam film mampu mengeksplor beberapa hal yang terbatas di bukunya, poin lebih dari filmnya adalah film-film buatan Greg dan Earl yang kelihatan lebih menarik. Sedang di buku pembaca hanya disuguhkan sedikit deskripsi mengenainya saja (namun tetap lucu sih, ide-ide film mereka gila! xD).

Meski bukunya berhasil bikin saya ngakak kejer, tetap ada bagian nyeseknya, tapi tidak berlebihan. Saya suka epilognya yang menyelipkan twist kecil, juga alasan kenapa Greg menulis buku ini, dan untuk siapa ia ditujukan. Menarik ;) Terima kasih untuk POP (imprint dari KPG) yang sudah menerjemahkan buku ini. Terima kasih juga atas terjemahannya yang bagus dan tetap bisa mempertahankan kelucuan jokes-nya.


“Aku tahu bahwa Rachel sekarat tapi semula aku belum betul-betul mengerti, kalau kalian paham maksudku. Maksudku, akal kita tahu bahwa seseorang sedang sekarat, tapi hati kita belum menerima dan, ketika hati kita mengakui fakta tersebut, emosi kita bakal teraduk-aduk.”



6 komentar:

  1. Hana juga suka buku ini :D ah iya hana baca bukunya dulu jadi pas nonton film, ada bagian yang terasa bosan. Nice review :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, untung saya nonton filmnya dulu ya :D
      Terima kasih, Hana ^^

      Hapus
  2. Yang kayak gini nih yang jadi bensin kami buat terus ngeluarin buku-buku bagus. Terima kasih!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, dikomentari langsung sama penerbitnya :">
      Sama-sama. Ditunggu buku terjemahan lainnya yang nggak kalah bagus :))

      Hapus
  3. hi kak.
    kaka nonton filmny dimana? bole kasi link donk

    BalasHapus