Minggu, 26 April 2015

[Book Review] Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas by Eka Kurniawan






Judul: Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Pengarang: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 243 halaman

“Si Tokek berpikir, kita tak bisa menghentikan seseorang dari jatuh cinta. Bahkan orang yang jatuh cinta itu sendiri. Jatuh cinta seperti penyakit. Ia bisa datang kapan saja, seperti kilat dan geledk, dan bisa tanpa sebab apa pun.”

Di puncak rezim yang penuh kekerasan, kisah ini bermula dari satu peristiwa, dua orang polisi memerkosa seorang perempuan gila, dan dua bocah melihatnya melalui lubang di jendela. Dan seekor burung memutuskan untuk tidur panjang. Di tengah kehidupan yang keras dan brutal, si burung tidur merupakan alegori tentang kehidupan yang tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya.

“’Kenapa kau selalu bertanya kepada burungmu untuk segala hal?’
‘Kehidupan manusia itu hanyalah impian kemaluan kita. Manusia hanya menjalaninya saja.’”

Seperti yang sudah saya katakan pada review sebelumnya, buku-buku karya Eka Kurniawan adalah contoh beberapa buku yang susah untuk saya tulis review-nya. Sejauh yang saya baca, Eka Kurniawan selalu punya ide cerita bombastis untuk karyanya, lihat saja Cantik Itu Luka dan Lelaki Harimau. Yang membuat sulit untuk menulis review-nya adalah bagaimana caranya untuk tetap membiarkan ide cerita tersebut tidak terkuak di review saya. Saya sama sekali tidak tega untuk merusak momen ketika pembaca bukunya terkagum-kagum akan ide cerita buku yang dia baca.

Sebelumnya, izinkan saya untuk kesal terlebih dahulu dengan sinopsisnya yang amat menipu itu. Saya tertipu mentah-mentah dengan menelan bulat-bulat apa yang dikatakan oleh sinopsisnya. Saya beritahu ya, kisah di buku ini tidak sesederhana itu, jauh lebih kompleks dan menghanyutkan daripada apa yang dikatakan di sinopsis.

Tak banyak buku yang berhasil membuat saya langsung jatuh cinta di paragraf pertama. Biasanya perasaan cinta muncul seiring proses perkenalan pada karakter-karakter, konflik, dan segala tetek bengek lain. Buku ini salah satunya yang bisa membuat saya jatuh cinta secara instan. Saya dibuat melongo ketika membaca paragraf awal, dan mulai mengerti kenapa terdapat stiker bertuliskan 21+ di bagian belakang cover. Isinya memang lebih dewasa, vulgar, dan blak-blakan dari karya sang penulis yang pernah saya baca.

Di Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas mas Eka Kurniawan kembali bermain-main dengan alur. Hebatnya alur acak yang dipakai tidak lantas membuat saya pusing, malah asyik membaca sambil merunutkan kejadian yang dituturkan.

Dan endingnya! Saya suka sekali dengan endingnya. Tidak jelas bagaimana saya harus menanggapi endingnya yang “happy” ending itu x)). Pastinya setelah membaca buku ini saya sudah dibuat rindu dengan buku bagus yang ditulis oleh pengarang Indonesia yang tidak sekadar bagus. Tapi juga punya makna dan meninggalkan kesan yang mendalam buat saya. Walaupun Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas tidak bisa menggeser posisi Cantik Itu Luka di hati saya, saya berani mengatakan kalau buku ini merupakan salah satu terbaik yang pernah saya baca.

“Kemaluan bisa menggerakkan orang dengan biadab. Kemaluan merupakan otak kedua manusia, seringkali lebih banyak mengatur kita daripada yang bisa dilakukan kepala.”


RATING 5/5

[Book Review] Supernova: Gelombang by Dee Lestari







Judul: Supernova: Gelombang (Supernova #5)
Pengarang: Dee Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun Terbit: 2015 (cetakan keenam)
Tebal: 482 halaman
*review ini mengandung spoiler

“Sehari setelah aku berulang tahun, mereka menghadiahiku kegelapan.”

Sebuah upacara gondang mengubah segalanya bagi Alfa. Makhluk misterius yang disebut Si Jaga Portibi tiba-tiba muncul menghantuinya. Orang-orang sakti berebut menginginkan Alfa menjadi murid mereka. Dan, yang paling mengerikan dari itu semua adalah setiap tidurnya menjadi pertaruhan nyawa. Sesuatu menunggu Alfa di alam mimpi.

Perantauan Alfa jauh membawanya hingga ke Amerika Serikat. Ia berjuang sebagai imigran gelap yang ingin mengubah nasib dan status. Pada suatu malam, kehadiran seseorang memicu Alfa untuk menghadapi ketakutan terbesarnya. Alam mimpinya ternyata menyimpan rahasia besar yang tidak pernah ia bayangkan. Di Lembah Yarlung, Tibet, jawaban mulai terkuak.

Sementara itu, pencarian Gio di Rio Tambopata menemui jalan buntu. Pada saat yang tak terduga, pria yang pernah menemuinya di Vallegrande kembali muncul. Pria itu mengarahkan Gio ke pencarian baru. Petunjuknya adalah empat batu bersimbol, merepresentasikan empat orang, dan Gio ternyata adalah salah seorang dari mereka.

“Uang tidak pernah tertidur. Sama seperti aku, tidur baginya adalah mati.”

Buat saya pribadi ada beberapa buku tertentu yang tidak bisa saya review, saking sulitnya menuliskan apa yang saya rasakan ketika membaca buku tersebut. Di antaranya adalah buku-buku karya Eka Kurniawan, dan serial Supernova karya Dee Lestari. 

Bisa dibilang agak terlambat saya baru membaca buku ini, karena buku yang terbit pertama kalinya di tahun 2014 kemarin ini sudah menjadi hot item kala ia terbit, a must read buat pembaca buku di Indonesia. Yang saya baca ini bahkan merupakan cetakan keenam-nya. Wow.

Sebelum saya mulai mengulas buku ini, perlu saya ingatkan lagi kalau review ini akan membeberkan sebagian kisah di bukunya atau bahkan kisah serial Supernova itu sendiri. Jadi, yang belum baca buku ini, atau belum baca serial Supernova, dan tidak ingin kena spoiler harap jangan dilanjutkan membaca.

Di bagian awal, fokus cerita kembali pada pencarian akan Diva yang masih belum menemukan titik terang. Di titik ini saya baru menyadari, kalau peran karakter Gio sangat penting pada serial Supernova, bukan hanya sekadar figuran yang jatuh cinta pada Diva. Di satu sisi saya cukup suka membaca bagian ini, di sisi lain saya yang berharap kalau di Gelombang akan ada lanjutan dari Keping 42 di Partikel yang mana Petir dan Akar bertemu, kecewa karena penasaran dengan kelanjutannya. Sepertinya mbak Dee menyimpan adegan lanjutan ini untuk buku #6 nanti.

Untuk kisah di Gelombang sendiri, buku ini bercerita tentang Alfa yang punya masalah di setiap tidurnya, lebih tepatnya punya masalah jika dia bermimpi. Mimpi itu dapat menyakitinya. Saya suka bagian yang menceritakan tentang Alfa kecil. Terutama di bagian awal ketika upacara gondang. Mbak Dee berhasil membangun atmosfer tidak nyaman yang saya rasakan ketika membacanya, seperti apa yang dirasakan Alfa kecil.

Tapi sayang, di bagian perjuangan Alfa di Amerika, kisahnya mulai terasa datar. Jadi seperti baca novel from hero to zero, apalagi dengan penggunaan bahasa campur-campurnya -_- menurut saya sik bagian ini sebenarnya tidak terlalu berperan banyak karena inti cerita (dengan kata lain yang saya tunggu-tunggu! x)) sebenarnya adalah perjalanan Alfa ke Tibet. Dan barulah di perjalanannya ke Tibet kisah Alfa kembali seru dan mendebarkan.

Dalam hal teknik kepenulisan, mbak Dee sudah tidak perlu diragukan lagi, bahkan walaupun berkali-kali meminjam sudut pandang seorang karakter untuk bercerita, mbak Dee tidak pernah kehilangan ciri khas gaya tulisannya. Dan yang bikin saya semakin kagum lagi adalah bagaimana mbak Dee membuat tradisi, budaya Indonesia bisa mix dengan (jika boleh saya menyebutnya) science fiction tanpa menimbulkan kesan maksa.

Gelombang walaupun kurang greget, tetap berhasil memuaskan saya dan sukses menimbulkan banyak sekali spekulasi dan pertanyaan sepanjang saya membacanya, bahkan ketika sudah di halaman terakhir. Di antaranya:

- Dua batu (yang katanya pemancar gugus) ada di tangan Alfa. Empat sisanya ada di tangan Gio. Pertanyaannya apakah batu-batu di tangan Gio juga punya fungsi yang sama? Dan apakah simbol yang terdapat di batu-batu itu masing-masing mewakili karakter lain? Lalu apa alasan batu-batu tersebut berada di tangan mereka dan tidak di tangan yang lain?

- Masih belum jelas apa peran Diva dan Ishtar. Terutama Diva alias Bintang Jatuh yang ditemui Alfa di Asko.

- Di halaman 95, ketika Alfa tak sadarkan diri dan hampir tenggelam, Alfa melihat beberapa wajah. Narasinya saya kutip di bawah:
Entah pada saat mataku menutup, atau membuka, aku melihat sekelebat wajah. Laki-laki seusiaku. Kepalanya licin tanpa rambut. Kulitnya pucat (besar kemungkinan anak yang digambarkan ini adalah Bodhi?). Lalu, ia hilang dan gulita kembali datang.
Entah dalam ingatan atau di dalam air yang meliputi penglihatanku, aku melihat sekelebat wajah lain. Perempuan seusiaku. Mungil, bermata sipit (Elektra?). Ia lalu hilang diganti wajah anak perempuan lain. Tinggi, bermata besar dengan alis tebal (Zarah?).
Entah dalam sadar atau bukan, aku melihat wajah lain sekelebat datang. Anak laki-laki. Rautnya tampan seperti orang asing (Gio?). Tak lama, ia menghilang, diganti wajah berikut. Perempuan. Tak jelas kulihat wajahnya, tapi ia berkilau bagai pualam di tengah kegelapan. (yang ini saya masih ragu, tapi dugaan saya dia adalah karakter utama di Intelegensi Embun Pagi). Entahlah, semakin memikirkannya saya semakin bingung x))

- Dan spekulasi terakhir, di endingnya. Saya curiga jangan-jangan Kell (iyaa, Kell yang pernah muncul di episode Akar itu!) masih hidup. Karena dia merupakan Infiltran yang artinya dia tidak bisa mati.

Hanya itu yang bisa saya tulis di review-yang-lebih-dari-separuhnya-berisi-curhatan-ini. Sebagai penggemar, saya tidak masalah harus menunggu beberapa tahun lagi untuk Intelegensi Embun Pagi dilahirkan. Yang saya harapkan adalah bagaimana buku pamungkas dari serial Supernova ini akan berhasil memuaskan saya dan penggemar lain. So, take your time mbak Dee :))


MEMORABLE QUOTES:

  • “Akhirnya ia tahu siksa yang lebih besar daripada cintanya yang terkatung-katung, yakni ketidakpastian hidup matinya orang yang mengatung-ngatungkan cintanya itu.” – Hal.  5

  • “Ada banyak hal yang tidak tertangkap oleh mata kita. Bukan karena mereka tidak ada. Melainkan, kemampuan kitalah yang terbatas untuk melihatnya.” – Hal. 13

  • “Temukan apa yang masih bisa Anda lihat. Kelak, Anda akan melihat apa yang sekarang belum terlihat.” – Hal. 14

  • “Terlalu banyak pilihan bisa memusingkan, tapi keterbatasan pilihan adalah penjara.” – Hal. 164

  • “Dunia ini adalah arena judi besar. Suka tak suka, sadar tak sadar, apa pun profesi dan standar moralnya, semua orang berjudi setiap hari. Semua keputusan melibatkan konsekuensi yang harus ditaksir seberapa menguntungkan dan seberapa merugikannya. Ada harga yang harus dibayar.” – Hal. 289

  • “Selalu ada keindahan, Alfa. Seburuk apa pun kondisi yang pernah kulihat, keindahan selalu ada. That’s what you need to remember.” – Hal. 449


RATING 4/5

Kamis, 16 April 2015

[Blog Tour] Review + Giveaway: To All the Boys I've Loved Before by Jenny Han






Hai, hari ini merupakan giliran saya sebagai host blog tour novel terbaru Penerbit Spring; To All the Boys I’ve Loved Before. Seperti yang di-post oleh host sebelum-sebelumnya, di akhir review ini akan ada giveaway berhadiah 2 (dua) novel To All the Boys I’ve Loved Before untuk 2 orang pemenang. Dan jangan lupa juga untuk ikutan kuis finale yang hadiahnya nggak kalah kece :))




Judul: To All the Boys I’ve Loved Before
Pengarang: Jenny Han
Penerbit: Penerbit Spring
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 380 halaman

“Seandainya aku pernah jatuh cinta lebih dari sekali. Menurutku kita seharusnya pernah jatuh cinta setidaknya dua kali saat masih SMA.”

Lara Jean merupakan remaja cewek keturunan Korea dari pihak ibunya. Dia punya keluarga yang menyenangkan yang terdiri kakaknya—Margot, adiknya—Kitty serta ayahnya. Sejak ibu mereka meninggal Margot-lah yang mengurusi segala sesuatu di rumah mereka.

Tapi Margot harus melanjutkan pendidikannya ke Skotlandia dan hal tersebut otomatis membuat Lara Jean dilimpahi tugas yang selama ini dilakukan Margot. Seolah tidak cukup dengan kepergian Margot, hidup Lara Jean makin rumit ketika surat-surat rahasianya tak sengaja terkirim.

Surat-surat tersebut adalah surat cinta Lara Jean (untuk cowok-cowok yang pernah dicintainya) yang disimpannya di kotak topi pemberian ibunya. Tentu saja ketika menulis Lara Jean tak pernah bermaksud mengirimkan pada cowok-cowok tersebut. Dia hanya bermaksud untuk membuat perasaaannya menjadi lebih baik dan bisa segera mengenyahkan pikiran tentang cowok-cowok itu.

Saat itu juga, kehidupan cinta Lara Jean menjadi tak terkendali. Kekacauan-kekacauan yang akan terjadi melibatkan semua cowok yang pernah ia tulis di surat cintanya. Dan itu berarti termasuk cinta pertamanya, cowok terkeren di sekolah dan pacar kakaknya.

“Semua yang pertama terasa paling menyenangkan karena merupakan sebuah permulaan.”

To All the Boys I’ve Loved Before merupakan buku terbitan Penerbit Spring pertama yang saya baca. Saya belum baca buku terbitan pertama mereka; Fangirl. Sejauh ini yang saya ketahui, penerbit yang merupakan saudaranya Penerbit Haru ini menerbitkan terjemahan buku-buku Young Adult populer. Semoga ke depannya makin banyak lagi buku-buku Young Adult yang diterbitkan oleh Penerbit Spring.

Sudah lama sekali saya ingin membaca buku ini, dan kabar bahwa terjemahannya akan terbit cukup membuat saya antusias. Beruntung sekali saya terpilih menjadi salah satu host blog tour dari buku ini :))

Tidak ada yang spesial sebenarnya dari tema yang diusung buku ini. Tapi yang paling bikin nggak bisa berhenti ketika membacanya adalah sang penulis berhasil memberikan rasa penasaran tentang apa yang selanjutnya terjadi pada Lara Jean. Dan kerealistisan ceritanya, maksud saya bisa diterima logika, setidaknya buat saya sendiri.

Dua jempol buat chemistry antar-karakter yang sangat berhasil dibangun oleh penulis. Terutama chemistry Lara-Peter. Mereka benar-benar lovable >.< saya suka interaksi mereka yang digambarkan penulis lewat dialog-dialognya. Yang aneh adalah biasanya saya benci dengan karakter seperti Lara Jean ini, yang agak labil, tapi entah kenapa kok saya malah jadi suka dengan kelabilan dan kepolosan Lara Jean. Sepertinya saya harus banyak belajar dari buku ini untuk membuat karakter utama yang manusiawi tapi tidak annoying buat pembacanya walaupun sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama. Karakter-karakter lain pun tak kalah lovable :D saya suka Kitty, Margot bahkan Chris yang urakan x)) 

Mungkin yang juga bikin betah baca buku ini adalah kelihaian pengarang mempermainkan persepsi pembaca soal ending-nya nanti. Saya bahkan dibuat ragu ketika mengira-ngira akan seperti apa ending-nya. Tidak sepenuhnya yakin tentag bagaimana buku ini akan diakhiri.

Dan ngomong-ngomong soal ending, ending buku ini benar-benar bikin geregetaaaaannn!!! Saya penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Semoga nanti Penerbit Spring juga akan menerjemahkan sekuel dari buku ini yang versi aslinya akan dirilis pada bulan Mei.

Terjemahan di buku ini bagus, nggak kaku. Dan yang bikin salut adalah adanya footnote yang menjelaskan beberapa istilah/nama/merek di dalam buku ini. Hal remeh tapi memberi nilai lebih. Selain itu saya bersyukur Penerbit Spring tetap menggunakan cover asli pada cover-nya. Karena salah satu yang membuat saya penasaran dengan buku ini—selain judulnya—adalah (model) cover-nya yang cantik.

Lima bintang buat cerita manis lara Jean :))

MEMORABLE QUOTES:

  • “Lucu sekali betapa pertemananmu masa kecil ditentukan lingkungan sekitar. Sepertinya sahabatmu berhubungan langsung dengan seberapa dekat rumah kalian dan siapa yang duduk di sampingmu di kelas musik ditentukan seberapa dekat namamu dalam urutan alfabet. Sungguh seperti sebuah permainan keberuntungan.” – Hal. 45
  • “Kebohongan yang paling meyakinkan adalah kebohongan yang setidaknya mengandung sedikit kebenaran.” 127
  • “Bagi kakak beradik perempuan, sebuah perjanjian sangat penting artinya.” – Hal. 174
  • “Saat kau punya pacar, kau hanya ingin bersama dengan orang itu dan kau melupakan orang lain. Ketika akhirnya kau putus, kau telah kehilangan semua temanmu. Mereka melakukan hal-hal yang menyenangkan tanpamu.” – Hal. 179
  • “Saat aku sangat menyukai seseorang, bahkan mungkin mencintainya, aku selalu lebih memilih kakak dan adikku karena tempatku adalah bersama mereka.” – Hal. 208
  • “Aneh sekali rasanya menghabiskan begitu banyak waktu mengharapkan sesuatu, mengharapkan seseorang, lalu pada suatu hari, tiba-tiba saja aku berhenti berharap.” – Hal. 303
  • “Kau hanya menyukai cowok yang tidak bisa kau raih, karena kau takut. Apa yang begitu kau takutkan?” – Hal. 331
  • “Kurasa sekarang aku tahu perbedaannya, antara mencintai seseorang dari kejauhan dengan mencintai seseorang dari dekat. Ketika kau melihat mereka dari dekat, kau melihat diri mereka yang sesungguhnya, dan mereka juga melihat dirimu yang sesungguhnya.” – Hal. 375-376


RATING 5/5



Saatnya untuk giveaway! Siap untuk mendapatkan buku gratis? Sebelum ikutan, baca dulu syarat dan peraturan giveaway-nya di bawah ini.



  1. Peserta berdomisili di Indonesia atau punya alamat kirim di Indonesia.
  2. Follow akun twitter @penerbitspring.
  3. Share giveaway ini di twitter kamu biar lebih banyak lagi yang ikutan, formatnya terserah yang penting  mention saya, @ariansyahABO dan @penerbitspring dengan hashtag #GiveawayTATBILB. (share-nya sekali aja yaaa..)
  4. Jawab pertanyaan ini di kolom komentar: “Penerbit Spring kan sudah menerbitkan 2 novel young adult hits, nah kasih 1 saja rekomendasi buku young adult yang menurut kalian harus diterbitkan terjemahannya oleh Penerbit Spring, beserta alasannya.”    Jangan lupa sertakan nama, email, akun twitter dan link share di bawah jawaban kalian.
  5. Giveaway ini ditutup 2 minggu dari sekarang, hari Kamis tanggal 30 April 2015. Pemenang akan diumumkan secepatnya,  maksimal 1 minggu setelah giveaway-nya ditutup.
  6. Pemenang akan saya hubungi via twitter dan email. Konfirmasi pemenang saya tunggu selama 3 (tiga) hari, jika tidak ada konfirmasi setelah 3 hari, terpaksa akan saya pilih pemenang lain.
  7. Dua pemenang masing-masing akan mendapatkan satu novel manis To All the Boys I’ve Loved Before. Satu pemenang saya pilih berdasarkan jawaban dan alasan paling “racun”. Dan satu pemenang akan saya undi.
  8. Jika ternyata ada pemenang double (yang sudah menang di blog tour dari host yang lain), host berhak memilih pemenang lain. 
  9. Jika tidak dipilih pemenang lain, maka pemenang yang menang double hanya mendapatkan 1 buku walaupun telah menang beberapa kali. 
  10. Semoga beruntung :)) 


** Kuis Finale **
Untuk kuis finale, caranya juga nggak susah kok, yang penting kamu harus kunjungi semua blog para host. Nah, di akhir postingan kami, akan ada satu potongan puzzle yang harus kalian kumpulkan dan susun agar menjadi sebuah gambar utuh. Kalau sudah, tinggal post gambar tersebut di wall Facebook page Penerbit Spring beserta kesan-kesan kamu terhadap blog tour ini. Sudah paham? Selamat berburu puzzle yaaa :))
Eh iya, sampe lupa. Hadiahnya kali ini spesial loh, selain novel To All the Boys I’ve Loved Before, juga akan ada merchandise untuk sang pemenang kuis finale.

Dan ini potongan puzzle dari blog ini:




*Disarankan juga untuk mengunjungi blog dari host yang lain. Makin sering kamu ikutan, makin besar juga kesempatanmu untuk menang ;)