Judul: Yang
Biasa-biasa Saja (The Rest of Us Just Live Here)
Pengarang: Patrick Ness
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Januari 2017
Tebal: 288
halaman
“Anak-anak indie saat itu, yang mungkin dijuluki hipster atau semacamnya,
bertempur dan sebagian dari mereka tewas dan retakan terbentuk di tanah,
melenyapkan seantero lingkungan, tapi tentu saja para Dewa dan Dewi akhirnya
kalah karena kami semua masih di sini. Mereka dikirim kembali ke tempat asal
mereka di mana pun itu, dan dunia, seperti biasa, melanjutkan berlagak itu tak
pernah terjadi. Retakan itu dicatat akibat gempa vulkanik, dan sejarah
melupakannya.”
Mike Mitchell hanyalah seoarang
remaja biasa. Dia tak tergabung dalam kelompok anak-anak indie yang bertempur
melawan zombie, hantu pelahap jika atau hal-hal berbahaya (sekaligus keren)
lainnya. Yang diinginkannya hanya dapat datang ke acara prom sebelum akhirnya
wisuda.
Masalah terbesar dalam kehidupan
Mikey selain menghadapi gangguan kecemasan yang dia alami adalah mengumpulkan
keberanian untuk mengajak Henna, sahabatnya untuk berkencan.
Berawal dari kematian seorang anak
indie, Mikey bersama kakak perempuannya, Mel, Henna, dan sahabat tiga perempat
Yahudi seperempat dewa-nya, Jared menyadari dunia semakin lama semakin terasa
tak aman. Apalagi sejak Mikey menyaksikan
sekelebat cahaya biru yang menghidupkan seekor rusa mati sebelum rusa itu lari
tunggang langgang seakan menghindari cahaya itu. Semenjak itu, semakin banyak
anak-anak indie yang meninggal dengan sebab ganjil.
Hal buruk apa yang sebenarnya akan
terjadi? Berhasilkah Mikey dan teman-temannya menjalani hidup dengan tenang
sampai akhirnya mereka wisuda?
“Perasaan tak mencoba membunuhmu, bahkan yang menyakitkan. Kecemasan
adalah perasaan yang berkembang terlalu besar. Perasaan yang tumbuh agresif dan
berbahaya. Kau bertanggung jawab terhadap konsekuensinya, kau bertanggung jawab
untuk mengobatinya. Tapi Michael, kau tak bertanggung jawab menyebabkannya.
Kau tidak bersalah secara moral karenanya. Sama seperti seandainya kau memiliki
tumor.”
Saya menuliskan (setidaknya paragraf)
ini pukul 00.47 hari Rabu, 11 Januari 2011 tepat setelah saya menyelesaikan
buku ini. Saya tak bisa menunggu lebih lama untuk menuliskan beberapa hal
mengenai buku ini yang saya ingat sekarang (dan mungkin akan saya tambahkan di
hari-hari selanjutnya), karena saya pikir nantinya jika semakin ditunda-tunda,
ingatan saya akan bukunya tidak akan sedetail sekarang. Jadi, inilah pendapat
saya tentang Yang Biasa-biasa Saja.
Saat memulai membaca buku ini, banyak
pertanyaan-pertanyaan yang berkelebat di benak seperti: apa premisnya? Siapa
anak-anak indie? Di mana dan kapan buku ini mengambil setting? Dan pertanyaan
yang paling besar, seperti apa universe
yang dibangun penulisnya di buku ini? Kenapa ada elemen-elemen fantasinya
tetapi juga tokoh-tokoh di dalamnya dibuat teramat biasa saja? Karena, kamu tak
akan menemukan basa-basi pengenalan tokoh, maupun dunia yang ditinggali
tokoh-tokohnya. Patrick Ness membuat pembacanya harus mencari tahu sendiri apa
yang ingin diketahui.
Jadi, di dalam buku ini diceritakan
dua kisah berbeda yang awalnya seolah keduanya berada di dunia berbeda yaitu kisah
tentang anak-anak indie yang amat sangat sedikit sebagai sebuah awal dari
setiap babnya, dan tentu saja kisah Mikey dan sahabat-sahabatnya.
Buku ini memukau saya dengan semua
ke-tak-biasa-an yang dimilikinya. Saya bahkan tak mampu untuk membandingkan
buku ini dengan buku Patrick Ness yang pernah saya baca sebelumnya: A Monster Calls, karena keduanya secara
kontras amat sangat berbeda. Dan setelah buku ini, saya sangat menantikan
terjemahan Trilogi Chaos Walking yang juga akan diterbitkan segera oleh Gramedia
Pustaka Utama. Akankah seunik dan seasyik A
Monster Calls dan buku ini? ;)
Saya sangat menyukai covernya,
terkesan biasa saja dengan pemilihan warna tak mencolok, tapi jika dilihat
lebih teliti, gambar detailnya menarik, dan permainan warnanya eye catching
tanpa harus menggunakan warna ngejreng.
Menurut saya sih, memang buku ini
adalah jenis yang bisa saja sangat kamu sukai atau sangat tidak kamu sukai
dengan segala keanehannya. Yang jelas saya sangat suka. Saya suka dengan kekompleksan
karakter Mikey, saya suka dengan si keturunan dewa, Jared. Saya suka interaksi
antara mereka berdua. Saya suka bagaimana buku ini diawali dengan kebersilangan
antara kisah Mikey cs dan anak-anak indie, begitu pula dengan akhirnya, yang juga kedua kisahnya saling bersilangan.
Satu yang saya yakini setelah membaca
buku ini, bahwa tak ada kehidupan yang biasa-biasa saja. Oh, koreksi! Bahwa
bahkan dalam kehidupan yang biasa-biasa pun akan selalu ada hal yang luar
biasa.
“Tidak semua orang harus menjadi Sosok Pilihan. Tidak
semua orang harus menjadi sosok yang menyelamatkan dunia. Kebanyakan orang
hanya harus menjalani kehidupan mereka sebaik mungkin, melakukan hal-hal yang
hebat bagi mereka, memiliki teman
yang hebat, berusaha membuat hidup mereka lebih baik, mencintai orang yang
semestinya. Pada saat yang sama mereka juga menyadari bahwa dunia ini tak masuk
akal tapi tetap saja berusaha mencari jalan untuk bahagia.”
“Segala-galanya selalu berakhir. Tapi segala-galanya juga selalu
berawal.”
wah jadi mau beli deh
BalasHapusbpom bogor