Senin, 23 November 2015

[Book Review] Kilah - Vinca Callista






Judul: Kilah
Pengarang: Vinca Callista
Penerbit: Grasindo
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 212 Halaman

“Ternyata, kita lebih sering mencintai pikiran kita tentang seseorang, daripada orangnya sendiri.”

Karly Astaseni, berasal dari keluarga berada, punya tunangan yang amat mencintainya, sekaligus pemilik toko buku yang selama ini menjadi impiannya. Bagi Karly konsep bertualang untuknya didapat dari buku-buku yang dibacanya.

Iago, lahir dari keluarga yang cinta akan traveling, sampai kedua orangtuanya pun menghilang ketika sedang melakukan perjalanan ke Gunung Salak. Bagi Iago alam bebas adalah dunianya, dia menemukan kebahagiaan di sana. Hingga dia berkunjung ke Toko Buku Astaseni dan terpikat dengan kecantikan Karly. Iago jatuh cinta dan terobsesi untuk mengajak Karly traveling berdua dengannya.

Aruna, pegawai di Toko Buku Astaseni. Diam-diam menaruh kekaguman pada seorang pengunjung reguler toko buku tersebut. Namun tak pernah berani menyapa dan mengajaknya berkenalan.

Di sisi lain, kisah cinta segitiga antara Brodie, Nala, dan “aku” yang awalnya seolah ceritanya tak berhubungan ternyata punya peran tersendiri bagi Karly, Iago, dan Aruna. Apa yang sebenarnya terjadi?

“Pikiran kita adalah akses untuk berkilah. Manusia sering kali lebih mencintai pikirannya sendiri, lalu tidak mau terbuka pada semua jawaban. Maka, jika fakta punya banyak versi, kita akan selalu memilih berpihak pada versi pikiran pribadi.”

Sebelum buku ini, dulu saya sempat tertarik pada buku karya Vinca Callista lain yang berjudul Seruak. Tapi apa daya belum berjodoh sampai sekarang. Lalu ketika melihat buku ini, saya tertarik ketika tahu satu karakter di dalamnya mencintai buku ditambah cover-nya yang bikin penasaran. Tanpa berekspektasi macam-macam saya memutuskan untuk memberikan buku ini kesempatan.

Baru sedikit sekali novel genre thriller-psikologi karya penulis Indonesia yang saya baca. Yang menjadi favorit saya cuma Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara. Buku ini pun sebenarnya juga sedikit mengingatkan saya pada tulisannya Sekar Ayu Asmara, mungkin karena itulah saya suka :D yang jelas saya cukup menikmati kegilaan yang ditawarkan oleh Kilah.

Usut punya usut ternyata ide cerita dari buku ini berasal dari video klip (band favorit saya). Saya juga suka banget sama video klipnya. Video klip tersebut berkonsep seperti film pendek, dan script-nya juga ditulis oleh Vinca sendiri! Saya tidak akan kasih tahu band apa atau lagu apa karena nantinya takut malah akan berdampak spoiler x)

Memang di awal ketika belum terbiasa, pembaca akan dibuat bingung dengan gaya penceritaan yang seenak udel berpindah dari satu karakter ke karakter lain. Tapi kalau sudah terbiasa, malah menyenangkan membacanya, karena di situlah penulisnya menebar clue untuk dipecahkan oleh pembaca. Dengan bangga saya mengaku kalau saya udah bisa nebak akan ke mana ceritanya bermuara pas sampai di pertengahan buku :p dan tebakan saya benar tentang hubungan antara karakter-karakter yang tadinya terlihat sekadar tempelan.

Sebagai buku thriller kayaknya nggak lengkap dong kalau nggak ada momen disturbing-nya, nah, sebagai pelengkap, buku ini juga tak ketinggalan memberikan momen-momen bikin mual buat pembacanya, sampai ada yang melibatkan kotoran manusia! Huehehehe >,<

Dari segala kelebihannya yang paling saya suka dari buku ini adalah judulnya, singkat, padat, dan memang nyambung sama isi bukunya sendiri *by the way saya baru ngeh hubungannya pas cari arti kata “kilah” di KBBI daring x))*. Dan yang paling bikin nggak sreg, di ending malah nggak diceritakan tentang gimana “si itu” nongol lagi. Kalau disinggung sedikit pasti endingnya akan lebih sempurna.

Saya rasa 4 bintang layak diberikan buat Kilah yang telah membuat saya jadi kepingin baca buku-buku lain bergenre thriller karya penulis Indonesia.





Minggu, 08 November 2015

[Blog Tour] Review & Giveaway: Sudut Mati - Tsugaeda







Perhentian terakhir Blog Tour Sudut Mati! Yeay! Seperti biasa, di bagian akhir artikel akan ada giveaway. Tapi sebelum itu, sila baca review dari saya biar semakin penasaran dengan bukunya ;))




Judul: Sudut Mati
Pengarang: Tsugaeda
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 344 Halaman

“Kalau kau tak siap kehilangan satu hal kau akan kehilangan segalanya.”

Titan, yang sengaja pergi jauh ke Amerika dan memilih untuk tidak lagi berurusan dengan keluarganya, memutuskan untuk kembali ke Indonesia dengan mengajak pacarnya Kath. Alasannya pulang adalah untuk membantu perusahaan keluarga, Grup Prayogo yang sedang dalam masa kritis sejak Sigit Prayogo, ayahnya berambisi untuk mencalonkan diri menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Tapi bukan hanya itu alasan kepulangan Titan. Dia menerima surat singkat yang berisi info kalau ternyata saingan Grup Prayogo sejak dulu, Ares Inco berencana untuk menghancurkan keluarga Prayogo.

Kedatangan Titan membawa dampak baik bagi Grup Proyogo yang terpuruk, tetapi Titok, kakaknya yang telah digadang-gadang untuk menjadi pewaris perusahaan merasa posisinya terancam dengan keberadaan Titan.

Sampai kemudian Titan mengambil keputusan ekstrem yang mengejutkan bagi orang-orang terdekatnya. Keputusannya ini membuatnya dibenci oleh keluarganya. Padahal tujuannya cuma satu, untuk melindungi Grup Prayogo dan keluarganya dari rencana jahat Ares Inco. Berhasilkah?

“Baginya obsesi manusia untuk mengatur dan mengelola kenyataan sosial yang lebih besar daripada dirinya adalah sumber utama kehancuran peradaban. Seorang manusia semestinya fokus memecahkan misteri eksistensi dirinya sendiri karena setiap individu mempunyai pergulatan autentik miliknya yang harus diselesaikannya di dunia. Hanya untuk pergulatan itulah dia diciptakan.”

Dari awal membaca Sudut Mati saya tidak terlalu berekspektasi tinggi. Saya pikir, karena genre yang diambil thriller korporasi—by the way saya juga baru tahu kalau genre thriller punya banyak sekali macam sub-genre-nya—jatuhnya akan sangat membosankan. Ternyata tidak sama sekali, cara penulisannya enak dan mengalir, tidak bertele-tele.

Buat saya, buku ini visualisasi-able. Maksudnya, apa yang dituliskan oleh penulisnya mudah terbayangkan di dalam benak. Berasa kayak lagi nonton film. Alih-alih membaca, saya seperti melihat langsung apa yang sedang dilakukan oleh karakter-karakter di dalamnya.

Selain visualisasi-able, buku ini juga page-turner. Mungkin dipengaruhi juga dengan bagian per chapters-nya yang pendek-pendek. Saya selalu suka dengan buku yang terdiri dari chapter-chapter pendek. Buat saya bacanya lebih santai dan nggak berasa, tiba-tiba sudah berpuluh-puluh halaman yang dibaca.

Sejak bagian awal, penulisnya sudah menyuguhkan fakta yang bikin bertanya-tanya. Di chapter-chapter setelahnya pun akan semakin membuat bertanya-tanya dan penasaran, terutama tentang “si Dokter”. Yah, walaupun twist tentang itu ketebak sih. Tapi justru ini menarik buat saya, karena penulisnya tidak berusaha terlalu menutup-nutupi clue penting tentang “si Dokter”. Saya malah paling males dengan buku yang twist-nya mengejutkan, tapi karena penulisnya sengaja menutup-nutupi, malah jatuhnya maksa.

Dan meski karakter-karakter di buku ini banyak. Banget. Fokus penceritaannya tak hanya di satu-dua karakternya saja sehingga tidak akan dibuat bingung. Penulisnya berhasil membuat karakter-karakter sampingannya ikut punya andil besar pada apa yang terjadi di dalam buku ini.

Menurut saya, Indonesia butuh lebih banyak lagi penulis yang mau menulis genre beda seperti buku ini. Dan sepertinya saya juga harus lebih memperluas genre bacaan saya dengan membaca lebih banyak lagi buku sejenis dengan Sudut Mati ini.

“Jika telah sampai di atas, tengoklah ke bawah. Amatilah baik-baik. Kau berasa di tempat yang terbaik untuk bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di sekitarmu. Inilah keuntungannya pergi ke tempat tinggi.”

 ********************************

Review-nya sudah dibaca? Atau kamu langsung nge-skip ke bagian ini? Huehehe x))

Baiklah, kalau kalian sudah ngebet buat ikutan giveaway-nya ;) cara mudah kok. Simak syarat dan ketentuannya di bawah ini


  • Peserta berdomisili atau punya alamat kirim di Indonesia


  • Share postingan ini ke twitter. Formatnya bebas yang penting menyertakan hashtag #SudutMati. Mention ketiga akun di atas juga boleh

  • Jawab pertanyaan ini di kolom komentar:

Kalau kamu punya kesempatan untuk menulis buku thriller, buku seperti apa yang ingin kamu tulis? Ceritakan secara singkat saja ide cerita yang ingin kamu tulis

  • Jangan lupa untuk menyertakan nama, email, akun twitter, dan link share ketika menjawab

Oh iya, giveaway ini dimulai dari tanggal 8-14 November. Pemenang akan diumumkan secepatnya setalah giveaway ditutup. Selamat mengikuti dan semoga beruntung :))


**************** Update: 15 November ****************

Sebelum pemenangnya diumumkan saya mau berterimakasih kepada pihak Bentang Pustaka dan penulis yang telah memberikan saya kesempatan untuk menjadi salah satu host blog tour ini, juga kepada Mbak Ina dengan Mbak Desti, dua host lain yang sudah ikut mempromosikan giveaway di blog saya. 

Terima kasih juga buat kalian yang sudah ikutan. Maaf sekali karena jatah buku hadiahnya cuma satu :D, dengan terpaksa saya hanya bisa memilih satu di antara kalian yang menjadi pemenangnya.

Dan yang beruntung mendapatkan satu eksemplar Sudut Mati persembahan Bentang Pustaka adalah:

Annisa Zulfa Nur Azza (@annisa_nurazza) 

Selamat yaa! Nanti kamu akan saya hubungi via email untuk konfirmasi pengiriman hadiahnya. Sekali lagi selamat :)


Minggu, 01 November 2015

[Book Review] Ke Mana Kau Pergi, Bernadette? - Maria Semple






Judul: Ke Mana Kau Pergi, Bernadette? (Where’d You Go, Bernadette?)
Pengarang: Maria Semple
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 408 Halaman

“Kebenaran itu pelik. Mustahil seseorang bisa tahu segalanya tentang orang lain.”

Karena lulus dari Galer Street dengan nilai sempurna, Bee menagih janji orangtuanya bahwa dia boleh mendapatkan apa yang dia mau. Bee meminta perjalanan keluarga ke Antartika. Ibunya, Bernadette membuat persiapan dengan matang, lewat jasa asisten virtual dari India.

Bernadette memang tidak terlalu suka bertemu dengan orang lain, apalagi bersosialisasi. Untuk membuat reservasi restoran lokal pun dia meminta asisten virtualnya itu untuk melakukannya.

Semakin mendekati hari keberangkatan ke Antartika, dengan persiapan semakin matang, Bernadette malah semakin cemas dengan rencana perjalanan itu. Puncaknya, sehari sebelum jadwal mereka berangkat, Bernadette menghilang. 

Memang banyak hal yang terjadi beberapa hari sebelum Bernadette menghilang. Dimulai dari kekacauan di rumah “nyamuk denging”, tetangganya, sampai kejadian yang melibatkan FBI. Ke manakah Bernadette pergi? Apa alasannya menghilang?

“Mom lenyap begitu saja dua hari sebelum Natal tanpa memberitahuku? Tentu saja pelik. Tapi hanya karena sesuatu itu pelik, hanya karena menurutmu kau tidak akan pernah tahu segalanya tentang orang lain, bukan berarti kau tidak bisa mencoba.”

Buku ini masuk ke dalam tiga jenis kategori buku yang saya suka. Satu, salah satu jenis buku yang punya keunikan dalam bercerita. Formatnya dibuat seolah buku ini ditulis oleh Bee yang sebagian besarnya berupa email-email, fax, dokumen rahasia, catatan-catatan, dan tentu saja sedikit bagian Bee bercerita menurut sudut pandangnya, terkadang berupa komentarnya pada sesuatu.

Dua, jenis buku yang kalau sudah mulai membaca akan sulit bagimu untuk berhenti. Apa yang diceritakan di dalam buku ini akan menarik perhatianmu seluruhnya sampai tidak rela rasanya untuk meletakkan bukunya, memberi jeda sejenak.

Tiga, merupakan jenis buku yang semakin sedikit yang kamu ketahui akan semakin bagus. Susah untuk menebak apa yang akan terjadi selanjutnya pada karakter-karakternya. Mungkin ini juga yang menjadi faktor yang membuat tidak bisa berhenti membaca buku ini ketika memulainya, banyak hal tak terduga sehingga akan sulit bagimu untuk mengenyahkan rasa penasaran sebelum menuntaskannya sampai akhir.

Ketika selesai membaca, bisa jadi kamu akan benci dengan endingnya yang tidak sesuai harapan. Endingnya mungkin tidak sempurna, se-tidak-sempurna karakter-karakter di dalamnya. Endingnya menimbulkan lagi pertanyaan-pertanyaan, masih ada yang mengganjal pikiran. Tapi di situlah poinnya, bahkan setelah selesai membaca buku ini pun kamu masih tidak bisa menyingkirkan buku ini dari benakmu.

"Ke Mana Kau Pergi, Bernadette?" memang bukan buku biasa. Ditulis dengan unik, humornya cerdas, dan akan mudah sekali untuk terhanyut dengan kisahnya. Tanpa sadar buku ini akan memancing emosimu. Kamu akan merasa kecewa, sedih, marah, penuh harap, terharu bersamanya. Jika kamu sedang mencari teman mengisi waktu luangmu, give this book a chance. It’s worth it ;)







[Book Review] Kukila - M. Aan Mansyur






Judul: Kukila
Pengarang: M. Aan Mansyur
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Oktober 2015 (Cetakan ketiga)
Tebal: 192 Halaman

“Masa lalu tidak pernah hilang. Ia ada tetapi tidak tahu jalan pulang, untuk itu ia menitipkan surat—kadang kepada sesuatu yang tidak kita duga. Kita menyebutnya kenangan.”

Berkat pinjaman dari seorang teman, saya bisa mencoret buku ini di daftar buku-buku yang sudah lama sekali ingin saya baca. Kukila berisi 16 cerita pendek karya M. Aan Mansyur yang beberapa di antaranya pernah dipublikasikan di media lain.

Dalam review ini saya hanya akan membahas beberapa judul cerpen yang paling meninggalkan kesan bagi saya.

Kukila (Rahasia Pohon Rahasia)
Cerita pendek yang cukup panjang sampai memakan hampir setengah bagian buku ini bisa dibilang versi panjang dari cerpen berjudul “Di Tempat Kau Berbaring Sekarang”. Cerpen tersebut pertama kali saya baca di buku kumpulan cerpen “Dari Datuk ke Sakura Emas” yang terbit beberapa tahun yang lalu. Bercerita tentang Kukila dan rahasia masa lalunya yang ingin dia bagi ke anak-anaknya lewat surat dan bagaimana rahasia itu akan berpengaruh ke kehidupan mereka sekarang.

Sehari Setelah Istrinya Dimakamkan
Seorang suami yang baru saja kehilangan istrinya perlahan-lahan mengetahui hal mengejutkan tentang istrinya melalui tas yang dia pegang sebelum meninggal kecelakaan.

Celana Dalam Rahasia Terbuat dari Besi
Atas permintaan suaminya, setiap suaminya pergi bekerja Rahasia harus memakai celana dalam yang terbuat dari besi yang dikunci dan kuncinya dibawa ke kantor. Alasan suaminya melakukan itu adalah untuk mencegah adanya aksi perselingkuhan di pernikahan mereka. Berhasilkah?

Lebaran Kali ini Aku Pulang
Dua puluh tahun tak pernah pulang ke kampung halaman, karakter utama cerpen ini menyadari banyak hal yang berubah dari apa yang dulu diingatnya, termasuk orang-orang yang dia kenal.

Hujan. Deras Sekali.
Saya sudah pernah baca cerpen ini sebelumnya di kumpulan cerpen berjudul “Perempuan yang Melukis Wajah”. Baca ulang jadi tambah suka. Cerpen ini mengambil sisi lain dari banjir dengan kocak dan satir.

Secara keseluruhan, semua cerpen di dalam buku ini bagus, masing-masing punya kelebihan yang menonjol, bahkan hampir semuanya menyajikan twist mengejutkan di endingnya. Tapi, mungkin karena saking bagusnya cerpen pertama, Kukila (Rahasia Pohon Rahasia), setelah membaca cerpen-cerpen selanjutnya saya jadi tidak bisa tidak membandingkannya dengan cerpen pembuka yang dahsyat itu.

Di cerpen pembuka inilah saya paling mengenali ke-khas-an tulisan Aan Mansyur di mana setiap paragrafnya ditulis dengan indah ditambah dengan diksi yang bikin iri. Bukan berarti cerpen lain jelek, cuma menurut saya kedahsyatan cerpen pertama menutupi cerpen-cerpen yang disuguhkan setelahnya.

“Aku ingin mati di bulan September yang kemarau seperti bunga-bunga di halaman. Tetapi mati tidak bisa dipesan lalu seseorang mengantarnya serupa pesanan dari restoran cepat saji yang iklannya ada di televisi. Aku ingin ditebang serupa pohon mangga. Dibakar di tempat sampah dan abuku menyuburkan rerumputan liar di halaman. Tetapi mati yang kuinginkan separuhnya dibawa Rusdi pergi, selebihnya dibagi-bagi di antara kalian. Aku tubuh semata. Percuma. Tubuh kosong tanpa apa-apa lagi di dalamnya, kecuali perasaan-perasaan yang berubah kalimat-kalimat ini. Aku telah mati, rupanya. Aku telah mati jauh malam sebelum semua doa-doaku tiba di alamat Tuhan.”