Jumat, 30 Oktober 2015

[Blog Tour] Giveaway: So, I Married the Anti-fan






Sudah membaca review yang barusan saya posting? Bagaimana? Tertarik untuk membaca So, I Married the Anti-fan? Tenang, seperti host lainnya saya juga kebagian jatah dua buku So, I Married the Anti-fan untuk dua orang pemenang ;)

Syarat dan ketentuannya:

  • Peserta berdomisili atau punya alamat kirim di Indonesia


  • Share link review saya yang ini dengan hashtag #SoIMarriedtheAntifan

  • Jawab pertanyaan ini di kolom komentar post ini:
Tuliskan singkat saja, apa arti anti-fan menurutmu?
  • Sertakan nama, email, akun twitter dan link share kamu juga
  •  Giveaway ini berlangsung dari hari ini sampai 13 November 2015

Selain itu, kamu juga bisa ikutan kuis finale dari blog tour So I Maried the Anti-fan dengan mengumpulkan huruf-huruf yang terdapat di postingan milik masing-masing host. Di bawah ini potongan bagian saya:






********* Update 19 November *********

Maaf sekali yaa karena banyak urusan lain yang menuntut dikerjakan segera, pengumuman pemenangnya ketunda terus .__. Tanpa perlu berlama-lama lagi, dua orang yang beruntung di blog saya untuk mendapatkan masing-masing 1 eksemplar So I Married the Anti-fan adalah...

Hany Adiasih (@hany_aln)
dan
Sofhy Haisyah (@Sofhy_Haisyah) 

Buat yang belum menang jangan berkecil hati, karena rangkaian blog tour ini masih berlangsung di blog-blog host yang lain. Cek twitter @penerbitharu untuk lebih lengkapnya :))
Terima kasih atas partisipasinya ^^  

[Blog Tour] Review: So, I Married the Anti-fan - Kim Eun Jeong



Selamat pagi, hari ini merupakan giliran saya sebagai host blog tour buku unyu dari Penerbit Haru yang baru saja cetak ulang dengan cover baru yang berjudul So, I Married the Anti-fan. Sebenarnya jadwal saya lusa nanti, tapi karena satu dan lain hal, dimajukan menjadi hari ini :) 

Jangan lupa untuk ikutan giveaway-nya yaaa ;)) 







Judul: So, I Married the Anti-fan
Pengarang: Kim Eun Jong
Penerbit: Penerbit Haru
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 525 Halaman

“Kau pasti sama sekali tidak suka padaku. Sama, aku juga begitu. Makanya aku suka. Karena aku bisa rileks dan santai. Kaalu kau suka padaku, aku kan harus menjaga citra dan memberi fan service sebagai seorang selebriti. Maksudku, aku suka padamu karena kau tidak menyukaiku dan tidak mengharapkan apa pun dariku, sehingga aku merasa nyaman.”

Berawal dari insiden muntah, Geun Yong kehilangan pekerjaannya sebagai wartawan. Dia yakin kalau ada manusia bernama Hu Joon di balik pemecatannya. Menurut Geun Yong Hu Joon yang dipuja-pua se-Korea-Selatan itu pasti takut image-nya akan rusak jika Geun Yong membocorkan apa yang tidak seharusnya dilihat olehnya di hari insiden muntah itu.

Sialnya, setelah melakukan protes di depan kantor agensi Hu Joon, Geun Yong malah diserbu oleh fans Hu Joon, sampai kejadian memalukan itu membuatnya mendadak terkenal menjadi anti-fan Hu Joon.

Suatu hari, seorang PD menawari Geun Yong untuk tampil di variety show terbarunya, So I Married the Anti-fan. Berkat jumlah uang yang ditawarkan, apalagi dia sedang krisis finansial, Geun Yong menerima tawaran itu walaupun itu berarti dia harus tinggal bersama dengan orang yang selama ini dia benci, Hu Joon.

Syuting bersama dengan Hu Joon sebagai manajernya membuat Geun Yong jadi mengerti dengan isi hati Hu Joon, ketakutan-ketakutannya, masa lalunya, dan cinta pertamanya.

“’Waah, gaya bicaramu sudah seperti manajerku saja.’
‘Memang menurutmu, kau dan aku ini apa?’
‘Majikan dan pembantu.’”

Hidup itu memang aneh ya? sejak cetakan pertama buku ini beredar di toko buku saya sudah ingin sekali membacanya. Tapi, apa boleh buat baru berjodoh dengan buku ini setelah dua kali ganti cover xD

Walau formula yang digunakan klise; benci yang kemudian berkembang menjadi cinta, tapi kisah di buku ini masih menarik untuk disimak. Penulis berhasil membuatnya menjadi tidak terlalu klise dengan tambahan konflik di sana-sini.

Mengenai kabar adaptasinya, menurut saya buku ini lebih cocok diadaptasi menjadi drama saja daripada film. Karena banyak sekali yang bisa dikembangkan lagi dari bukunya sendiri. Konflik masa lalu Hu Joon dengan ibunya dan tentang cinta pertamanya menurut saya masih kurang dieksplor. Akan lebih menarik jika diceritakan lebih detail lagi dengan alur flashback.

Sisi positif yang saya sukai dari buku ini adalah perkembangan chemistry antara kedua karakter utamanya. Bagaimana mereka yang awalnya saling tidak suka menjadi dekat satu sama lain. Penulisnya berhasil membangun chemistry antara mereka dengan tidak terburu-buru.

Meski sempat dibawa berputar-putar, akhirnya saya cukup puas dengan endingnya bittersweet. Agak sedih juga sih dengan penyelesaian konfliknya. Kasian sama si “itu” :(. Tapi... tetap puas baca epilog-nya yang manis kok :))

“Jangan salah paham. Anti-fan bukan orang yang selalu melawan atau memaki-maki selebriti tanpa tahu apakah itu fakta atau bukan. Keberadaan anti-fan menandakan bahwa ada kekurangan pada diri selebriti tersebut. Bukankah anti-fan sejati adalah anti-fan yang bisa memberinya tepuk tangan, menepuk pundaknya, dan menyalaminya ketika selebriti itu mengakui kekurangannya, bersedia mendengar kritik pedas, dam berusaha memperbaikinya?”

Penasaran dengan bukunya? Mau punya gratis? Ikuti giveaway So, I Maried the Anti-fan di sini :))

Selasa, 13 Oktober 2015

[Buku-Buku Gratisan 101] Bagian 2: Jenis Kuis/Giveaway & Tips Mengikutinya






Maaf sekali jadwal posting artikel untuk bagian 2-nya ini jadi molor :D maklum, akhir-akhir ini saya bisa dibilang agak lebih sibuk dari biasanya, bahkan untuk berkomitmen menuntaskan satu buku pun rasanya sulit, apalagi menulis review-nya :p Daripada blog saya tercinta ini makin terbengkalai akibat tidak ada postingan terbaru, pas buka folder draft artikel untuk blog, barulah saya ingat belum menyelesaikan menulis bagian 2 untuk artikel Buku-Buku Gratisan 101 ini.

Seperti yang sudah saya janjikan di Bagian 1, di bagian 2 ini saya akan membahas tentang kuis dan giveaway dan tips untuk memperbesar kemungkinan kamu agar menang. Secara umum, berdasarkan cara pemilihan pemenang, ada 4 jenis kuis/giveaway. Yaitu: cepet-cepetan, berdasarkan jawaban, undian, dan jumlah terbanyak.

Cepet-Cepetan
Jenis ini adalah jenis yang menjadi favorit saya karena saya cukup banyak mendapat buku gratisan dari kuis jenis ini. Dulu sih... pas speed internet saya cepet banget T_T

Konsep kuis ini sederhana. Biasanya peserta harus mengumpulkan poin setinggi-tingginya untuk bisa menang. Nah, untuk mengumpulkan poin, peserta yang mendapat poin adalah yang menjawab pertanyaan secara cepat dan tepat.

Triknya sederhana. Di sini yang kamu butuhkan adalah: kecepatan tangan dan pastinya kecepatan koneksi internet. Pengetahuan kamu juga cukup berperan di sini untuk menjawab secara tepat. Tapi tenang, untuk itulah kamu harus sudah menyiapkan halaman pencarian Google di tab sebelah ;)) itu artinya, disarankan kalau mau ikutan kuis jenis ini lewat komputer. Karena bakal ribet dan membutuhkan lebih banyak waktu kalau lewat ponsel.

Lagi-lagi, karena kecepatan berperan penting, kamu harus sigap mengatasi situasi tak terduga. Misalnya, kamu nggak nemu jawabannya dari Google. Siap-siap untuk nyontek jawaban peserta lain, hehehe. Kan biasanya di tiap jawaban pake hashtag, rajin-rajinlah refresh di laman hasil pencarian hashtag terkait ;)). Ini khusus berlaku untuk jenis yang mengumpulkan poin, karena biasanya peserta yang dipilih mendapatkan poin lebih dari satu orang. Kalau yang dipilihnya cuma satu orang tercepat yaa.. move on ke pertanyaan selanjutnya aja (kalau ada). Percuma juga kamu nyontek jawaban peserta lain yang udah jawab dengan benar.

Sampe lupa, kategori pertanyaan dari jenis kuis ini juga bermacam-macam, yang paling enak sih kategori umum tentang dunia perbukuan, atau tentang buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit yang mengadakan, dan yang paling susah: tentang satu buku/seri tertentu. Apalagi buat jenis pembaca yang sering lupa detail kayak saya.

Kunci penting untuk jenis ini adalah: kecepatan koneksi internet. Kalau internetmu lelet, mending nggak usah ikutan deh. Buang-buang waktu, tenaga dan energi.

Kuis jenis ini yang pernah saya ikuti dan paling berkesan adalah #THRBuku yang diadakan kak @odeelix & @halidahanun pas Ramadhan 2013 kemarin. Bukan... bukan karena saya jadi salah satu pemenang. Tapi kuis yang diadakan setiap hari di bulan Ramadhan ini yang memperkenalkan saya dengan banyak teman-teman baru (termasuk dua penyelenggaranya). Sayang di Ramadhan tahun belakang dan tahun ini #THRBuku nggak diadakan lagi :(. Dan kuis jenis ini juga termasuk jarang diadakan akhir-akhir ini.

Berdasarkan Jawaban
Nah, yang ini yang paling sering ditemukan di dunia perkuisan dan per-giveaway-an. Terutama kalau lagi ada event blog tour. Jenis ini dibagi dalam dua kategori yaitu: jawaban yang bagus/menarik (menurut penyelenggara atau yang milih pemenang) dan jawaban yang benar.

-> Untuk “jawaban yang bagus/menarik”, karena jawaban bagus dan menarik itu tergantung selera penyelenggara, nggak ada trik khusus seperti kategori sebelumnya untuk ikutan kuis/giveaway jenis ini.

Kalau prinsip saya cuma dua: satu, jawablah sesuai dengan apa yang kamu ketahui saja. Dan jangan terlalu berusaha keras untuk membuat sang penyelenggara terkesan sampai-sampai buka RPAL dan RPUL buat merangkai jawaban. Dua, kamu harus merasa puas dengan jawabanmu. Gimana mau menang kalau kamu sendiri juga nggak puas dengan jawabanmu sendiri? ;)

-> Dan untuk “jawaban yang benar”, biasanya pertanyaan dari kuis/giveaway jenis ini menuntut jawaban yang tepat. Dan peserta yang berhasil menjawab dengan benar akan diundi untuk mencari pemenangnya. Untuk yang soal sistem undian ini, selanjutnya saya bahas lebih lanjut di bawah.

Undian
Yang kamu butuhkan hanya keberuntungan yang besar untuk bisa menang di kuis/giveaway jenis ini. Tapi nggak ada salahnya juga kalau kamu bisa memperbesar kemungkinan kamu menang, kan? Yang saya percayai selama ini, kalau mau ikutan yang jenis ini, usahakan untuk tidak menjawab di urutan pertama, pilihlah agar posisi jawabanmu berada di tengah-tengah. Karena, biasanya sang penyelenggara akan menggunakan situs penyedia jasa pemilihan secara random, nah menurut saya urutan yang di tengah lebih besar kemungkinan untuk terpilih daripada yang pertama dan terakhir. Tapi, semuanya juga tergantung pada keberuntungan sik, susah untuk merumuskan dengan pasti agar bisa menang di kuis/giveaway jenis ini. Terlalu banyak variabel yang mempengaruhi, mulai dari urutan sampai jumlah pesertanya, karena semuanya akan mempengaruhi hasil akhir yang terpilih.

Jika yang menyelenggarakan menggunakan rafflecopter, ada juga cara untuk memperbesar kemungkinan kemenanganmu, yaitu dengan rajin untuk mendapatkan bagian entry yang bisa didapat setiap hari. Biasanya berupa share link giveaway tersebut.

Jumlah Terbanyak
Jenis yang paling menjengkelkan buat saya sekaligus yang paling saya hindari. Jumlah terbanyaknya bisa berupa tweet kamu, atau like/retweet terbanyak yang kamu dapat.

Saya nggak pernah menang kalau dari kategori ini, jadi nggak bisa ngasih tips x)). Saya bukan orang yang populer sampe orang-orang mau ngasih retweet atau like buat saya :p pernah waktu itu saya dengan semangatnya minta-minta like, akhirnya masih kalah jumlah .__.


*Kategori tambahan:
Kontes foto
Mirip dengan jenis “berdasarkan jawaban” tapi yang digunakan adalah foto. Saya nggak terlalu paham untuk ngasih tips di jenis ini karena juga nggak pernah menang :p kayaknya sik selain fotonya harus bagus (kalau di instagram), caption-nya juga harus menarik dan lebih bagus lagi kalau banyak dapet likes.

Dipilih acak
Agak mirip dengan yang "Undian" tapi medianya biasanya di twitter saja. dengan me-mention teman tentang sesuatu (misalnya: promosi, atau ingin ngasih hadiah buku ini ke si anu, dan sebagainya) dan akan dipilih pemenang secara acak. Masih jadi misteri buat saya bagaimana cara memilih pemenangnya. Saya pernah loh nggak ikutan malah jadi salah satu pemenang gara-gara ternyata kebetulan yang me-mention saya menang, dan saya yang di-mention juga ikutan dapet hadiah. Hihihi. *Rezeki emang nggak bakal ke mana!*.


Itulah tadi sedikit tips bagi  yang ingin mendapatkan buku gratis lewat kuis/giveaway. Kalau percaya, silakan dipraktikkan, kalau tidak percaya yaaa.. hitung-hitung tulisan nggak jelas ini bisa jadi hiburan(?). Hehehe. Sampai jumpa di bagian ke-3! :))

Artikel terkait:

Minggu, 11 Oktober 2015

[Book Review] Puya ke Puya by Faisal Oddang






Judul: Puya ke Puya
Pengarang: Faisal Oddang
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 218 Halaman

“Setiap ayunan kaki manusia, ia tengah berjalan pergi sekaligus menuju pulang. Orang-orang hidup hanya untuk mati, begitulah. Semakin kau berjalan menjauh, semakin maut berjalan mendekat.”

Dalam kepercayaan orang Toraja, kematian seseorang harus dirayakan. Upacara itu bernama rambu solo. Orang-orang akan berkerumun mengantar yang meninggal di dalam peti untuk berjalan menuju puya, alam tempat menemui Tuhan. Namun rambu solo bukanlah upacara adat biasa, tak sedikit jumlah uang yang dibutuhkan untuk melaksanakannya, dan hal tersebut menjadi tanggungan keluarga yang ditinggalkan.

Kematian Rante Ralla membuat anaknya, Allu Ralla yang sedang berkutat menyelesaikan skripsi pulang ke Toraja. Dalam rapat keluarga, Allu memutuskan untuk memakamkan ayahnya di Makassar, tanpa adanya ritual rambu solo. Ibunya diam. Meski tak begitu dengan saudara-saudara ayahnya. Bagi mereka, tidak melaksanakan rambu solo adalah aib bagi keluarga besar, apalagi semasa hidupnya Rante adalah ketua adat. Sudah sepantasnya perjalanan Rante menuju puya dengan menunggangi kerbau belang dan diiringi puluhan kerbau serta ratusan babi. 

Lagi-lagi Allu berkeras dengan alasan tak punya biaya untuk mengadakan rambu solo semegah itu. Sesungguhnya bukan tidak mungkin untuk mewujudkannya. Keluarga besarnya bersedia membantu, dan tanah yang selama ini mereka tinggali telah ditawar mahal oleh perusahaan tambang nikel. Namun Allu sadar kalau bantuan dari keluarganya akan dianggap hutang. Dan dia tak mungkin menjual tanah yang telah menjadi warisan turun-temurun itu.

Tetapi, kala muncul harapan untuk membuat hidupnya bahagia meski di sisi lain membuatnya harus memikirkan lagi keputusannya, jalan apa yang akan dipilih Allu? Lalu, apa yang akan terjadi dengan rahasia kematian Rante yang masih dipendam rapat-rapat oleh istrinya? Akankah dia goyah dan pada akhirnya tak sanggup lagi menyimpan rahasia itu?

“Inilah sebenarnya yang ditakutkan dari kematian. Sebagai orang Toraja, aku takut pada kematian bukan karena membayangkan betapa sakit saat maut merenggut, bukan itu. aku hanya takut menjadi mayat, dan menyusahkan keluarga.”

Siapa yang tidak tergiur dengan buku ini ketika membaca pertanyaan besar “kenapa surga diciptakan?” di sampul belakangnya? Ditambah label “Pemenang IV Sayembara Menulis Novel DKJ 2014”-nya. Setidaknya, saya tergiur :D 

Resep rahasia untuk langsung menikmati buku ini dari awal adalah dengan mengetahui bagaimana point of view yang digunakan oleh penulisnya. Penulis bercerita melalui empat narator berbeda, yang cara pembedaannya adalah dengan menggunakan tanda “(“ dan “*”.
Rinciannya:
Untuk yang tidak bertanda adalah milik narator serba tahu—yang di sini saya enggan untuk menyebutkan identitasnya (baca sendiri yaa ;)))
(* digunakan untuk Rante Ralla yang baru meninggal.
(** digunakan untuk Allu Ralla.
(*** digunakan untuk Maria Ralla, adik Allu yang meninggal tujuh belas tahun yang lalu ketika masih bayi.

Yes, you heard read it right. Penulis dengan gilanya menggunakan sudut pandang orang pertama tidak hanya lewat karakternya yang masih hidup, tapi juga yang telah meninggal.

Jika sudah paham dengan perihal pov-nya, niscaya akan mudah sekali terhanyut dengan kisah di buku ini. Saya sendiri baru sadar akan keunikan pov-nya di halaman 20-an, sehingga tidak puas rasanya kalau tidak mengulang lagi dari awal.

Ada yang pernah nonton film Korea The Piper? Kalau pernah, sedikit banyak buku ini mengingatkan saya pada film tersebut. Bukan. Tak perlu cemas buat yang fobia tikus *yang pernah nonton pasti tau yang saya maksud*, buku ini tidak ada hubungannya dengan tikus. Hanya saja feel yang dibangunnya mirip. Di awal-awal disuguhi dengan drama, lalu di akhir akan dikejutkan dengan nuansa thriller yang cukup disturbing.

Satu kekurangan buku ini yang paling menonjol, ketidakrapian pengetikannya, typo-nya bertebaran :( malah semakin sering ditemukan mendekati lembar-lembar terakhir.

Jadi... kenapa surga diciptakan? Saya tidak akan membocorkan jawabannya untuk kalian. Bisa jadi pendapat kita pada jawaban atas pertanyaan itu akan berbeda. Saya anjurkan untuk baca, pahami, dan temukan sendiri jawabannya.

“Di dunia tak ada yang abadi, tetapi kematian tidak pernah fana.”