note: review saya tentang Paris(STPC #1) bisa dilihat di sini
Judul:
Roma: Con Amore(Setiap Tempat Punya Cerita
#2)
Pengarang:
Robin Wijaya
Penerbit:
GagasMedia
Tahun
Terbit: 2013
Tebal:
384 halaman
“Aku hanya perlu satu. Keberadaanmu. Di sisiku...”
Leonardo Halim, pelukis asal
Indonesia yang juga sukses di luar negeri dan karya-karyanya banyak diminati
oleh penikmat seni di berbagai belahan dunia. Punya pacar yang setia dan
mendukung profesinya, bernama Marla.
Felice Patricia, tenaga kerja asal
Indonesia yang bekerja di salah satu perusahaan di Italia, juga sudah punya
kekasih bernama Franco.
Suatu hari sebuah kesalahan dalam pengiriman
lukisan karya Leo ke pembeli, membuatnya bertemu Felice di Roma, Italia. Waktu
itu, Felice yang keras kepala dan tidak mau mengaku salah sempat membuat Leo
sedikit kesal.
Ketika kemudian mereka bertemu
kembali di Bali, pertemuan-pertemuan itu membuat mereka menyadari ada yang
berubah di hati mereka masing-masing.
“Setiap orang punya ruang dan tempat
tersendiri. Mereka yang pergi dan datang tak akan pernah bisa saling
menggantikan”
Sebenarnya
saya sudah sedikit lupa dengan jalan cerita buku ini :D bahkan quotes-nya saja
saya comot langsung dari goodreads.
Mari
kita mulai dengan hal yang saya suka di buku ini. Saya suka covernya,
sketsa-sketsa yang ada di dalamnya juga kartu pos yang memang menjadi bonus di
setiap seri Setiap Tempat Punya Cerita dari GagasMedia.
Hal
yang saya tidak suka, menurut saya cerita di buku ini terlalu bertele-tele dan
tidak meninggalkan kesan sama sekali. Boleh saja kalau penulisnya
mendeskripsikan sesuatu dengan detail, tapi di buku ini deskripsinya terlalu
detail sehingga membuat saya bosan ._.
Terakhir,
saya memang bukan penggemar kalimat manis nan melankolis, dan kalimat-kalimat
yang terdapat di bawah judul setiap chapter
sukses membuat saya ilfeel.
Judul: Bangkok: The Journal(Setiap Tempat Punya Cerita #3)
Pengarang:
Moemoe Rizal
Penerbit:
GagasMedia
Tahun
Terbit: 2013
Tebal:
436 halaman
“Tidak semua
orang punya kesempatan untuk bertemu orangtua setiap hari. Tapi, ada saja orang
yang dengan sengaja melepaskan kesempatan itu untuk ego pribadi."
Edvan,
seorang arsitek sukses tiba-tiba mendapatkan sms singkat dari seseorang ketika
dia sedang merayakan keberhasilannya membangun sebuah gedung di Singapura.
Orang yang mengirim sms tersebut adalah adiknya, Edvin.
Sudah
lama Edvan tidak bertemu dengan Ibu dan adiknya, sampai kemudian sms yang
diterimanya itu mengabarkan kalau sang Ibu sudah meninggal dunia.
Walaupun
masih menyimpan benci dengan keluarganya, Edvan akhirnya memutuskan kembali ke
Indonesia untuk menghadiri pemakaman ibunya.
Singkat
cerita, ketika Edvan bertemu kembali dengan Edvin, sang Ibu sudah menitipkan
sebuah warisan untuk Edvan. Uniknya, warisan itu berupa kalender tua yang
ditulisi jurnal oleh ibunya. Jurnal-jurnal itu berisi tentang pengalaman ibu
mereka di Bangkok juga tentang pertemuan ibu mereka dengan cinta sejatinya.
Edvan
ditugaskan untuk mencari 6 jurnal lain yang tersebar di Bangkok, Thailand.
Petunjuk tempat menemukan jurnal-jurnal itu terdapat pada tulisan di jurnal
setelahnya.
Tentu
saja Edvan awalnya menolak tugas konyol itu, tapi ada hal lain yang
mendorongnya untuk mencari jurnal-jurnal itu di Bangkok.
“I’m not Cinderella. Hik!” | “But I
know where she is.”
“Not in Disneyland!”
Salah
satu yang membuat saya tertarik dengan buku ini adalah karena kota yang dipilih
oleh bang Moemoe Rizal untuk seri STPC-nya ini adalah kota di Asia, bukan
kota-kota eksotis di Eropa.
Dari
awal tokoh Edvin muncul,
saya sudah memutuskan untuk menyukai buku ini :), apalagi dengan gaya penceritaan bang
Moemoe yang kocak dan mengalir, membuat saya makin tidak bisa melepaskan buku
ini sebelum menyelesaikannya.
Cerita
di buku ini secara garis besar tentang keluarga, walaupun dibumbui dengan
sedikit unsur romance.
Oh
iya, saya merasa sedikit terkejut dengan kemunculan tokoh dari Fly to the Sky sebagai cameo. Juga cara bang Moemoe
“mempromosikan” karya-karyanya yang lain dengan menjadikan judul karya tersebut
sebagai judul bab-bab di buku ini.
Yang
menjadi pertanyaan adalah, benarkah jurnal-jurnal yang ditemukan Edvan itu berisi
kode harta karun? *intonasi feni rose* *mata melotot Leily Sagita*.
“Buatku,
waria seperti anakku yang sering menghormati aku, jauh lebih baik dibanding
laki-laki jantan yang berdosa terhadap ibunya sendiri.”
Judul:
Melbourne: Rewind(Setiap
Tempat Punya Cerita #4)
Pengarang:
Winna Efendi
Penerbit:
GagasMedia
Tahun
Terbit: 2013
Tebal:
340 halaman
“Isn't that what love is? Being
scared, then being brave, because of that one person?”
Max
dan Laura, mantan sepasang kekasih, bertemu kembali di Melbourne setelah bertahun-tahun
tak bertemu.
Sekarang
Max sudah mewujudkan impiannya berkerja di bidang cahaya, salah satu hal yang
digilainya. Sedangkan Laura bekerja di sebuah stasiun radio di Melbourne.
Pertemuan
itu kembali mendekatkan mereka, bahkan secara alami kebiasaan mereka “nongkrong”
di Prudence seperti ketika mereka masih bersama, dianggap sebagai hal biasa.
Namun
ternyata, tanpa Max duga, Laura kemudian menyukai seorang laki-laki yang
dianggapnya sebagai belahan jiwa karena merek mempunyai banyak kesamaan akan
hal-hal yang mereka sukai.
Kelanjutan
ceritanya? Baca sendiri di Melbourne ;)
“Gue percaya definisi first love adalah rasa pertama, saat lo melihat jauh ke dalam mata seseorang, dan
memutuskan bahwa masa depan dan kebahagiaan lo ada bersamanya.”
Buku
ini merupakan seri STPC yang paling galau, sekaligus paling saya favoritkan
(sebelum baca Melbourne saya sempat memfavoritkan Bangkok. Iya, saya tahu saya
labil ._.)
Yang
paling saya suka dari buku ini adalah sudut pandangnya diambil dari dua
karakter, Max dan Laura. Hal itu membuat saya jadi mengerti bagaimana perasaan
masing-masing karakter dan hanyut oleh pergolakan batin mereka.
Penyebab pisahnya hubungan Max dan
Laura baru diceritakan ketika sudah memasuki pertengahan buku, dan saya dibuat
penasaran oleh bagian itu. Ternyata alasannya cukup simple :D
Dan yang paling penting adalah endingnya.
Saya suka kalimat satu paragraf sebelum paragraf terakhir di bagian endingnya.
Melbourne sangat direkomendasikan
untuk kalian penggemar cerita-cerita manis dengan karakter yang juga manis
xD.
"If there's anything I learn from this old life of mine, it is that love is not to be feared, but to be embraced, I hope you conside this as advice from a friend, not a fortune teller."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar