Judul: Kahve: Shamrock & Raven
Pengarang: Yuu Sasih
Penerbit: de TEENS
Tahun Terbit: 20152
Tebal: 240 halaman
“Di
dunia ini hanya ada dua golongan manusia. Kencana menyebutnya sebagai golongan
resah dan golongan ikut arus. Dirinya adalah golongan terakhir. Baginya menjalani
hidup adalah perkara cara melewati hari dari awal membuka mata hingga kembali
menutupnya.”
Kencana selama ini hidup di bawah
bayang-bayang kakaknya yang menjadi kebanggan orangtua mereka, Saras. Bisa
dibilang Kencana selalu mengikuti jalan yang dipilih Saras. Karena itulah,
kematian Saras yang bunuh diri membuat Kencana seolah tersesat. Dia yang
terbiasa hanya menjadi pengikut kakaknya merasa bagai anak ayam kehilangan
induknya.
Berbekal sebuah diari milik Saras,
Kencana memutuskan untuk kuliah di tempat kakaknya kuliah dulu untuk mencari
tahu penyebab Saras bunuh diri. Di entri terakhir diari itu Saras menuliskan
kalau dia mendapatkan hasil ramalan berupa shamrock
(semanggi berhelai tiga) yang berarti hal pertanda akan terkabulnya
keinginan besarnya.
Berhasilkan Kencana mendapatkan
jawaban atas teka-teki kematian Saras? Apa hubungan ramalan cangkir kopi dengan
kematian Saras? Baca Kahve untuk mengetahui jawabannya.
“Bukan
berarti suatu hal tidak terjadi hanya karena kamu menolaknya.”
Misterius dan membingungkan, dua
kata yang layak untuk menggambarkan Kahve. Buku ini sedikit sekali memberikan
gambaran secara garis besar ide ceritanya, pembaca diajak untuk bersabar
perlahan membuka lapisan-lapisan misteri yang sudah dirancang oleh penulisnya.
Bisa dibilang dari awal pembaca sudah ditantang untuk menalarkan sendiri
rangkaian kisah yang dituturkan oleh penulis.
Bagian paruh pertama saya masih
meraba-raba plot dan ide cerita buku ini. Tak jarang beberapa kali salah
menebak. Salah satu kelebihan dari penulisnya adalah mampu menggiring persepsi
pembaca (ke arah yang salah) dan ketika rahasia besarnya diungkap, pembaca cuma
bisa melongo.
Nilai plus dari buku ini selain
ceritanya yang unik dan susah ditebak adalah penuturannya yang enak dibaca.
Cukup membantu saya yang sedang kehilangan mood
membaca. Bahkan bisa dibilang saya cukup ngebut bacanya, karena makin
penasaran. Terutama sejak twist di
paruh akhir ceritanya.
Sayang karakterisasinya masih
kurang. Bahkan untuk Kencana sebagai karakter utama masih kurang digali di
sini. Dan alurnya juga rada bikin bingung, apalagi pas awal-awal baca :D tapi
mungkin itu juga salah satu cara penulisnya untuk menambah sisi misterius buku ini
kali yak? *sotoy*
Satu lagi yang saya sayangkan,
penulisnya tidak bercerita banyak tentang kondisi yang dialami oleh Kencana.
Padahal saya amat penasaran dengan hal itu ingin tahu lebih banyak tentang kondisi yang
dialami oleh Kencana itu.
Endingnya bikin puas, tapi masih
tetap saja ada misteri yang ditinggalkan mengenai Farras. Bagian ini yang masih
membuat saya penasaran sampai sekarang. Dan seperti yang sudah baca Kahve
lainnya, setelah baca ini saya juga jadi pengin baca The Picture of Dorian Gray
x)).
Sebagai karya debut, Kahve cukup menunjukkan
potensi Ayu sebagai penulis muda. Semoga saya bisa membaca karya penulis
selanjutnya; Pencarian (Trilogi Tiga Keris Naga #1)!
“Namun
kehilangan sekeraskepala dan sekejam seorang rentenir, mereka mendobrak,
mengoyak, dan menarik semua hal yang disayanginya, merusak rutinitas yang
dijaganya baik-baik.”
RATING
4/5