Judul: The Husband’s Secret
Pengarang: Liane Moriarty
Penerbit: Pan Macmillan Australia (ebook)
Tahun Terbit: 2013
Tebal: 416 halaman
For my wife, Cecilia Fitzpatrick
To be opened only in the event of my death
Cecilia tak sengaja menemukan surat
bertuliskan kalimat tersebut di amplopnya ketika dia sedang mencari potongan
reruntuhan Tembok Berlin di loteng rumah mereka. Surat yang ditujukan untuknya,
dari suaminya, dan kalau melihat dari keadaan amplopnya, surat tersebut ditulis
sudah lama. Mungkin beberapa tahun yang lalu?
Siapa yang tidak penasaran dengan
isinya setelah membaca apa yang tertulis di amplop itu? Cecilia mati-matian
berusaha mengenyahkan rasa penasarannya. Apa yang mungkin ditulis oleh
John-Paul, suaminya? Sebuah pengakuan tentang hubungan gelap? Sebuah rahasia?
Cecilia masih menahan diri untuk membukanya, dia masih mencoba menghargai
privasi suaminya. Apalagi ketika dia menelepon John-Paul, suaminya itu
memintanya untuk tidak membuka amplop itu dan mengatakan kalau surat tersebut
hanya berisi suatu hal bodoh yang akan membuatnya malu.
Tapi, semakin menahan diri, otak Cecilia
mulai berpikiran yang macam-macam. Dia tak sadar kalau ketika dia memutuskan
untuk membaca surat tersebut, hidupnya, dan hidup orang-orang di sekitarnya, tak
akan lagi sama.
“Did one act define who you were forever?”
Seperti yang saya ceritakan di
sinopsis singkat di atas, kisah buku ini berfokus ke kehidupan pernikahan Cecilia
Fitzpatrick yang berubah sejak dia membuka surat misterius tersebut. Tapi, tentu
saja bukan Liane Moriarty namanya kalau ceritanya cukup sampai di situ. Seperti
juga Big Little Lies, karya lain dari penulisnya yang pernah saya baca, fokus
penceritaan The Husband’s Secret juga terpecah. Yaitu selain Cecilia, ada
cerita tentang Tess yang memutuskan untuk pergi dari rumah dan kembali ke
kampung halamannya di Sidney setelah mendengar pengakuan tentang affair suaminya dan Felicity, sepupu
yang sudah dianggap sebagai saudara kandungnya sendiri. Dan ada Rachel, seorang
ibu yang kehilangan anak perempuannya dengan cara yang kejam. Ketiga wanita ini
tanpa mereka sadari ternyata berkaitan satu sama lain.
Jika boleh membandingkan, Big Little
Lies dan The Husband’s Secret adalah jenis buku yang memberikan kenikmatan
berbeda bagi pembacanya. Jika ketika membaca Big Little Lies saya sudah dari
sejak awal kepincut dengan keceriwisannya, lain halnya dengan The Husband’s
Secret. Menurut saya ini adalah jenis buku yang mengharuskan pembacanya
bersabar terlebih dahulu sebelum menemukan bagian yang memukau. Di bagian
ketika saya sudah mengetahui isi dari surat John-Paul, saya akui memang agak
membosankan. Saya melanjutkan membaca hanya karena ingin tahu endingnya akan
seperti apa. Tapi ternyata, BOOM! Ketika
sampai di adegan klimaks buku ini, pandangan saya terhadapnya langsung berubah.
Saya terpesona dengan bagaimana karakter-karakternya menjadi sebab-akibat dari
adegan klimaks tersebut.
Selain adegan klimaksnya, bagian
terbaik dari buku ini tentu saja epilognya. Saya suka sekali dengan epilognya
yang membeberkan beberapa rahasia. Saya juga menyukai konsistensi keterkaian
ceritanya dengan Tembok Berlin. Dan jangan lupakan analogi Pandora-nya.
The Husband’s Secret merupakan salah
satu bacaan terbaik tahun ini. Saya lega sudah memaksakan diri saya untuk
membaca bukunya sampai selesai. Untuk yang penasaran, kabarnya sebentar lagi
terjemahannya akan diterbitkan oleh GPU, saya juga jadi kepingin punya nih x)
tapi sudah banyak sekali buku incaran yang mau terbit, Sharp Objects, TAOL...
-_-
“’Did you know that some people wish the Berlin Wall never come down?’ said
Esther. ‘That’s weird, isn’t it? Why would you want to be stuck behind a wall?”
“None of us ever know all the possible courses our lives could have, and
maybe should have, taken. It’s probably just as well. Some secrets are meant to
stay secret forever. Just ask Pandora.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar