Judul:
Macaroon Love
Pengarang:
Winda Krisnadefa
Penerbit:
Penerbit Qanita
Tahun
Terbit: 2013
Tebal:
264 halaman
Oke, saya harus mengaku kalau sebelum
membaca buku ini, saya mengira kalau macaroon
itu adalah makanan sejenis macaroni
(karena namanya yang mirip). Dan ternyata, saya salah BESAR. Macaroon itu merupakan jenis kue dari Perancis
yang bentuknya mirip seperti burger mini.
penampakan macaroon, gambar diambil di sini
Kembali ke bukunya, buku ini
bercerita tentang seorang food writer
yang bernama Magali. Salah satu keunikan yang dimiliki Magali adalah: dia
membenci namanya sendiri :D yah memang saya pernah mendengar kalau “nama
merupakan salah satu pelanggaran hak asasi manusia yang paling sering ditemui.”,
contohnya saya yang (sampai sekarang) masih mengidamkan punya nama yang
terdiri dari dua kata. Tak sedikit orang yang benci dengan namanya sendiri
seperti Magali.
Suatu hari, Magali bertemu dengan Ammar,
pemilik restoran (yang anehnya) bernama Suguhan Magali. Karena restoran ini memiliki menu-menu yang
unik, Magali langsung mengajukan diri untuk meliput restoran Suguhan Magali.
Hal itulah kemudian yang menjadi
titik balik kehidupan Magali mulai dari mempunyai rubrik sendiri di majalah
tempat dia bekerja sampai kemudian dia merasakan sesuatu yang disebut cinta.
(lagi) penampakan kue macaroon (source)
Jujur saja, yang membuat saya
tertarik membaca buku ini adalah embel-embel “Naskah
Unggulan dalam Lomba Penulisan Qanita Romance” yang terdapat di kavernya. Dan
ternyata pilihan saya tidak keliru. Buku ini punya cerita yang sangat ringan
dan mudah dicerna. Pantas sekali menjadi naskah unggulan.
Selain itu,
penggambaran karakter tokohnya sangat kuat. Hal inilah yang kemudian membuat
saya jadi menyukai tokoh Magali, walaupun saya agak sedikit ilfeel ketika tahu
kalau Magali suka makan kentang goreng yang dicolek sundae -____- sangat aneh
menurut saya. *membaca bagian itu, malah membuat saya teringat nenek saya dulu
yang hobi makan kerupuk dicelup kopi*.
Selain Magali,
tokoh yang juga saya sukai adalah Beau. Sepupu Magali yang (katanya) cakep dan berkarakter
tak kalah unik dari Magali.
Sayangnya, saya kurang suka dengan
judulnya. Karena, macaroon hanya
dibahas sedikit sekali di buku ini, jadi rasanya kurang cocok menjadikan macaroon sebagai judulnya. Atau
penggunaan macaroon karena memang kue
imut yang satu ini memang lagi trend kali ya? Bisa juga agar judulnya mudah
diingat *sotoy*. Kalau itu tujuannya, saya rasa cukup berhasil walaupun bagi
saya masih kurang cocok.
Tapi walaupun saya masih dibuat
geregetan dengan judulnya, buku ini masih berhasil menghibur saya.
RATING 3.5/5
p.s.: fakta yang cukup mengejutkan adalah, ternyata restoran Suguhan Magali
benar-benar ada, tepatnya di Jakarta Selatan.
Suguhan Magali di dunia nyata. (source)
p.p.s.: tidak dianjurkan untuk membaca
buku ini ketika berpuasa xD
Postingan ini diikutkan di "Lomba Review Macaroon Love Bersama Smartfren dan Mizan". Info selanjutnya bisa dilihat di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar