Rabu, 16 Oktober 2013

[Book Review] Murjangkung by A.S. Laksana





Judul: Murjangkung: Cinta yang Dungu dan Hantu-hantu
Pengarang: A.S. Laksana
Penerbit: GagasMedia
Tahun Terbit: 2013
Tebal: 214 halaman

“Makanannya dimakan sendiri tahinya dibagi-bagi.”

Buku ini berisikan 20 cerita-cerita pendek. Bisa dibilang hampir semua cerpennya bergenre komedi satir. Dan seperti review kumpulan cerpen seperti biasanya, izinkan saya untuk mengomentari cerpen-cerpennya satu per satu.

Bagaimana Murjangkung Mendirikan Kota dan Mati Sakit Perut
Cerpen pembuka ini bercerita tentang Murjangkung—raksasa berkulit bayi—dan pasukannya yang datang ke sebuah negeri dan mulai mendirikan “kerajaannya” sendiri. Dan akhirnya, seperti yang tertulis di judul. ;))

Otobiografi Gloria
Dalam otobiografinya, Gloria bercerita tentang keluarganya. Mulai dari kakek neneknya, sampai anak menantu mereka—termasuk ibu Gloria. Bersiaplah untuk terkejut karena cerpen ini punya banyak sekali kejutan-kejutan.

Dongeng Cinta yang Dungu
Mungkin kata yang bisa menggambarkan cerpen ini: absurd, nyeleneh dan berbau magis.

Perempuan dari Masa Lalu
Percayakah kalian dengan kehidupan di masa lalu? Hal itulah yang dialami oleh Seto. Dia merasakan déjà vu ketika bertemu dengan perempuan yang menurutnya merupakan kekasihnya di masa lalu. Tapi benarkah demikian?

Bagaimana Kami Selamat dari Kompeni dan Sebagainya
Salah satu favorit saya. Cerpen ini dengan sukses menyampaikan kritik sosialnya dengan cara yang menghibur.

Seto Menulis Peri, Pelangi, dan Para Putri
Iya, beberapa cerpen di buku ini menggunakan nama Seto sebagai tokoh utamanya. Ceritanya sendiri tentang Seto yang tinggal di rumah majikannya. Keluarga majikan Seto masing-masing punya permasalahan mereka sendiri. 

Teknik Mendapatkan Cinta Sejati
Cerpen yang sangat bermakna dan filosofis. Umumnya tentang agama dan cinta. Twist-nya akan membuat kalian merasa iba.

Dua Perempuan di Satu Rumah
Ide ceritanya keren. Eksekusinya menarik. Lebih baik tidak usah dibahas inti ceritanya ya ;)

Bukan Ciuman Pertama
Ketika membaca cerpen ini saya tidak tahu apa hubungan judul dengan kisahnya. Ketika tiba di bagian akhir… No comment :D

Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis
Alit, seorang tukang sulap yang tak terbakat, beralih haluan menjadi seorang pawung hujan. Sialnya Alit harus menjadi pawang hujan untuk acara pernikahan gadis yang selama ini dicintainya diam-diam.

Kisah Batu Menangis
Asal mula batu menangis(yang di dalam cerpen ini berbentuk kelinci) versi sang pengarang sendiri. Dibuka dengan lucu, ditutup dengan kesedihan :(.

Seorang Utusan Memotong Telinga Raja Jawa
Tentang kehidupan masa lalu(lagi). Endingnya membuat ngilu.

Lelaki Beristri Batu
Cerpen yang bercerita tentang… ya seperti judulnya, lelaki yang beristri batu.

Efek Sayap Kupu-Kupu
Lumayan suka dengan cerpen yang satu ini. Tapi bagi saya, the butterfly effect-nya terlalu maksa.

Ibu Tiri Bergigi Emas
Karakter Aku dalam cerpen ini punya teman bernama Alit—yep, selain Seto, Alit juga cukup mendominasi sebagai nama karakter di cerpen-cerpen dalam buku ini. Alit punya ibu tiri yang menyimpan harta di giginya. Walaupun Alit beranggapan kalau wanita itu orang baik, orang-orang berkata kalau ibu tiri Alit adalah orang yang jahat. Tapi benarkah wanita bergigi emas itu sebaik yang Alit kira?

Seorang Lelaki Telungkup di Kuburan
Kisah sedih sekaligus sedikit misterius tentang seorang lelaki dan keluarganya.

Malam Saweran
Cerpen yang bercerita tentang kehidupan pernikahan tokoh Aku yang tidak bahagia akibat perilaku tokoh itu sendiri.

Cerita untuk Anak-Anakmu
Yang saya minta hanya satu, jangan ceritakan kisah ini ke anak-anakmu. Jangan.

Kuda
Hati-hati dengan apa yang kauharapkan dan kaudoakan. Terkadang ketika hal itu terjadi, yang bisa kaulakukan hanya menyesali diri.

Peristiwa Kedua, Seperti Komidi Putar
Cerpen yang banyak menimbulkan pertanyaan, tapi tetap membuat saya takjub.  I adore you A.S. Laksana!

“Kenangan pahit, kau tahu, akan melekat lebih kuat di dalam pikiran ketimbang kenangan manis.”

Sumpah, cerpen-cerpen di buku ini benar-benar membuat saya merasa iri. Iri karena ide ceritanya, diksinya, dan kerapiannya(termasuk typo yang sangat sedikit. Good job!). Iri karena dari dulu saya ingin sekali menuliskan satu saja cerpen seperti cerpen di dalam buku ini. Yang lebih membuat buku ini menyenangkan untuk dibaca adalah kritik sosialnya up to date(bahkan soal gosip-gosip artis atau pejabat).

Cerpen-cerpen yang paling menjadi favorit saya: Otobiografi Gloria, Bagaimana Kami Selamat dari Kompeni dan Sebagainya, Teknik Mendapatkan Cinta Sejati, Dua Perempuan di Satu Rumah, Kisah Batu Menangis, Seorang Lelaki Telungkup di Kuburan, Cerita untuk Anak-Anakmu dan Peristiwa Kedua, Seperti Komidi Putar.

Bagi saya buku ini merupakan salah satu kumpulan cerpen (yang ditulis satu penulis) terbaik yang pernah saya baca. Tidak heran kalau buku ini kemudian menjadi salah satu dari 10 besar Khatulistiwa Literary Award 2013 kategori fiksi.

MEMORABLE QUOTES:
  •  “Bukankah nasihat yang baik tetaplah baik sekalipun keluar dari mulut seekor beruk?” – Hal. 57
  • “Dari sini kau bisa tahu kenapa para pemburu gosip mudah sekali mendapatkan mangsa. Sebab cinta memang cenderung memamerkan dirinya sendiri, kadang di depan orang yang tidak tepat.” – Hal. 60
  • “Kau tahu, dengan memeluk tiga agama sekaligus (dan sekarang ia juga sedang menekuni Budah dan Hindu), Seto merasa Tuhan sangat mengasihinya. Memang ia tak bisa mencantumkan ketiganya secara bersamaan dalam KTP, tetapi Tuhan maha mengetahui. Dia tahu apa yang ada di dalam hati dan Dia pasti paham juga urusan administrasi kelurahan.” – Hal. 67
  •  “Dunia yang sempit, kau tahu, hanya akan membawa seseorang berkisar di antara orang-orang yang itu-itu juga.” – Hal. 143

RATING 4.5/5

2 komentar: