Postingan
terkait:
Judul: Titian
Kejahatan (Career of Evil)
Pengarang: Robert Galbraith
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2016
Tebal: 552
halaman
“Dia dikirimi tungkai manusia. Tadi dengan kalemnya dia membawa sepotong
tungkai naik ke kantor, tungkai seorang wanita di dalam kotak kardus. Tungkai
siapakah itu? Di mana sisa tubuhnya berada?”
Kasus yang dihadapi oleh Strike dan
Robin kali ini lebih rumit dari kasus-kasus sebelumnya. Robin yang sedang
menunggu paket suvenir untuk acara pernikahannya amat shock ketika mendapati bahwa paket yang diterimanya, alih-alih
berisi kamera sekali-pakai, justru berisi sepotong tungkai kanan manusia.
Strike mencurigai tiga orang dari
masa lalunya yang mampu melakukan perbuatan keji tersebut. Orang yang
membuatnya merasa bersalah, orang yang membuatnya sangat marah hanya dengan
memikirkannya, dan orang yang dia bicarakan dengan semacam objektivitas.
Strike yang dongkol karena menurutnya
lagi-lagi pihak kepolisian mengejar orang yang salah, diam-diam dengan dibantu
Robin melacak keberadaan tiga orang yang dicurigainya tersebut. Sementara itu, hubungan Strike dan Robin
semakin dekat. Mereka berdua menjadi lebih terbuka satu sama lain lantaran mau
tak mau kasus ini mengharuskan Strike membuka diri pada Robin. Begitu pun
sebaliknya, Strike mulai mengetahui segelintir dari masa lalu Robin.
“’Semoga dengan begitu ada informasi masuk,’ kata Strike.’“Pasti ada
orang yang menyadari mereka kehilangan sebelah kaki.’
‘Ha ha,’ ucap Robin.
‘Belum lucu?’
‘Belum,’ timpal Robin dingin.”
Career of Evil, atau judul
terjemahannya, Titian Kejahatan, menurut saya adalah buku yang spesial. Ada
beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan dua seri pendahulunya. Dia
antaranya:
Lebih Mahal
Hahaha, penting banget sampe dibahas
di awal x)). Memang saya akui harga untuk buku ketiga serial Cormoran Strike
ini jauh lebih mahal. Untung sebelumnya sudah diumumkan harganya terlebih
dahulu sebelum bukunya terbit. Jadi saya bisa bersiap-siap mengencangkan ikat
pinggang, menggembok dompet, memutuskan untuk berhemat. Bahkan saya sudah
berjanji ke diri saya sendiri untuk tidak membeli buku apa pun sebelum saya
berhasil membeli buku ini. Meski berkali-kali tergoda dengan Sepotong Senja
untuk Pacarku dan pasangan unyu di cover
Just One Day dan Just One Year, godaan itu berhasil saya lewati. Kembali lagi
ke harga menurut saya sih walaupun mahal, sebanding dengan apa yang didapatkan
dari bukunya. Salah satunya yang akan saya bahas selanjutnya.
Lebih Elegan
Maksud saya tampilan fisiknya. Ya,
dari segi desain cover, kedua buku
sebelumnya bagus, tapi cover Career
of Evil menurut saya jauh lebih bagus. Bentuk fisik cover pun dibuat lebih menarik dengan cetak timbul tak hanya di
depan, tapi juga untuk judul dan nama penulis di bagian sisinya. Pokoknya
menarik dan cantik sekali bentuk fisiknya.
Lebih Brutal
Jika kalian menganggap isi perut
terburai dalam buku kedua, Ulat Sutra sudah sadis, tunggu sampai kalian membaca
Titian Kejahatan. Banyak sekali bertebaran narasi-narasi yang bakal membuat
mual. Dan yang menarik adalah, di sini, selain sudut pandang ketiganya
mengikuti Strike dan Robin, ada juga di beberapa bagian, pembaca diajak
mengikuti si pelaku (dengan identitas tetap dirahasiakan. Angkat topi deh
pokoknya bagaimana penulisnya tetap berhasil menyembunyikan identitas pelaku).
Pembaca diajak menyelami pikiran-pikiran si pelaku, ikut menyaksikan aksinya
memburu korban-korban. Brutal, sadis, buas, keji, you name it.
“Perempuan memang berpikiran sempit, kejam, kotor, dan remeh. Kebanyakan
dari mereka adalah jalang tukang bersungut-sungut, selalu menuntut kaum pria
membuat mereka senang. Ketika tergeletak mati dan kosong di depanmu, barulah
mereka menjadi murni, misterius, bahkan indah.”
Lebih Menyiksa
Saya pikir Sharp Objects buah karya
Gillian Flynn adalah buku yang paling membuat saya mual yang pernah saya baca.
Ternyata, buku ini berhasil menggeser posisi Sharp Objects ke peringkat kedua.
Percayalah, buku ini sukses membuat saya mual dan kepala saya pening
berkepanjangan sampai saya harus beberapa kali membaca buku lain yang lebih ringan
sebagai selingan.
Lebih Intim
Karena kasus kali ini berhubungan
erat dengan masa lalu Strike, mau tak mau di buku ketiga ini sebagian dari masa
lalunya itu mulai terungkap. Begitu juga dengan hbuungannya dan Robin. Saya
bisa lebih merasakan chemistry mereka berdua. Entahlah, menurut saya di sini hubungan
mereka menjadi lebih hangat dan akrab.
Dan kalau kalian ngikutin seri
Cormoran Strike dari buku pertama dan sangat penasaran dengan alasan Robin
meninggalkan kuliah, kalian akan menemukan jawabannya di sini. Spoiler alert, hal tersebut menjadi
slaah satu hal yang mengejutkan (dan memprihatinkan) di dalam buku ini. nggak
nyangka kalau Robin punya masa lalu sekelam itu :(
Lebih Kampret
Di sini yang saya bicarakan adalah ending-nya. Saya sampai misuh-misuh
gara-gara ending-nya. Tega banget sik
bikin pembaca baper, terus pake digantung pula ;(
Selain elemen-elemen lebihnya, ada
juga beberapa hal yang menurut saya masih tetap ada seperti di dua buku
sebelumnya.
Kualitas Terjemahan
Saya pastikan bahwa terjemahan seri
Cormoran Strike merupakan bagian dari beberapa buku terjemahan terbaik yang
pernah saya baca. Malah dalam buku ini semakin terbukti kualitas sang
penerjemah sendiri. Dia tahu mana yang bisa diterjemahkan dan mana yang akan
kehilangan arti jika maksa untuk diterjemahkan. Makanya ada beberapa kata atau
kalimat dalam buku ini yang tetap dibiarkan sebagaimana aslinya (kebanyakan
judul dan lirik lagu Blue Öyster Cult). Dua jempol buat terjemahannya.
Pengulangan
Nah ini nih yang tak kalah penting terutama
untuk pembaca yang sering lupa detail seperti saya. Di buku ketiga ini penulisnya
kembali mau repot-repot menjabarkan lagi latar belakang dan hubungan karakter
dengan Strike atau Robin, yang sebelumnya pernah muncul di dua buku sebelumnya.
Mencengangkan
Saya tidak tahu bagaimana dengan
pembaca lain. Yang saya tahu pasti, lagi-lagi saya digiring ke konklusi yang
salah mengenai identitas asli si pelaku. Dari buku pertama sampai ketiga ini,
tidak pernah sekalipun saya berhasil menebak siapa pelaku sebenarnya. Terutama
di buku ini. Petunjuk yang didapat Strike serta clue tambahan yang didapat dari bagian ketika saya diajak menyelami
pikiran di pelaku, tetap tidak membantu mencerahkan saya. Malah dibuat semakin
bingung lantaran petunjuk-petunjuk tersebut cocok untuk ketiga tersangka. Good job lah.
Titian Kejahatan bisa jadi memang tak
sempurna (apalagi endingnya! Nggak sempurna banget! #teamyangtersakitiakibatdigantung),
tapi... rating sempurna tetap saya berikan lantaran perasaan kosong yang saya
dapat setelah menyelesaikannya.
“Semua orang menyukai Robin. Dia pun menyukai
Robin. Bagaimana mungkin dia tidak menyukai Robin, setelah segala sesuatu yang
mereka lalui bersama? Namun, sejak semula Strike telah menegaskan kepada diri
sendiri: hanya sejauh ini dan tidak lebih jauh lagi. Harus ada jarak yang
dijaga. Batas-batas tetap harus ditegakkan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar