Sabtu, 10 Januari 2015

[Book Review] Untunglah, Susunya by Neil Gaiman






Judul: Untunglah, Susunya (Fortunately, The Milk)
Pengarang: Neil Gaiman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 128 halaman

“Aku keluar dari toko pojok, dan mendengar suara aneh seolah datang dari atasku, suaranya seperti: dhum... dhum... Aku mendongak dan kulihat piringan perak besar menggantung di atas Jalan Marshall.”

Buku ini bercerita tentang dua anak yang di suatu pagi mendapati kalau mereka kehabisan susu. Padahal pagi itu mereka ingin sarapan dengan sereal. Dan sereal tidak akan enak dicampur dengan kecap atau mayones, harus dengan susu.

Kemudian ayah mereka memutuskan untuk membeli susu di toko pojok. Di perjalanan pulang setelah membeli sebotol susu, sang ayah mengalami petualangan menakjubkan di dunia antah-berantah yang tidak pernah dia sangka-sangka akan dialaminya.

Dengan tekad membawakan sebotol susu tersebut dengan selamat agar anak-anaknya bisa menikmati sarapan mereka, sang ayah berusaha mencari jalan pulang kembali ke rumah di mana anak-anaknya menunggunya.

“Aku menemukan benda yang kita naik ini namanya Bola-Apung-Pengangkut-Orang Profesor Steg.”
“Ini namanya balon.”

Apa yang ada benak kalian jika mendengar nama Neil Gaiman? Kalau saya, yang terbayang oleh saya adalah kisah yang nyentrik dengan karakter yang tak kalah nyentrik. Begitu pun dengan buku ini. Bahkan cerita tentang seorang yang membeli susu pun dikemas dengan menarik di sini.

Sebelumnya saya sudah pernah membaca versi aslinya dan ketika tahu kalau terjemahannya akan terbit saya ingin segera memilikinya. Bukunya cukup tipis, dan bisa diselesaikan dengan sekali duduk. Mengingat bukunya tipis, harganya pun terjangkau x))

Di setiap lembarnya terdapat ilustrasi-ilustrasi yang amat sangat bagus karya Skottie Young. Saya sangat mengagumi ilustrasi-ilustrasi ini, cocok dengan apa yang dideskripsikan Gaiman.

Yang saya sayangkan adalah terjemahan judulnya, “Untunglah, Susunya” kedengaran amat sangat tidak menarik walaupun memang itu adalah judul yang cocok sebagai terjemahan judul aslinya. Maksud saya, apakah memang setiap buku yang diterjemahkan itu juga harus diterjemahkan judulnya? -___-

Setelah membaca buku ini ada dua kesimpulan saya tentang kisah di buku ini. Pertama, yaitu bahwa petualangan ajaib itu bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, bahkan ketika kau dalam perjalanan pulang membeli susu. Dan yang kedua, bahwa petualangan itu hanya karangan sang ayah saja sebagai alasannya pulang terlambat :D

Tidak banyak sik yang bisa saya ceritakan tentang buku ini. Pokoknya saya suka! Ada kejutan di hampir bagian akhirnya, dan jangan lupakan twist tentang Profesor Steg ;)) Sayang bukunya kurang panjang. 

Buku ini cocok dibaca semua kalangan, bahkan cocok sebagai hadiah untuk adik atau keponakan yang sedang berulang tahun :))

“Menurut perhitunganku, jika benda yang sama dari dua waktu berbeda bersentuhan, satu dari dua hal akan terjadi. Bisa Jagad Raya musnah. Atau tiga orang bajang ajaib akan berdansa di jalan-jalan dengan pot bunga di kepala mereka.”

RATING 4/5

2 komentar:

  1. Kebanyakan buku terjemahan emang gitu, judulnya ngikutin judul aslinya. Walaupun menurut saya gak harus sih, selama merepresentasikan isi bukunya. Kayak buku ini nih, jadi aneh kan judulnya :D

    btw, salam kenal :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya yak apalagi terjemahan GPU, kayaknya semua judul terjemahannya ada judul Indonesia kecuali judulnya nama orang :D
      Salam kenal juga ^^

      Hapus