Judul:
London: Angel (Setiap
Tempat Punya Cerita #5)
Pengarang:
Windry Ramadhina
Penerbit:
GagasMedia
Tahun
Terbit: 2013
Tebal:
330 halaman
“Ah, aku gemas kepada diriku sendiri. Sebagai
seorang penulis, terlebih aku adalah seorang penulis roman, seharusnya aku tahu
hal utopis semacam ‘mengejar gadis ke London atas nama cinta’ hanya berjalan
lancar dalam kisah-kisah fiksi.”
Ide
ceritanya mungkin sangat sering ditemui di dunia fiksi maupun dunia nyata. Dua
sahabat yang salah satunya memendam perasaan lebih. Itulah yang terjadi pada
Gilang, karakter utama buku ini, seorang penulis yang masih berusaha
menyelesaikan novel pertamanya.
Suatu
malam, ketika di bawah pengaruh alkohol Gilang mengumumkankan di hadapan
teman-temannya kalau dia akan mendatangi gadis pujaan sekaligus sahabatnya itu,
Ning ke London dan menyatakan semua perasaan terpendamnya selama ini.
Karena
terlanjur berkata di depan teman-temannya dan atas dukungan mereka, Gilang
nekad pergi ke London.
Di
London Gilang tidak hanya bertemu dengan Ning(yang mengharuskan Gilang menunggu
cukup lama untuk bertemu karena urusan pekerjaan Ning). Tapi takdir juga mempertemukannya
dengan gadis cantik nan misterius yang hampir selalu ditemuinya setiap hujan
turun, Goldilocks dan juga Ayu, gadis
jutek asal Indonesia yang sedang dalam perburuan mencari Wuthering Heights cetakan pertama.
“Terkadang, aku menyesali jawabanku
itu. terkadang, aku bertanya-tanya, jika saat itu aku mencegah Ning pergi ke
London, apakah kini segalanya akan berbeda?”
Walaupun
punya tema yang bisa dibilang usang, menurut saya mbak Windry berhasil meracik
kembali tema itu sedemikian rupa sehingga membuat cerita di buku ini tidak cheesy dan membosankan.
Untuk
setting dan karakter tidak usah diragukan lagi. Mbak Windry berhasil “membawa”
saya secara langsung ikut mengunjungi London Eye, Sungai Thames, Shakespeare’s
Globe Teather dan merasakan jalanan London yang basah oleh gerimis.
Saya
suka dengan karakter Gilang yang punya hobi memberikan julukan dari nama
tokoh-tokoh fiksi ke orang-orang yang ditemuinya. Saya suka dengan ide untuk
menambahkan sedikit bumbu fantasi di ceritanya. Saya juga suka cara mbak Windry
menyajikan cerita cinta sampingan milik Mister Lowesley.
Dan
yang paling penting, endingnya yang tidak kacangan! Keputusan yang diambil
Gilang adalah solusi terbaik untuk situasi yang amat sangat rumit itu.
Selain
Gilang, Goldilocks juga sudah menawan
hati saya sejak kemunculannya di Shakespeare’s Globe Teather. Sampai sekarang
masih cukup penasaran dengan gadis misterius itu :D
Setelah
membaca buku ini, selain merasa puas saya juga merasa bingung. Bingung karena saya
tidak tahu mana yang lebih saya sukai, London atau Melbourne. Dua-duanya berhasil
menggalaukan saya–bahkan London sedikit lebih menggalaukan dari Melbourne ._.
MEMORABLE QUOTES:
- “Itu kepercayaan lama, bukan sekadar dongeng. Agama-agama mengisyaratkan dalam kitab suci. Konon, hujan turun membawa serta malaikat surga.” – Hal. 126
- “Kau harus mengatakannya segera. Jangan menunda. Jangan habiskan separuh hidupmu untuk menunggu waktu yang tepat. Seringnya, saat kau sadar, waktu yang tepat itu sudah lewat. Kalau sudah begitu, kau cuma bisa menyesal.” – Hal. 166
- “Kau tidak belajar mencintai. Kau mencintai dengan sendirinya.” – Hal. 297
RATING 4/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar